google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Prospek Saham Properti | 27 Juli 2018 Langsung ke konten utama

Prospek Saham Properti | 27 Juli 2018


Kinerja sejumlah emiten di sektor properti non-kawasan industri masih belum sepenuhnya menggembirakan. Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra memperkirakan, kinerja perusahaan sektor ini di kuartal kedua masih belum banyak berubah.

Menurutnya, kinerja PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) masih flat dari semua lini bisnisnya. Pendapatan terbesarnya datang dari urban development dan healthcare.

"Pada kuartal I 2018 masih terlihat flat. Dengan kondisi sektor properti yang belum benar-benar pulih, maka kinerja pada kuartal II ini tidak akan berbeda jauh dibandingkan kuartal sebelumnya," jelasnya, Kamis (26/7).

Sedangkan untuk PT PP Properti Tbk (PPRO), Aditya bilang sejauh ini pendapatannya masih cukup solid terutama disumbang oleh penjualan properti seperti rumah dan apartemen.

"Kinerja sektor properti di kuartal II ini tidak berbeda jauh dengan kuartal I lalu, kenaikan 14% di kuartal I kemungkinan akan bisa terulang di kuartal II nanti, estimasi saya sekitar 12%-15% kenaikan di penjualan untuk PPRO pada kuartal II 2018," imbuhnya.

Lalu untuk PT Ciputra Development Tbk (CTRA), ia mengungkapkan bahwa mulai terlihat perbaikan penjualan dari segmen rumah tapak maupun kantor dan akan lebih terlihat lagi di kuartal II ini. "Estimasi kenaikan bisa di atas 10% dari sebelumnya 8% di kuartal I 2018," tandasnya.

Untuk PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), Aditya bilang segmen dari pendapatan sewa cukup terlihat positif di kuartal I lalu dan posisi ini akan semakin baik di kuartal II ini. "Estimasi kenaikan penjualan berkisar 15%-20% untuk periode ini," terangnya.

Rekomendasi saham

Sementara itu, Direktur Utama PPRO Taufik Hidayat saat dihubungi kontan.co.id mengatakan bahwa kinerja perusahaannya mengalami peningkatan pada kuartal II tahun ini.

"Terutama dari sisi laba bersih hingga Juni 2018 in tumbuh sekitar 12% dari periode yang sama tahun lalu. Jumlah penjualannya juga meningkat signifikan dibanding periode yang sama tahun lalu dan melampaui target," jelasnya.

Taufik bilang rilis data kinerja kuartal II 2018 akan dikeluarkan pada Senin depan (23/7).

Sementara itu, ia turut mengungkapkan bahwa perusahaannya telah berhasil menjual tiga menara apartemen di Surabaya sekaligus kepada PT Arvada Investama yaitu Grand Shamaya tower 2, Grand Dharmahusada tower 2, dan Grand Sungkono tower 4.

"Selain itu, ada yang sedang dalam proses konstruksi dan ada juga yang sudah dalam tahap persiapan ground breaking," lanjutnya.

Untuk belanja modal, Taufik bilang pihaknya mengalokasikan capex pada kisaran Rp1,8 triliun-Rp 2 triliun. "Capex tersebut akan fokus digunakan untuk pengembangan lahan karena cadangan lahan (landbank) yang dimiliki perseroan sudah mencukupi untuk beberapa tahun ke depan," ungkapnya.
"Tahun ini, kita menargetkan top line bisa mencapai Rp 3,8 triliun hingga Rp 4 triliun, sedangkan untuk bottom line ditargetkan berkisar dari Rp 510 Miliar hingga Rp 530 miliar," tutupnya.

Aditya lalu melanjutkan bahwa dengan relaksasi yang dilakukan oleh pemerintah sejauh ini maka akan ada efek yang positif untuk peningkatan penjualan rumah, apartemen dan perkantoran ke depannya. "Kenaikannya memang tidak akan seagresif 4-5 tahun yang lalu, namun akan lebih baik dari tahun lalu," jelasnya.

