google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Analisa Saham PTBA | 22 November 2018 Langsung ke konten utama

Analisa Saham PTBA | 22 November 2018

PTBA: Efficiency is the key

PTBA melanjutkan kinerja yang positif di 3Q18 dengan mencatatkan pendapatan sebesar Rp5,5 triliun (+15,4% QoQ; +29,5% YoY) dan laba bersih Rp1,4 triliun (+26,0% QoQ; +57,2 YoY) sehingga membawa pendapatan di 9M18 sebesar Rp16,0 triliun, (+21,3% YoY), in-line dengan estimasi (PANS: 70,6%; Konsensus: 72,2%) dan total laba bersih menjadi Rp3,9 triliun di 9M18 (+49,7% YoY), in-line dengan estimasi (PANS: 69,0%; Konsensus: 75,1%). Kenaikan pendapatan ini didorong oleh: 1) kenaikan permintaan batubara dari China akibat kurangnya pasokan batubara domestik selama musim panas yang ekstrim, India yang produksinya masih belum mampu memenuhi kebutuhan domestik, dan adanya peningkatan demand dari Korea Selatan; 2) kenaikan harga jual rata-rata batubara di 9M18 sebesar Rp842 ribu/ton (+12,8% YoY). PTBA juga mencatatkan peningkatan marjin laba bersih di 9M18 sebesar 24,9% (9M17: 19,9%), disebabkan oleh: 1) strategi manajemen untuk melakukan penjualan ekspor batubara medium to high calorie yang memiliki marjin lebih besar 2) efisiensi biaya di Tanjung Enim dengan menurunnya cash cost (FOB) di 9M18 menjadi Rp560 ribu/ton (9M17: Rp566 ribu/ton). Dari segi operasional, PTBA juga mencatatkan peningkatan produksi dan volume penjualan di 9M18 sebesar 19,7 juta ton (+16,4% YoY) dan 18,6 juta ton (+7,8% YoY) secara berurutan, stripping ratio juga tercatat meningkat menjadi 4,1x (9M17: 3,7X). Kami masih merekomendasikan BUY, dengan TP: Rp.5.000, didorong oleh: 1) outlook harga batubara yang masih baik di 2019 2) kinerja operasional PTBA yang positif ditambah dengan rencana efisiensi biaya yang dapat meningkatkan marjin laba bersih serta 3) neraca yang sehat dengan posisi net cash, likuiditas perusahaan yang baik, dan ekspektasi peningkatan dividend payout ratio. Saat ini PTBA diperdagangkan dengan PE 9,8x di 2019, premium 39,8% dibandingkan dengan peers. *transfer coverage from Adolf Sutrisno to Iqbal Nurrahman

Performa finansial in-line dengan estimasi dengan mencatatkan pendapatan sebesar Rp5,5 triliun (+15,4% QoQ; +29,5% YoY) dan laba bersih Rp1,4 triliun (+26,0% QoQ; +57,2 YoY) sehingga membawa pendapatan di 9M18 sebesar Rp16,0 triliun, (+21,3% YoY), in-line dengan estimasi (PANS: 70,6%; Konsensus: 72,2%) dan total laba bersih menjadi Rp3,9 triliun (+49,7% YoY), in-line dengan estimasi (PANS: 69,0%; Konsensus: 75,1%). Dari total pendapatan di 9M18 52% berasal dari ekspor batubara, 46% dari penjualan batubara domestik, dan 2% dari aktivitas penjualan listrik, minyak sawit mentah, jasa kesehatan rumah sakit, serta jasa sewa. Di 9M18, mayoritas kenaikan pendapatan dikarenakan oleh ekspor batubara, ekspor batubara masih di dominasi ke China dengan nilai sebesar Rp2,4 triliun (+111,6% YoY) dan India Rp1,7 triliun (-18,3% YoY). Untuk mengurangi ketergantungan ekspor terhadap China dan India, PTBA berhasil melakukan ekspor ke Korea Selatan di 9M18 sebesar Rp1,1 triliun (14,6% dari total ekspor; 7,1% dari total pendapatan). Disisi lain, penjualan domestik batubara tercatat Rp8.3 triliun (+0,52% YoY) dan aktivitas lainnya Rp396 miliar (-8,5% YoY). Peningkatan penjualan batubara di tambah dengan naiknya harga jual rata-rata batubara menjadi Rp Rp841k/ton (+12,8% YoY) memberikan dampak positif ke kinerja keuangan PTBA.

