google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Info Emiten : INDY, 29 Januari 2017 Langsung ke konten utama

Info Emiten : INDY, 29 Januari 2017

Tahun 2017, INDY Optimalkan Kinerja 2 Anak Usahanya

JAKARTA, SURFINGPOST.com — PT Indika Energy Tbk (INDY) sampai saat ini, masih berjuang melawan harga  batubara  yang belum normal. Sejumlah aksi efisiensi harus dilakukan demi bisa bertahan hidup dari kejatuhan harga.

Efisiensi juga dilakukan oleh PT Indika Energy Tbk (INDY), perusahaan yang bergerak di pertambangan batu bara. Direktur Utama Indika Energy, Arsjad Rasjid, bercerita tentang langkah efisiensi yang dilakukan perusahaan.

"Pengurangan direksi dilakukan pada April 2016 lalu. Jumlah direksi dikurangi dari 7 menjadi hanya 3 orang. Ini dilakukan demi efisiensi di tengah turunnya harga batu bara," ujar Arsjad dalam keterangannya di Gedung Graha Mitra, Jalan Gator Subroto, Jakarta, Jumat (27/1/2017).

Di tempat yang sama, Direktur Keuangan Indika, Azis Armand, menceritakan bagaimana drastisnya penurunan harga batu bara dunia. Di 2011, harga batu bara mencapai puncaknya di sekitar US$ 105 per ton, karena tingginya permintaan terutama dari China. Namun setelah itu, tiba-tiba terjadi penurunan permintaan batu bara dari China, sementara kapasitas produksi batu bara tinggi. Penurunan harga batu bara terus terjadi.

Kondisi ini lantas membuat Indika Energy harus melakukan efisiensi di berbagai bidang. Baik efisiensi secara teknikal dengan memangkas sejumlah biaya produksi, dan melakukan renegosiasi terhadap kontraktor besar.

Bisnis batu bara Indika dilakukan melalui anak usahanya, yaitu Kideco Jaya Agung, yang memiliki tambang seluas 50.921 hektar di Kalimantan Timur yang memiliki kontrak karya pertambangan hingga 2023. Kideco mengoperasikan 5 tambang terbuka batu bara dengan perkiraan cadangan 651 juta ton.

Produksi batu bara Kideco tahun juga diturunkan seiring dengan penurunan harga batu bara. Di 2015, angka produksi batu bara adalah 39 juta ton, lalu 2016 produksinya turun ke 32 juta ton, dan di 2017 juga dipertahankan di 32 juta ton. Kideco menyuplai batu bara kepada 50 pembeli di lebih dari 16 negara.

Saat ini, ujar Azis, harga batu bara berada di kisaran US$ 80-US$ 85 per ton. Harga ini menurut Azis sudah bagus untuk keberlangsungan perusahaan. Dia memprediksi harga batu bara di tahun ini masih bergejolak. Meski begitu, Indika Energy sudah siap menghadapinya, karena berbagai efisiensi sudah dilakukan.

Efisiensi ini sudah mulai menunjukkan hasil. Pada 2016 lalu, meski pendapatan Indika masih menurun, namun laba usaha menunjukkan kinerja positif. Meski perusahaan belum akan untung di 2016. Namun di 2017 ini Indika menargetkan kinerjanya akan positif.

Kemudian, Indika juga akan terus mengurangi jumlah utangnya, yang sudah berkurang dari US$ 1,25 miliar menjadi US$ 805 juta. Utang-utang ini dikurangi menggunakan kas internal perusahaan.

Selain itu, turunnya harga minyak dunia juga membantu kinerja Indika, karena 30% dari ongkos produksi penggalian batu bara berasal dari bahan bakar minyak.

Untuk kinerja di tahun ini, Indika akan mengandalkan kepada Petrosea dan Tripatra, yang merupakan anak usahanya di bidang jasa energi.

Indika memiliki 69,8% saham di Petrosea, yang merupakan perusahaan konstruksi dan engineering pertambangan dan migas. Sementara Tripatra merupakan 100% dimiliki oleh Indika Energy, yang bergerak di bidang jasa engineering, procurement & construction (EPC).

Tripatra ini menangani proyek EPC untuk Blok Cepu, Selat Makassar, dan juga proyek kilang LNG di Tangguh Papua.

Harga saham Indika Energy pada penutupan perdagangan saham hari ini berada di posisi Rp 695 per lembar, naik 5 poin (0,72%).

Editor    : Risang G. Prahoro
http://surfingpost.com/berita-tahun-2017-indy-optimalkan-kinerja-2-anak-usahanya.html

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Menggunakan Elliott Wave

Mengenal Elliott Wave Teori Elliott Wave dikembangkan oleh R.N. Elliott dan dipopulerkan oleh Robert Prechter . Teori ini menegaskan bahwa perilaku orang banyak surut dan mengalir dalam tren yang jelas. Berdasarkan pasang surut ini, Elliott mengidentifikasi struktur tertentu untuk pergerakan harga di pasar keuangan. Artikel ini adalah sebuah pengantar dasar untuk teori Elliott Wave. Suatu urutan dasar impuls 5-gelombang dan urutan korektif 3-gelombang dijelaskan. Saat teori Elliott Wave menjadi jauh lebih rumit daripada kombinasi 5-3 ini, artikel ini hanya akan fokus pada dasar-dasarnya. RN Elliott Derajat Gelombang dalam Elliott Wave elliott wave degree Konvensi pelabelan yang ditunjukkan di atas adalah yang ditunjukkan dalam buku Elliott Wave. Dalam Elliott-speak, konvensi pelabelan ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat atau tingkat gelombang, yang mewakili ukuran tren yang mendasarinya. Angka Romawi huruf besar mewakili gelombang derajat besar, angka sederha...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Mengenal Indikator Saham OBV | On-Balance Volume

Apa itu On-Balance Volume (OBV)? On-balance volume (OBV) adalah indikator momentum perdagangan teknis yang menggunakan aliran volume untuk memprediksi perubahan harga saham. Joseph Granville pertama kali mengembangkan metrik OBV dalam buku 1963, "Granville's New Key to Stock Market Profits." Granville percaya bahwa volume adalah kekuatan utama di balik pasar dan dirancang OBV untuk diproyeksikan ketika gerakan besar di pasar akan terjadi berdasarkan perubahan volume. Dalam bukunya, ia menggambarkan prediksi yang dihasilkan oleh OBV sebagai "a spring being wound tightly." Dia percaya bahwa ketika volume meningkat tajam tanpa perubahan signifikan dalam harga saham, harga akhirnya akan melonjak ke atas atau jatuh ke bawah. indikator obv saham Intisari Penggunaan Indikator OBV On-balance volume (OBV) adalah indikator teknis momentum, menggunakan perubahan volume untuk membuat prediksi harga. OBV menunjukkan sentimen kerumunan yang dapat mempredi...