google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Ciri-ciri Investasi Saham yang Bagus untuk Jangka Panjang Langsung ke konten utama

Ciri-ciri Investasi Saham yang Bagus untuk Jangka Panjang



Investasi saham adalah investasi yang bisa dibilang gampang-gampang susah. Mudah kalau tahu ilmunya, tetapi sulit jika tak punya keinginan belajar.

Salah satu ilmu yang kamu harus pelajari bila ingin terjun investasi saham adalah mengetahui ciri-ciri saham bagus agar tidak salah beli. Sebab, membeli saham emiten bagus sama seperti memiliki mesin pencetak uang.

Bisa cuan dalam jangka pendek, bahkan luber cuan jika disimpan dalam jangka panjang. Intinya adalah koleksi saham dari perusahaan bagus atau wonderful company.

Seperti petuah terbaik dari Opa Warren Buffett berikut ini:

“It’s far better to buy a wonderful company at a fair price, than a fair company at a wonderful price.” Artinya, lebih baik membeli perusahaan bagus dengan harga murah, daripada membeli perusahaan biasa dengan harga bagus.

Kalau ini pesan Lo Kheng Hong, investor saham senior yang dijuluki Warren Buffett-nya Indonesia. “Lebih baik membeli saham perusahaan yang bagus di harga wajar. Daripada membeli perusahaan biasa pada harga murah.”

Inti dari kedua pesan tersebut adalah berinvestasi pada saham yang bagus. Bagi newbie atau pemula, mungkin susah menemukan ‘berlian’ itu di antara ratusan emiten karena ilmu investasi saham masih cetek.

Ciri-ciri Saham yang Bagus untuk Investasi 

Sebagai gambaran investasi saham pemula, ini ciri-ciri saham bagus yang layak kamu simpan untuk investasi saham jangka panjang:

1. Saham emiten yang kebal krisis

Ciri saham yang bagus untuk investasi adalah mencatatkan kinerja positif meski ekonomi sedang melambat, krisis, bahkan resesi. Di mana saat yang lain tumbang, saham perusahaan ini tetap bertahan.

Kamu dapat menelusuri kinerjanya dari laporan keuangan perusahaan selama periode ekonomi jeblok, seperti di tahun 1998, 2008, dan 2020. Kemudian membandingkan emiten satu dengan yang lain di kelasnya.

Misalnya di sektor kesehatan, bandingkan kinerja saham KLBF, INAF, KAEF, MIKA, dan emiten lainnya. Pun di sektor properti, seperti BSDE, APLN, ASRI, CTRA, MDLN, PWON, dan lainnya.

2. Saham emiten dengan ROE tinggi

Return on Equity (ROE) adalah tingkat pengembalian investasi. Setiap keuntungan Rp 1.000, maka menghasilkan untung bersih minimal 15% atau lebih dalam setahun.

ROE adalah indikator paling dasar dari analisis fundamental. Jika ROE-nya bagus, kemungkinan besar yang lain di laporan keuangan juga bagus.

Tetapi kalau kurang dari 15%, artinya perusahaan itu tidak menguntungkan. Jadi, untuk apa sahamnya dibeli.

3. Saham emiten dengan peningkatan laba dan rutin tebar dividen

Saham yang bagus untuk investasi lainnya ditunjukkan dengan ciri-ciri mampu membukukan kenaikan laba bersih atau laba periode berjalan. Ini baru yang dinamakan wonderful company.

Misalnya laba bersih dari periode 30 September 2020 dibanding 30 September 2019 terjadi kenaikan. Begitpula dengan total ekuitasnya.

Selain itu, emiten sering bagi-bagi dividen. Itu artinya emiten tersebut mampu menghasilkan laba bersih secara rutin, sehingga hasilnya dibagikan kepada para pemegang saham.

Yang bagus lagi kalau perusahaan menebar total dividen 30-40% atau lebih dari perolehan laba bersih dalam setahun. Kurang dari itu, dianggap terlalu kecil.

4. Saham emiten dengan kredibilitas baik

Artinya emiten memiliki manajemen dan pemegang saham pengendali yang jujur dan berintegritas tinggi. Sebaiknya hindari membeli saham emiten yang track record-nya sudah jelek, pernah tercoreng akibat kasus atau skandal buruk meski prospek bisnisnya bagus.

Sebab, bisa saja masih ada ‘kroni-kroni’ atau oknum lain yang bermain sehingga dapat merugikanmu sebagai investor. Uang kamu bakal habis karena bobroknya integritas manajemen dan pemegang saham pengendali.

