google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Prospek Saham Sektor Consumer Goods | UNVR, SIDO, GGRM, ASII, TPIA Langsung ke konten utama

Prospek Saham Sektor Consumer Goods | UNVR, SIDO, GGRM, ASII, TPIA


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten barang konsumsi masih mencatatkan kinerja yang apik sepanjang kuartal I-2020. Beberapa emiten bahkan mencatatkan kenaikan pendapatan dan laba bersih sepanjang tiga bulan pertama 2020.

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) misalnya, membukukan laba bersih sebesar Rp 1,86 triliun, naik 6,53% dari perolehan laba bersih pada kuartal I-2019 yang sebesar Rp1,74 triliun. Dari sisi topline, emiten Konstituen Indeks Kompas100 ini mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 4,58 % menjadi Rp11,15 triliun.

PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) juga berhasil mencatatkan pertumbuhan positif sepanjang tiga bulan pertama tahun ini. SIDO berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp 232 miliar, naik 11% dibanding periode sama tahun sebelumnya, yakni Rp 209 miliar.

Emiten rokok, yakni PT Gudang Garam Tbk (GGRM) juga mencatatkan laba bersih senilai 3,88 % menjadi Rp2,45 triliun. Pun begitu dengan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) yang mengalami peningkatan laba bersih pada kuartal I-2020 sebesar 1,1% menjadi Rp 3,32 triliun.

Sementara itu, emiten yang bergerak di subsector aneka industri mencatatkan kinerja yang beragam. PT Astra International Tbk (ASII) misalnya, mencatatkan penurunan laba bersih 7,85% secara year on year menjadi Rp 4,81 triliun di kuartal I tahun ini.

Pun begitu dengan emiten yang bergerak di subsector industri dasar dan kimia. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) misalnya, membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$ 17,83 juta. Hal yang sama juga terjadi pada PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang BRPT mencatatkan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk US$ 2,09 juta.

Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso menilai, ke depan emiten consumer goods yang berhubungan dengan makanan dan rokok dinilai lebih bisa bertahan dalam kondisi saat ini. Sementara untuk emiten yang bergerak di sektor kimia (petrochemical), Aria menilai emiten ini perlu melakukan efisiensi dalam operasinya untuk menjaga kinerja.

“Untuk sektor aneka industri seperti ASII dipengaruhi sentimen penurunan penjualan mobil yang sempat lebih dari 90% dan juga penurunan harga komoditas crude palm oil (CPO),” ujar Aria kepada Kontan.co.id, Senin (15/6).

Sementara itu, Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya memilih saham barang konsumsi sebagai top picks untuk bulan ini. Adapun saham consumers pilihan Mirae Asset untuk periode Juni 2020 diantaranya GGRM dan UNVR. Sementara Aria merekomendasikan investor untuk bisa membeli saham consumers secara bertahap.

Sebagai gambaran, berikut ini rekapan data kinerja laba bersih sejumlah emiten sektor manufaktur yang dihimpun Kontan.co.id.

Barang konsumsi dan farmasi

Kuartal I-2020 VS Kuartal I-2019:
HMSP : Rp 3.32 triliun vs Rp 3.28 triliun
GGRM : Rp 2.45 triliun vs Rp 2.35 triliun
ICBP : Rp 1.98 triliun vs Rp 1.34 triliun
UNVR : Rp 1.86 triliun vs Rp 1.75 triliun
INDF : Rp 1.40 triliun vs Rp 1.35 triliun
MYOR :Rp 931 miliar vs Rp 466 miliar
KLBF : Rp 669 miliar vs Rp 595 miliar
SIDO : Rp 231 miliar vs Rp 209 miliar
ROTI : Rp 77.8 miliar vs Rp 64.8 miliar
KINO : Rp57.8 miliar vs Rp 306 miliar
DVLA : Rp 56.5 miliar vs Rp 83.2 miliar
CLEO : Rp 35.4 miliar vs Rp 25.3 miliar
HOKI : Rp 14.7 miliar vs Rp 25.5 miliar
INAF : -Rp 21.4 milar vs –Rp 21.8 miliar

Manufaktur lainnya (kimia dan industri dasar)

Kuartal I-2020 VS Kuartal I-2019:
KRAS : US$ 74.1 juta vs -US$ 62.3 juta
SRIL : US$ 28.2 juta vs US$ 28.0 juta
ESSA : US$ 1.03 juta vs US$ 4.80 juta
GJTL : - Rp 404 miliar vs Rp 169 miliar
KBLI : -Rp 13.6 miliar vs Rp 115 miliar
PBID : Rp 61.5 miliar vs Rp 63.6 miliar
JECC : Rp 7.37 miliar vs Rp 16.8 miliar
NIKL : -US$ 10.1 juta vs US$ 2.24 juta
TPIA : -U$ 17.8 juta vs US$ 17.3 juta
BRPT : -US$ 2,09 juta vs US$ 5,62 juta.
SMGR : Rp 446 Miliar vs Rp 268 miliar
SMCB: Rp 68.4 miliar vs –Rp 123 miliar
ASII : Rp 4.81 trilliun vs Rp 5.21 triliun
AUTO : Rp 115 miliar vs Rp 159 miliar

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Menggunakan Elliott Wave

Mengenal Elliott Wave Teori Elliott Wave dikembangkan oleh R.N. Elliott dan dipopulerkan oleh Robert Prechter . Teori ini menegaskan bahwa perilaku orang banyak surut dan mengalir dalam tren yang jelas. Berdasarkan pasang surut ini, Elliott mengidentifikasi struktur tertentu untuk pergerakan harga di pasar keuangan. Artikel ini adalah sebuah pengantar dasar untuk teori Elliott Wave. Suatu urutan dasar impuls 5-gelombang dan urutan korektif 3-gelombang dijelaskan. Saat teori Elliott Wave menjadi jauh lebih rumit daripada kombinasi 5-3 ini, artikel ini hanya akan fokus pada dasar-dasarnya. RN Elliott Derajat Gelombang dalam Elliott Wave elliott wave degree Konvensi pelabelan yang ditunjukkan di atas adalah yang ditunjukkan dalam buku Elliott Wave. Dalam Elliott-speak, konvensi pelabelan ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat atau tingkat gelombang, yang mewakili ukuran tren yang mendasarinya. Angka Romawi huruf besar mewakili gelombang derajat besar, angka sederha...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Mengenal Indikator Saham OBV | On-Balance Volume

Apa itu On-Balance Volume (OBV)? On-balance volume (OBV) adalah indikator momentum perdagangan teknis yang menggunakan aliran volume untuk memprediksi perubahan harga saham. Joseph Granville pertama kali mengembangkan metrik OBV dalam buku 1963, "Granville's New Key to Stock Market Profits." Granville percaya bahwa volume adalah kekuatan utama di balik pasar dan dirancang OBV untuk diproyeksikan ketika gerakan besar di pasar akan terjadi berdasarkan perubahan volume. Dalam bukunya, ia menggambarkan prediksi yang dihasilkan oleh OBV sebagai "a spring being wound tightly." Dia percaya bahwa ketika volume meningkat tajam tanpa perubahan signifikan dalam harga saham, harga akhirnya akan melonjak ke atas atau jatuh ke bawah. indikator obv saham Intisari Penggunaan Indikator OBV On-balance volume (OBV) adalah indikator teknis momentum, menggunakan perubahan volume untuk membuat prediksi harga. OBV menunjukkan sentimen kerumunan yang dapat mempredi...