google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Cara Analisis Saham Secara Fundamental dan Contohnya Langsung ke konten utama

Cara Analisis Saham Secara Fundamental dan Contohnya

Cara analisis saham secara fundamental kadang terasa susah-susah gampang. Artikel ini membahas mengenai hal tersebut beserta contohnya. Data Fundamental saham di Indonesia biasanya diterbitkan secara berkala. Dari itu kita bisa mengetahui apakah sebuah saham layak investasi atau tidak. Berikut ini Cara Analisis Saham Secara Fundamental dan Contohnya.



Tips dalam Analisis Saham Secara Fundamental


Menetapkan Time-frame

Menurut Benjamin Graham, dalam jangka pendek, pasar merupakan mesin voting sedangkan dalam jangka panjang, pasar merupakan timbangan.

Maksudnya, jika Anda menggunakan analisa ini untuk jangka pendek, maka pengaruh yang dimiliki adalah minor sedangkan emosi atau sentimen pasar memiliki pengaruh lebih besar ketimbang fundamental perusahaan itu.

Jadi, investor perlu untuk menetapkan time-frame dulu. Analisis fundamental bisa digunakan untuk investasi jangka panjang atau lebih dari 1 tahun.

Waspada dengan PER Murah

PER merupakan rasio analisis fundamental dimana PER dipakai untuk bisa menentukan harga saham mahal atau murah. Sayangnya, pemula banyak yang hanya melihat atau menggunakan PER sebagai landasan untuk membeli saham.

Ingat, PER memang menyatakan saham tersebut murah atau mahal tapi tidak menyatakan tentang kualitas.

Jadi, membeli saham dengan melihat PER murah memanglah bukan kesalahan namun investor harus tetap melihat kualitas dan prospek saham yang memiliki PER murah itu.

Menggunakan Asumsi Proyeksi Moderat

Faktanya, tak seorang pun yang mampu menebak apa yang terjadi di masa depan. Analisis fundamental itu layaknya Anda menebak masa depan yang diperkuat dengan data.

Oleh sebab itu, dalam membaca analisis fundamental, menggunakan asumsi seperti asumsi pertumbuhan, resiko dan inflasi bisa dijadikan cara tersendiri.

Lebih baik tidak menggunakan proyeksi pertumbuhan dengan angka terlalu tinggi. Maka, gunakan asumsi proyeksi moderat.

Memperhatikan Situasi dan Kondisi Sektor

Dalam membaca analisis fundamental, Anda juga harus paham tentang situasi dan kondisi sektor. Walau suatu perusahaan memiliki laba yang cenderung naik, bisa saja nilai saham turun.

Hal ini dikarenakan sektor yang dijual perusahaan tersebut sedang mengalami penurunan harga.

Contoh, saham perusahaan A yang menjual ikan bisa saja turun walau nilai laba perusahaan dalam menjual ikan naik. Hal ini dikarenakan harga ikan yang cenderung turun terus-menerus.

Memperhatikan Model Bisnis Emiten

Walau di dalam sektor yang sama, emiten satu dengan yang lain bisa saja memiliki keunikan tersendiri masing-masing.

Oleh sebab itu, setiap investor dalam membaca analisis fundamental disarankan untuk memperhatikan model bisnis emiten.

Cut Loss Fleksibel 

Ketika Anda membaca analisis fundamental, bukan berarti tentang tinggal membeli satu saham kemudian menunggu naik.

Terkadang, tindakan cut loss juga perlu untuk diambil. Yakni, ketika terjadi perubahan situasi pada kondisi bisnis perusahaan.

Perhatikan Perusahaan Berdasarkan Karakternya

Dalam membaca analisis fundamental, Anda akan menggunakan data di masa lalu. Oleh sebab itu, Anda harus memperhatikan ada tipe perusahaan yang susah ditebak yakni perusahaan yang bergerak di bidang;


  • Komoditas
  • Teknologi
  • Manajemen


Terus Belajar Membaca

Semakin Anda mempelajari dunia saham, maka semakin Anda akan mengerti bahwa ada banyak hal yang belum Anda ketahui.