5. Saham yang pergerakannya tidak liar

Ciri saham yang bagus untuk investasi berikutnya adalah terlihat dari pergerakannya. Naik turunnya harga saham tidak terlalu drastis, namun bergerak secara wajar.

Ini menandakan bahwa saham tersebut likuid atau sering ditransaksikan. Tidak gampang digoreng oleh bandar misalnya. Biasanya saham bagus yang likuid ini adalah saham lapis satu dan saham lapis dua.

Saham lapis satu, contohnya:

  • BBRI
  • ICBP
  • TLKM
  • UNVR
  • GGRM, dan
  • BBNI.

Sedangkan saham lapis dua, di antaranya

  • BBKP
  • BSDE
  • PWON
  • JPFA
  • LSIP
  • AISA, dan
  • PPRO.


6. Saham emiten dengan kapitalisasi pasar besar

Saham lapis satu dan lapis dua sebagai saham bagus memiliki kapitalisasi pasar yang besar. Nilai kapitalisasinya lebih dari Rp 500 miliar. Sementara kalau kapitalisasi pasarnya di bawah nilai tersebut, mudah sekali dipermainkan atau digoreng. Makanya volatilitasnya tidak wajar. Hari ini bisa naik 20%, besok nyungsep segitu juga.

7. Saham emiten yang punya model bisnis baik dan jelas

Artinya sudah tahu arah ke mana bisnis perusahaan bergerak dan berkembang untuk memperoleh keuntungan. Jadi, tidak buram atau abu-abu sehingga membuat keraguan investor atau pemegang saham.


Kenali Saham yang Kamu Beli

Salah satu cara memulai investasi saham adalah dengan memilih saham yang bagus. Seperti pesan Lo Kheng Hong agar kamu sukses investasi saham, yakni selalu kenali saham yang dibeli. Ini dianalogikan seperti jangan membeli kucing dalam karung.

Beli saham yang kamu kenali supaya tidak rugi besar. Jangan modal ikut-ikutan atau tergiur cuan dari pompom ‘tetangga sebelah.’ Jadi, selalu lakukan analisis sebelum membeli agar mendapat hasil maksimal.

sumber : cermati


Lebih lengkapnya silahkan klik :  Saham Online

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Menggunakan Elliott Wave

Mengenal Elliott Wave Teori Elliott Wave dikembangkan oleh R.N. Elliott dan dipopulerkan oleh Robert Prechter . Teori ini menegaskan bahwa perilaku orang banyak surut dan mengalir dalam tren yang jelas. Berdasarkan pasang surut ini, Elliott mengidentifikasi struktur tertentu untuk pergerakan harga di pasar keuangan. Artikel ini adalah sebuah pengantar dasar untuk teori Elliott Wave. Suatu urutan dasar impuls 5-gelombang dan urutan korektif 3-gelombang dijelaskan. Saat teori Elliott Wave menjadi jauh lebih rumit daripada kombinasi 5-3 ini, artikel ini hanya akan fokus pada dasar-dasarnya. RN Elliott Derajat Gelombang dalam Elliott Wave elliott wave degree Konvensi pelabelan yang ditunjukkan di atas adalah yang ditunjukkan dalam buku Elliott Wave. Dalam Elliott-speak, konvensi pelabelan ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat atau tingkat gelombang, yang mewakili ukuran tren yang mendasarinya. Angka Romawi huruf besar mewakili gelombang derajat besar, angka sederha...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Mengenal Indikator Saham OBV | On-Balance Volume

Apa itu On-Balance Volume (OBV)? On-balance volume (OBV) adalah indikator momentum perdagangan teknis yang menggunakan aliran volume untuk memprediksi perubahan harga saham. Joseph Granville pertama kali mengembangkan metrik OBV dalam buku 1963, "Granville's New Key to Stock Market Profits." Granville percaya bahwa volume adalah kekuatan utama di balik pasar dan dirancang OBV untuk diproyeksikan ketika gerakan besar di pasar akan terjadi berdasarkan perubahan volume. Dalam bukunya, ia menggambarkan prediksi yang dihasilkan oleh OBV sebagai "a spring being wound tightly." Dia percaya bahwa ketika volume meningkat tajam tanpa perubahan signifikan dalam harga saham, harga akhirnya akan melonjak ke atas atau jatuh ke bawah. indikator obv saham Intisari Penggunaan Indikator OBV On-balance volume (OBV) adalah indikator teknis momentum, menggunakan perubahan volume untuk membuat prediksi harga. OBV menunjukkan sentimen kerumunan yang dapat mempredi...