google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Analisa Saham ACES | 26 Februari 2018 Langsung ke konten utama

Analisa Saham ACES | 26 Februari 2018

Analisa Saham ACES

Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi di 2018 mencapai 5,4%. Salah satu yang menjadi pendongkrak ekonomi adalah naiknya daya beli masyarakat. Hal ini juga akan menguntungkan emiten ritel, termasuk peritel perkakas rumah tangga dan bangunan, serta barang elektronik.

Salah satu pendorong daya beli masyarakat adalah belanja politik pada pilkada tahun ini dan saat pemilu tahun depan. Hal ini akan meningkatkan jumlah uang beredar.



Penjualan peralatan rumah tangga tahun ini juga sudah tampak meningkat. Survei Penjualan Eceran BI menunjukkan, penurunan penjualan peralatan rumah tangga pada Januari lalu hanya 10,7%. Angka ini lebih baik dari penurunan di Desember 2017 yang mencapai 13,5%.

Kepala Riset Ekuator Swarna Sekuritas David Sutantyo mengatakan, secara industri sektor ini masih lemah, namun berpeluang tumbuh. Pertumbuhan bakal dirasakan pemain ritel besar yang memiliki rantai produksi dan distribusi yang lebih efisien.

Misalnya PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES). Emiten ini sukses mengantongi penjualan Rp 541,82 miliar sepanjang Januari lalu.

David menilai, ACES cukup berhasil melakukan inovasi untuk mengatasi persaingan dengan ritel online, melalui rangkaian promosinya. Sebagai pemain ritel yang besar, pengaruh ritel online memang tidak signifikan, tetapi tetap tidak bisa diabaikan, kata dia, Jumat (23/2)

Emiten sektor perkakas rumah tangga juga masih memiliki peluang ekspansi pangsa pasar yang besar di luar Pulau Jawa. Analis Danareksa Adeline Solaiman mengatakan, fokus pada pasar di luar Jawa berpotensi menyumbang penjualan yang cukup besar, karena kompetisi tak terlalu ketat.

Serupa, analis Bahana Sekuritas Michael Setjoadi juga menilai potensi pasar di luar Jawa semakin besar, seiring dengan terus naiknya harga komoditas. Konsumsi masyarakat di luar Jawa memang bergantung pada tren harga komoditas.

Ia mencontohkan, ACES membukukan rata-rata pertumbuhan penjualan per toko atawa same store sales growth (SSSG) tertinggi di luar Jawa, yakni sebesar 14,8% pada akhir kuartal III-2017.

Masih impor

Meski begitu, emiten-emiten di sektor ini juga masih dibayangi sejumlah tantangan. Di antaranya performa nilai tukar rupiah. Kondisi ini menjadi krusial sebab sebagian besar barang yang dijual para peritel ini merupakan barang impor, terutama barang-barang elektronik.

Posisi rupiah terhadap dollar AS dan yuan China bisa mempengaruhi average selling price atawa harga jual rata-rata barang. Selain itu, potensi naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) bisa menekan daya beli masyarakat.

Kinerja sektor properti juga mempengaruhi kinerja emiten peritel barang-barang rumah tangga dan elektronik ini. Kalau politik gaduh, orang akan ragu membeli rumah baru dan cenderung menunda renovasi rumah. Hal ini akan menurunkan permintaan barang yang dijual peritel, kata Michael.

Likuiditas saham juga masih menjadi isu bagi beberapa emiten sektor ini. Adeline cenderung menjagokan ACES. Target pasar menengah ke atas menjadi salah satu keunggulan emiten ini.

Regulasi impor ritel yang cukup ketat saat ini juga menjadi katalis positif untuk mengurangi persaingan dengan bisnis ritel sejenis. Senada, Michael melihat pengetatan aturan bea cukai kian mempersulit toko ritel yang menjual produk serupa dengan ACES. Alhasil, permintaan mulai bergeser pada ACES.

Selain itu, Michael juga meyakini infrastruktur tol Trans Jawa akan semakin membuka lebar potensi pasar luar Jawa bagi ACES. Saat ini, Michael merekomendasikan hold saham ini dengan target harga Rp 1.350 per saham.

Sementara David memberi rekomendasi beli bagi saham ACES. Ia mematok target harga saham ini sebesar Rp 1.600 per saham. Jumat lalu, harga ACES Rp 1.365 per saham

KONTAN

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Menggunakan Elliott Wave

Mengenal Elliott Wave Teori Elliott Wave dikembangkan oleh R.N. Elliott dan dipopulerkan oleh Robert Prechter . Teori ini menegaskan bahwa perilaku orang banyak surut dan mengalir dalam tren yang jelas. Berdasarkan pasang surut ini, Elliott mengidentifikasi struktur tertentu untuk pergerakan harga di pasar keuangan. Artikel ini adalah sebuah pengantar dasar untuk teori Elliott Wave. Suatu urutan dasar impuls 5-gelombang dan urutan korektif 3-gelombang dijelaskan. Saat teori Elliott Wave menjadi jauh lebih rumit daripada kombinasi 5-3 ini, artikel ini hanya akan fokus pada dasar-dasarnya. RN Elliott Derajat Gelombang dalam Elliott Wave elliott wave degree Konvensi pelabelan yang ditunjukkan di atas adalah yang ditunjukkan dalam buku Elliott Wave. Dalam Elliott-speak, konvensi pelabelan ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat atau tingkat gelombang, yang mewakili ukuran tren yang mendasarinya. Angka Romawi huruf besar mewakili gelombang derajat besar, angka sederha...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Mengenal Indikator Saham OBV | On-Balance Volume

Apa itu On-Balance Volume (OBV)? On-balance volume (OBV) adalah indikator momentum perdagangan teknis yang menggunakan aliran volume untuk memprediksi perubahan harga saham. Joseph Granville pertama kali mengembangkan metrik OBV dalam buku 1963, "Granville's New Key to Stock Market Profits." Granville percaya bahwa volume adalah kekuatan utama di balik pasar dan dirancang OBV untuk diproyeksikan ketika gerakan besar di pasar akan terjadi berdasarkan perubahan volume. Dalam bukunya, ia menggambarkan prediksi yang dihasilkan oleh OBV sebagai "a spring being wound tightly." Dia percaya bahwa ketika volume meningkat tajam tanpa perubahan signifikan dalam harga saham, harga akhirnya akan melonjak ke atas atau jatuh ke bawah. indikator obv saham Intisari Penggunaan Indikator OBV On-balance volume (OBV) adalah indikator teknis momentum, menggunakan perubahan volume untuk membuat prediksi harga. OBV menunjukkan sentimen kerumunan yang dapat mempredi...