Teknik analisis fundamental ini hanya salah satu contoh saja. Anda bisa membaca analisis fundamental dengan berbagai point penting di atas sehingga bisa menentukan membeli atau menjual saham di waktu yang tepat dengan harga yang tepat serta dengan harapan yang tepat di masa depan.

6 Cara Memilih Saham Berdasarkan Data Fundamental Saham


Dari analisis yang dilakukan dengan analisis fundamental, yang perlu diperhatikan adalah acuan untuk menentukan baik atau jeleknya saham. Berikut ini adalah kriteria-kriteria yang bisa digunakan sebagai acuan,


  1. Memiliki kapitalisasi pasar >Rp500 miliar.
  2. Emiten yang memiliki model bisnis yang jelas dan baik.
  3. Perusahaan konsisten dalam meningkatkan laba/saham dari kuartal ke kuartal.
  4. Perusahaan tidak memiliki utang yang lebih besar dari Debt Equity Ratio (DER).
  5. Saham menjadi market leader.
  6. Price Earning Ratio (PER) rata-rata tidak jauh berbeda.


5 Rasio Analisis Fundamental Saham


1.EPS (Earning Per Share)

Rasio ini sangat penting untuk diperhatikan karena memberikan informasi tentang laba bersih yang diperoleh per lembar sahamnya.

EPS didapatkan dengan rumus:

Earn Per Share = (Laba bersih – Pajak – Dividen)/ Jumlah saham beredar

Biasanya EPS yang tinggi menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba yang besar sehingga mencerminkan kesehatan perusahaan yang baik.

Namun EPS yang tinggi tidak selalu menunjukan laba perusahaan yang besar namun bisa juga dipengaruhi oleh jumlah saham beredar yang sedikit.

Oleh karena itu sebaiknya EPS tetap dipadukan dengan rasio analisis fundamental lainnya dalam menentukan keputusan untuk membeli sebuah saham.

INTI :
EPS ⇑ : Perusahaan memiliki laba yang lebih besar (BAIK)

EPS ⇓ : Laba perusahaan biasanya tidak terlalu besar (KURANG BAIK)

2. PER (Price Earning Ratio)

PER merupakan turunan dari EPS. PER menunjukan perbandingan harga saham sekarang dengan laba bersih perusahaan per lembar sahamnya (EPS)

Jadi rumus dari PER adalah:

PER = Harga Saham Terakhir / EPS

PER sering menjadi dasar acuan seorang investor untuk membeli sebuah saham. Rasio ini menjadi sangat penting karena memberikan informasi terkait nilai wajar suatu perusahaan.

PER yang rendah sering menarik para value investor untuk membelinya karena PER yang rendah menunjukan laba yang tinggi bila dibandingkan dengan harga sahamnya. Saham dengan PER rendah sering diprediksi untuk mengalami kenaikan harga hingga berada di daerah wajarnya.

Sebaliknya, PER yang sudah cukup tinggi menunjukan bahwa harga suatu saham sudah bisa disebut mahal. Sehingga kurang menarik bagi value investor.

Kapan PER suatu perusahaan disebut tinggi dan rendah ?
Untuk menentukan PER suatu perusahaan dapat dilakukan dengan cara membandingkan PER perusahaan tersebut dengan PER perusahaan sejenisnya. Melalui proses perbandingan ini anda dapat melihat perusahaan mana yang memimpin di bidang tersebut.

Jadi PER juga bisa memperlihatkan siapa pemimpin pasar pada suatu sektor. Investor yang pintar akan menghindari berinvestasi pada suatu perusahaan yang PER nya sudah cukup tinggi kecuali ada pertimbangan lain.

INTI:
PER ⇑ :Menunjukan Harga Saham sudah tergolong mahal dan kurang cocok untuk investasi.

