google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Analisa Saham DOID, LINK dan ZINC | 11 Mei 2018 Langsung ke konten utama

Analisa Saham DOID, LINK dan ZINC | 11 Mei 2018


Meski hari Rabu (9/5) indeks harga saham gabungan (IHSG) sempat rebound dengan kenaikan yang fantastis, yakni 133 poin, kondisi pasar modal Indonesia bisa dikata sedang dalam tekanan.

Tapi bukan berarti investor tidak bisa masuk. Beberapa analis justru menyarankan bahwa sekarang adalah saat yang tepat untuk masuk, saat valuasi beberapa saham sedang murah. Tak hanya itu, investor bisa juga bisa mengincar saham-saham second liner, bukan cuma saham-saham big cap.

Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengungkapkan, saham-saham second liner yang layak untuk dilirik investor berasal dari industri pertambangan dan telekomunikasi, dengan emitennya DOID dan LINK.

DOID yang merupakan emiten yang berada di sektor pertambangan batubara dengan potensi kenaikan yang cukup tinggi dengan PER yang cukup rendah dan permintaan batubara yang secara global cukup tinggi bisa mempengaruhi kinerja DOID ke depan. Kemudian dari sisi produksi juga cukup signifikan, dengan cuaca hujan yang sudah rendah saat ini sehingga produksi bisa ditingkatkan.

“Untuk PER-nya sendiri DOID saat ini sebesar 11,95x dan ini sudah cukup rendah. Secara teknikal pun saham DOID memperlihatkan potensi uptrend,” ujar Nafan, Kamis (10/9).

Dalam jangka panjang, Nafan memberi target harga DOID bisa mencapai Rp 1.390 per saham. Dalam sesi penutupan perdagangan Rabu (9/5), harga saham DOID ditutup di harga Rp 880 per saham, naik 1,15% dibanding level penutupan hari sebelumnya.

Sektor pertambangan sendiri dipandang Nafan, didukung oleh permintaan yang lebih tinggi lagi jelang musim dingin di akhir tahun. Kebutuhan batubara, baik untuk domestik dan global juga masih tetap besar. Terutama bagi kebutuhan dalam negeri, di mana pembangunan pembangkit listrik terus berlangsung sehingga membutuhkan banyak pasokan batubara.

Sementara, untuk LINK sendiri pergerakan secara teknikal tidak begitu downtrend. Meski dalam penutupan perdagangan Rabu (9/5) ditutup melemah 0,25%, namun pelemahannya kecil dan masih memiliki potensi untuk tumbuh ke depannya.

Dari sisi fundamental, pelanggan LINK setiap tahun terus meningkat, tercermin dari peningkatan pendapatan LINK di kuartal I-2018 sebesar 12%. Pertumbuhan kinerja terutama ditopang oleh peningkatan pelanggan internet dan TV berbayar.

Jumlah pelanggan LINK dari jaringan perumahan di kuartal I-2018 mencapai 2,034 juta pelanggan, meningkat dibanding posisi jumlah pelanggan di akhir Desember 2017 yang mencapai 2 juta pelanggan.

Secara teknikal, target harga jangka panjang saham LINK menurut Nafan akan berada di Rp 6.740 sehingga masih ada ruang untuk terus naik.

Pendapat berbeda diungkapkan Kepala Riset Narada Kapital Indonesia Kiswoyo Adi Joe. Menurutnya, saham second liner yang layak dilirik oleh investor adalah ZINC. Perusahaan pertambangan mineral dengan produknya, zinc (seng), perak dan timah ini dikatakan berada dalam situasi menguntungkan, mengingat produknya, yakni zinc dan timah sedang langka di pasar global sehingga harganya naik.

Di London Metal Exchange (LME) harga Zinc untuk kontrak pengiriman tiga bulan pada penutupan perdagangan Rabu (9/5) berada di level US$ 3.076 per metrik ton, naik 0,52% dibanding hari sebelumnya. Sementara, timah diperdagangkan di level US$ 21.110 per metrik ton, naik 0,88% dibanding hari sebelumnya.

“Kinerja ZINC bakal diuntungkan dari permintaan global yang cukup tinggi, mengingat pasokan di global juga masih sedikit,” ujar Kiswoyo.

Dalam penutupan perdagangan hari Rabu (8/5), harga saham ZINC ditutup di level Rp 1.775 per saham. Untuk jangka panjang, Kiswoyo mengatakan saham ZINC berpotensi mencapai Rp 2.800 sampai Rp 3.000.

Argumen Kiswoyo didasarkan pada smelter ZINC yang baru saja dibangun. Dus, ketika harga jual produk ZINC bisa lebih tinggi berpotensi mengangkat pendapatan dan laba bersih ZINC.

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Menggunakan Elliott Wave

Mengenal Elliott Wave Teori Elliott Wave dikembangkan oleh R.N. Elliott dan dipopulerkan oleh Robert Prechter . Teori ini menegaskan bahwa perilaku orang banyak surut dan mengalir dalam tren yang jelas. Berdasarkan pasang surut ini, Elliott mengidentifikasi struktur tertentu untuk pergerakan harga di pasar keuangan. Artikel ini adalah sebuah pengantar dasar untuk teori Elliott Wave. Suatu urutan dasar impuls 5-gelombang dan urutan korektif 3-gelombang dijelaskan. Saat teori Elliott Wave menjadi jauh lebih rumit daripada kombinasi 5-3 ini, artikel ini hanya akan fokus pada dasar-dasarnya. RN Elliott Derajat Gelombang dalam Elliott Wave elliott wave degree Konvensi pelabelan yang ditunjukkan di atas adalah yang ditunjukkan dalam buku Elliott Wave. Dalam Elliott-speak, konvensi pelabelan ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat atau tingkat gelombang, yang mewakili ukuran tren yang mendasarinya. Angka Romawi huruf besar mewakili gelombang derajat besar, angka sederha...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Mengenal Indikator Saham OBV | On-Balance Volume

Apa itu On-Balance Volume (OBV)? On-balance volume (OBV) adalah indikator momentum perdagangan teknis yang menggunakan aliran volume untuk memprediksi perubahan harga saham. Joseph Granville pertama kali mengembangkan metrik OBV dalam buku 1963, "Granville's New Key to Stock Market Profits." Granville percaya bahwa volume adalah kekuatan utama di balik pasar dan dirancang OBV untuk diproyeksikan ketika gerakan besar di pasar akan terjadi berdasarkan perubahan volume. Dalam bukunya, ia menggambarkan prediksi yang dihasilkan oleh OBV sebagai "a spring being wound tightly." Dia percaya bahwa ketika volume meningkat tajam tanpa perubahan signifikan dalam harga saham, harga akhirnya akan melonjak ke atas atau jatuh ke bawah. indikator obv saham Intisari Penggunaan Indikator OBV On-balance volume (OBV) adalah indikator teknis momentum, menggunakan perubahan volume untuk membuat prediksi harga. OBV menunjukkan sentimen kerumunan yang dapat mempredi...