Meningkatnya marjin laba bersih di 9M18 sebesar 24,9% (9M17: 19,9%) disebabkan oleh 1) strategi manajemen untuk melakukan penjualan ekspor batubara medium to high calorie yang memiliki marjin lebih besar 2) efisiensi biaya di Tanjung Enim dengan menurunnya cash cost (FOB) di 9M18 menjadi Rp560 ribu/ton (9M17: Rp565 ribu/ton. Efisiensi biaya di Tanjung enim dapat dilakukan karena PTBA berhasil melakukan kenaikan kapasitas kereta api menjadi 16.97 juta ton di 9M18 (+7,5% YoY). Patut diketahui rencana perusahaan untuk mendiversifikasi bisnis belum menunjukan hasil yang positif, hal ini terlihal dari aktivitas penjualan listrik, minyak sawit mentah, jasa kesehatan rumah sakit, serta jasa sewa yang mengalami kerugian Rp53 miliar.

Rekomendasi BUY, dengan TP: Rp.5.000. Kami masih positif dengan kinerja PTBA didorong oleh: 1) outlook harga batubara yang masih positif di 2019; 2) kinerja operasional PTBA yang positif ditambah dengan rencana efisiensi biaya yang dapat meningkatkan marjin laba bersih, dimana manajemen PTBA bekerjasama dengan PT.KAI untuk meningkatkan kapasitas kereta api, direncanakan kapasitas kereta api dari Tanjung enim-Kertapati menjadi 5 Mtpa dan Tanjung Enim-Tarahan menjadi 20.3 Mtpa di 2019 (biaya transportasi kereta api memiliki porsi sebesar 32,2% dari total beban usaha) serta 3) neraca yang sehat dengan posisi net cash dan likuiditas perusahaan yang baik sehingga dapat mendukung rencana pengembangan PLTU. Perlu diketahui juga bahwa Inalum, induk usaha PTBA, baru saja menerbitkan global bond untuk akuisisi Freeport, sehingga kami memperkirakan akan ada peningkatan dividend payout ratio kedepannya untuk pembayaran interest dari Inalum. Saat ini PTBA diperdagangkan dengan PE 9,8x di 2019, premium 39,8% dibandingkan dengan peers, valuasi yang premium dijustifikasi oleh performa perusahaan yang positif.


Best Regards,
Panin Sekuritas

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Menggunakan Elliott Wave

Mengenal Elliott Wave Teori Elliott Wave dikembangkan oleh R.N. Elliott dan dipopulerkan oleh Robert Prechter . Teori ini menegaskan bahwa perilaku orang banyak surut dan mengalir dalam tren yang jelas. Berdasarkan pasang surut ini, Elliott mengidentifikasi struktur tertentu untuk pergerakan harga di pasar keuangan. Artikel ini adalah sebuah pengantar dasar untuk teori Elliott Wave. Suatu urutan dasar impuls 5-gelombang dan urutan korektif 3-gelombang dijelaskan. Saat teori Elliott Wave menjadi jauh lebih rumit daripada kombinasi 5-3 ini, artikel ini hanya akan fokus pada dasar-dasarnya. RN Elliott Derajat Gelombang dalam Elliott Wave elliott wave degree Konvensi pelabelan yang ditunjukkan di atas adalah yang ditunjukkan dalam buku Elliott Wave. Dalam Elliott-speak, konvensi pelabelan ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat atau tingkat gelombang, yang mewakili ukuran tren yang mendasarinya. Angka Romawi huruf besar mewakili gelombang derajat besar, angka sederha...

Mengenal Indikator Saham OBV | On-Balance Volume

Apa itu On-Balance Volume (OBV)? On-balance volume (OBV) adalah indikator momentum perdagangan teknis yang menggunakan aliran volume untuk memprediksi perubahan harga saham. Joseph Granville pertama kali mengembangkan metrik OBV dalam buku 1963, "Granville's New Key to Stock Market Profits." Granville percaya bahwa volume adalah kekuatan utama di balik pasar dan dirancang OBV untuk diproyeksikan ketika gerakan besar di pasar akan terjadi berdasarkan perubahan volume. Dalam bukunya, ia menggambarkan prediksi yang dihasilkan oleh OBV sebagai "a spring being wound tightly." Dia percaya bahwa ketika volume meningkat tajam tanpa perubahan signifikan dalam harga saham, harga akhirnya akan melonjak ke atas atau jatuh ke bawah. indikator obv saham Intisari Penggunaan Indikator OBV On-balance volume (OBV) adalah indikator teknis momentum, menggunakan perubahan volume untuk membuat prediksi harga. OBV menunjukkan sentimen kerumunan yang dapat mempredi...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...