PER ⇓ :Menunjukan Harga Saham masih murah dan cocok untuk investasi jangka panjang.

3. PBV (Price to Book Value)

PBV juga ditujukan untuk menentukan nilai wajar suatu saham. Perbedaan mendasar dibandingkan dengan PER adalah PBV berfokus pada ekuitas suatu perusahaan dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan.

Yang perlu diketahui pertama oleh anda semua adalah arti dari Book Value. Book Value adalah nilai ekuitas per lembar sahamnya.

PBV didapatkan dengan rumus:

PBV = Harga Saham Terakhir/ Nilai buku per lembar sahamnya

Biasanya investor membandingkan PBV suatu saham dengan PBV saham sejenis atau dengan menggunakan suatu acuan tetap, contohnya:

PBV > 1 : Maka harga saham tersebut sudah berada diatas nilai wajarnya (Overvalue)

PBV < 1 : Maka harga saham tersebut berada di bawah harga wajarnya (UnderValue)

Walaupun demikian tidak semua saham yang memiliki PBV < 1 layak disebut dengan saham yang layak investasi. Namun bisa saja menunjukan bahwa fundamental saham tersebut sudah tidak baik dan tidak berpotensi berkembang lagi.

Banyak analis yang berpendapat bahwa penggunaan PBV sudah tidak relevan lagi. Namun bagaimanapun kehadiran PBV tidak dapat dielakan oleh seluruh investor.

Investor yang cerdas akan memadukan penggunaan PBV untuk menentukan nilai wajar sebuah saham dengan rasio lainnya seperti PER (Price Earning Ratio)

INTI :
PBV > 1 : Maka harga saham tersebut sudah berada diatas nilai wajarnya (Overvalue)

PBV < 1 : Maka harga saham tersebut berada di bawah harga wajarnya (UnderValue)

4. ROE (Return on Equity)

ROE merupakan indikator penunjuk tingkat keuntungan anda selama berinvestasi di suatu saham. Kelemahan ROE adalah tidak dimasukannya hutang ke dalam penghitungannya. Namun ROE tetap bisa menjadi rasio penting dalam melihat kesehatan fundamental suatu saham.

ROE didapat dengan rumus:

ROE = Laba bersih/ Total Ekuitas

Dengan berinvestasi pada perusahaan yang memiliki rasio ROE yang tinggi diharapkan dapat memberikan imbal balik yang tinggi.

Investor biasanya memilih perusahaan yang memiliki ROE yang tinggi karena itu mencerminkan keefektifan suatu perusahaan dalam mengelola modalnya sehingga bisa menghasilkan laba yang besar.

Biasanya ROE dibandingkan dengan perusahaan pada sektor yang sama atau sering juga dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Dengan membandingkan ROE pada periode sebelumnya maka investor dapat mengetahui kualitas kinerja perusahaan.

INTI:
ROE ⇑ : Suatu saham efektif dalam mengelola modalnya sehingga bisa disebut perusahaan berfundamental baik

ROE ⇓ : Suatu saham kurang bisa efektif dalam mengelola modal yang ditanamkan oleh investor sehingga patut dipertanyakan apa adanya masalah di dalam manajemennya.

5. DER (Debt to Equity Ratio)

Pasti semua dari anda setidaknya pernah memiliki hutang. Memiliki hutang bukanlah hal yang buruk selama masih dalam batas yang wajar.

Biasanya perusahaan akan berhutang untuk mengembangkan bisnis dan mendorong kinerja perusahaan. Melalui rasio ini maka para analisis dapat menentukan batas wajar dari hutang suatu perusahaan.

Hutang yang terlalu besar dapat menjadi resiko bagi suatu perusahaan. Oleh karena itu, DER menjadi rasio yang penting untuk diperhatikan oleh para investor.

DER didapat dengan rumus:

DER = Total Hutang/ Total Ekuitas

Biasanya para investor menggunakan acuan tetap dalam menilai kesehatan hutang suatu perusahaan.