Sementara itu, Aditya juga bilang bahwa manajemen resiko seperti utang dengan kondisi pelemahan rupiah sejauh ini dapat menekan resiko beban bunga.

"Asalkan pinjaman ke pihak bank dikurangi untuk mengantisipasi resiko kenaikan suku bunga kredit. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat memastikan rencana ekspansi agar sesuai dengan skenario pendapatan perusahaan," imbunya.

Selain itu Aditya bilang, promosi harus tetap dilakukan perusahaan untuk memperbesar peluang penjualan sehingga rencana pengembangan bisnis bisa dilakukan dengan lebih terarah dan mengikuti tingkat daya beli konsumen serta proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya," tambahnya.

Dari sisi saham, Aditya melihat masih ada sinyal outperform, baik untuk CTRA, PWON dan PPRO.

Sedangkan untuk LPKR sebaiknya lebih wait and see dahulu dan netral signal untuk LPKR.

Namun, ia tetap menganjurkan agar melakukan akumulasi beli di jangka pendek. "Untuk saham LPKR boleh dibeli di harga Rp 450 per saham, PWON boleh dibeli di harga Rp 620 per saham. Sementara itu, untuk PPRO boleh dibeli di harga Rp 155 per saham dan CTRA boleh dibeli di harga Rp 1.200 per saham," tutupnya.
http://investasi.kontan.co.id/news/ini-prediksi-analis-untuk-kinerja-properti-non-kawasan-industri-kuartal-ii

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Menggunakan Elliott Wave

Mengenal Elliott Wave Teori Elliott Wave dikembangkan oleh R.N. Elliott dan dipopulerkan oleh Robert Prechter . Teori ini menegaskan bahwa perilaku orang banyak surut dan mengalir dalam tren yang jelas. Berdasarkan pasang surut ini, Elliott mengidentifikasi struktur tertentu untuk pergerakan harga di pasar keuangan. Artikel ini adalah sebuah pengantar dasar untuk teori Elliott Wave. Suatu urutan dasar impuls 5-gelombang dan urutan korektif 3-gelombang dijelaskan. Saat teori Elliott Wave menjadi jauh lebih rumit daripada kombinasi 5-3 ini, artikel ini hanya akan fokus pada dasar-dasarnya. RN Elliott Derajat Gelombang dalam Elliott Wave elliott wave degree Konvensi pelabelan yang ditunjukkan di atas adalah yang ditunjukkan dalam buku Elliott Wave. Dalam Elliott-speak, konvensi pelabelan ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat atau tingkat gelombang, yang mewakili ukuran tren yang mendasarinya. Angka Romawi huruf besar mewakili gelombang derajat besar, angka sederha...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Mengenal Indikator Saham OBV | On-Balance Volume

Apa itu On-Balance Volume (OBV)? On-balance volume (OBV) adalah indikator momentum perdagangan teknis yang menggunakan aliran volume untuk memprediksi perubahan harga saham. Joseph Granville pertama kali mengembangkan metrik OBV dalam buku 1963, "Granville's New Key to Stock Market Profits." Granville percaya bahwa volume adalah kekuatan utama di balik pasar dan dirancang OBV untuk diproyeksikan ketika gerakan besar di pasar akan terjadi berdasarkan perubahan volume. Dalam bukunya, ia menggambarkan prediksi yang dihasilkan oleh OBV sebagai "a spring being wound tightly." Dia percaya bahwa ketika volume meningkat tajam tanpa perubahan signifikan dalam harga saham, harga akhirnya akan melonjak ke atas atau jatuh ke bawah. indikator obv saham Intisari Penggunaan Indikator OBV On-balance volume (OBV) adalah indikator teknis momentum, menggunakan perubahan volume untuk membuat prediksi harga. OBV menunjukkan sentimen kerumunan yang dapat mempredi...