DER > 1 : Berarti hutang suatu perusahaan lebih besar daripada ekuitasnya. Hal ini wajib diwaspadai

DER < 1 : Berarti hutang suatu perusahaan lebih kecil daripada ekuitasnya. Hal ini menunjukan bahwa jumlah hutang masih dapat ditoleransi.

Namun sebenarnya DER dari setiap sektor perusahaan berbeda-beda. Seperti contohnya DER dari saham sektor perbankan biasanya lebih besar daripada 1 karena biasanya dana yang dikelola berasal dari pihak ke-3 dan digolongkan sebagai hutang.

Perusahaan yang memiliki DER yang tinggi juga biasanya kurang aktif dalam membagikan dividen. Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap keuntungan para investor jangka panjang. Oleh karena itu ada baiknya memilih perusahaan yang memiliki DER rendah.

INTI:
DER ⇑ : Hutang perusahaan diatas ekuitasnya, patut diperhatikan kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya.

DER ⇓ : Hutang perusahaan masih di dalam batas wajarnya, sehingga di prediksi tidak akan ada masalah bagi perusahaan dalam membayar hutangnya.

Referensi:
Koinworks. "8 Tips Membaca Analisis Fundamental Perusahaan". WEB. Diakses pada 5 Agustus 2019.
Cermati. "Tips Memilih Saham Terbaik dengan Analisis Fundamental dan Teknikal". WEB. Diakses pada 5 Agustus 2019. 
Investazee. "5 Rasio Analisis Fundamental Saham". WEB. Diakses pada 5 Agustus 2019

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Menggunakan Elliott Wave

Mengenal Elliott Wave Teori Elliott Wave dikembangkan oleh R.N. Elliott dan dipopulerkan oleh Robert Prechter . Teori ini menegaskan bahwa perilaku orang banyak surut dan mengalir dalam tren yang jelas. Berdasarkan pasang surut ini, Elliott mengidentifikasi struktur tertentu untuk pergerakan harga di pasar keuangan. Artikel ini adalah sebuah pengantar dasar untuk teori Elliott Wave. Suatu urutan dasar impuls 5-gelombang dan urutan korektif 3-gelombang dijelaskan. Saat teori Elliott Wave menjadi jauh lebih rumit daripada kombinasi 5-3 ini, artikel ini hanya akan fokus pada dasar-dasarnya. RN Elliott Derajat Gelombang dalam Elliott Wave elliott wave degree Konvensi pelabelan yang ditunjukkan di atas adalah yang ditunjukkan dalam buku Elliott Wave. Dalam Elliott-speak, konvensi pelabelan ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat atau tingkat gelombang, yang mewakili ukuran tren yang mendasarinya. Angka Romawi huruf besar mewakili gelombang derajat besar, angka sederha...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Mengenal Indikator Saham OBV | On-Balance Volume

Apa itu On-Balance Volume (OBV)? On-balance volume (OBV) adalah indikator momentum perdagangan teknis yang menggunakan aliran volume untuk memprediksi perubahan harga saham. Joseph Granville pertama kali mengembangkan metrik OBV dalam buku 1963, "Granville's New Key to Stock Market Profits." Granville percaya bahwa volume adalah kekuatan utama di balik pasar dan dirancang OBV untuk diproyeksikan ketika gerakan besar di pasar akan terjadi berdasarkan perubahan volume. Dalam bukunya, ia menggambarkan prediksi yang dihasilkan oleh OBV sebagai "a spring being wound tightly." Dia percaya bahwa ketika volume meningkat tajam tanpa perubahan signifikan dalam harga saham, harga akhirnya akan melonjak ke atas atau jatuh ke bawah. indikator obv saham Intisari Penggunaan Indikator OBV On-balance volume (OBV) adalah indikator teknis momentum, menggunakan perubahan volume untuk membuat prediksi harga. OBV menunjukkan sentimen kerumunan yang dapat mempredi...