google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Analisa Saham BBTN | 30 Oktober 2018 Langsung ke konten utama

Analisa Saham BBTN | 30 Oktober 2018


BBTN: Implementing IFRS 9 at the cost of bottom line growth

BBTN mencatat net income yang in-line dengan ekspektasi, tercatat sebesar Rp2,2 triliun, tumbuh +11,5% yoy di 9M18, pencapaian pertumbuhan net income di 3Q18 ini relatif melambat didorong oleh meningkatnya provision sebesar +44,8% yoy sebagai dampak antisipasi penerapan IFRS 9 di tahun 2020. Sementara itu, NPL membaik ke level 2,6% di 3Q18 (3Q17: 3,1%), didukung oleh dikontribusi positif dari penurunan NPL di segmen core BBTN, yaitu subsidized mortgage loan (3Q18: 1,08%; 3Q17: 1,49%) dan non-subsidized mortgage loan (3Q18: 3,1%; 3Q17: 3,4%). Kami masih positif terhadap prospek BBTN dengan target harga ke Rp3.000 didorong oleh: 1) pertumbuhan kredit yang masih positif, dimana BBTN merupakan salah satu bank dengan permintaan kredit yang stabil sebagai dampak dari penerima proyek Pemerintah di sektor properti; 2) masih kuatnya sektor properti di segmen menengah ke bawah, terlihat dari perbaikan pertumbuhan penjualan rumah tipe kecil naik di 2Q18 sebesar +11% qoq (1Q18: -2% qoq) (3) valuasi yang menarik, dimana saat ini BBTN diperdagangkan di PBV 1,1x di 2019, 16% discount jika dibandingkan dengan small banks.

BBTN mencatat net income yang in-line dengan ekspektasi, di Rp2,2 triliun, tumbuh +11,5% yoy di 3Q18. Pencapaian pertumbuhan net income di 3Q18 ini relatif rendah dibanding posisi 2Q18/3Q17:+12,0% yoy/+23,7% yoy disebabkan meningkatnya provision sebesar +44,84% yoy (2Q18/3Q17:+12,25% yoy/+24,69 % yoy) sebagai dampak antisipasi penerapan IFRS 9 di tahun 2020. Kami memperkirakan net income akan tumbuh di level +12,8% yoy/ +14,5% yoy di FY18/FY19 sebagai dampak dari antisipasi terhadap implementasi IFRS 9 di 2020 melalui penyesuaian provision.

LDR meningkat ke level 112,8%, likuiditas mengetat. Pertumbuhan kredit tercatat sebesar +19,3%yoy ke Rp220 triliun di 9M18 (2Q18/3Q17:+19,1% yoy/+19,9% yoy). Sementara, pertumbuhan deposit tercatat +16,1% yoy di 9M18 (6M18/9M17: +19,17% yoy/+13,9% yoy). Pertumbuhan kredit masih ditopang oleh dua segmen core, yaitu subsidized mortgage loan dan non-subsidized mortgage loan yang tumbuh masing-masing +30,11% yoy ke Rp 88,9 triliun dan 13,22% yoy ke Rp74,7 triliun.  

NPL membaik ke level 2,65% di 3Q18 (3Q17: 3,07%). Peningkatan kualitas asset ini dikontribusi oleh penurunan NPL di segmen core BBTN, yaitu subsidized mortgage loan (3Q18: 1,08%; 3Q17: 1,49%) dan non-subsidized mortgage loan (3Q18: 3,1%; 3Q17: 3,4%). Peningkatan NPL terjadi di segmen construction loan di 3Q18 (3Q18: 4,3%, 3Q17: 3,5%) sebagai dampak dari bencana alam yang terjadi di beberapa daerah dan perlambatan pertumbuhan high-rise building. Namun demikian, peningkatan NPL di segmen construction loan ini kebanyakan dikontribusi oleh pinjaman dengan ticket size kurang dari Rp 20 miliar. Kami memperkirakan NPL akan berada di kisaran 2,5%/2,4% di FY18/FY19.

Margin membaik secara qoq ke level 4,35% di 3Q18. Peningkatan margin tersebut disebabkan oleh peningkatan loan yield ke level 10,21% di 3Q18 (vs 10,16% di 2Q18). Namun, berdasarkan komponen cost nya, pertumbuhan time deposit (+21,4%) masih berada di atas pertumbuhan deposit growth (+16,1%). Hal ini mengakibatkan cost of fund meningkat dari level 5,5% di 2Q18 menjadi 5,8% di 3Q18, namun ini masih dibawah level 3Q17 di 5,9%. Kami memperkirakan NIM hingga FY18 masih akan berada di kisaran 4,5% karena: 1) kenaikan loan yield untuk non-subsidized mortgage loan masih akan menahan tekanan pada margin di tengah era suku bunga tinggi ini; 2) untuk subsidized mortgage loan (40,4% dari total loan), BBTN akan mendapatkan fixed yield di 5% pa, namun dengan cost of fund yang relatif rendah di 1,5% kepada Pemerintah melalui skema FLPP; serta 3) kami meyakini deposit rate BBTN sudah relatif tinggi dibandingkan bank-bank BUMN lain, sehingga penyesuaian cost of fund tidak akan signifikan hingga akhir FY18.

Kami masih merekomendasikan BUY dengan target harga Rp3.000. didorong oleh: 1) pertumbuhan kredit yang masih positif, dimana BBTN merupakan salah satu bank dengan permintaan kredit yang stabil sebagai dampak dari penerima proyek Pemerintah di sektor properti; 2) masih kuatnya sektor properti di segmen menengah ke bawah, terlihat dari perbaikan pertumbuhan penjualan rumah tipe kecil naik di 2Q18 sebesar +11% qoq (1Q18: -2% qoq) (3) valuasi yang menarik, dimana saat ini BBTN diperdagangkan di PBV 1,1x, 16% discount jika dibandingkan dengan small banks, valuasi ini menarik didukung oleh profitability yang positif dengan ROE sebesar 13,2% dan EPS growth sebesar 17,6 % di FY18. Namun demikian, kami mengantisipasi pencatatatan pertumbuhan net-income yang lebih rendah dari guidance management di 20% yoy di FY18 dan FY19 sebagai dampak dari antisipasi penerapan IFRS9 melalui peningkatan provision yang dilakukan sepanjang tahun hingga implementasinya di 2020.

 Best Regards,
Panin Sekuritas

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Cara Menggunakan Elliott Wave

Mengenal Elliott Wave Teori Elliott Wave dikembangkan oleh R.N. Elliott dan dipopulerkan oleh Robert Prechter . Teori ini menegaskan bahwa perilaku orang banyak surut dan mengalir dalam tren yang jelas. Berdasarkan pasang surut ini, Elliott mengidentifikasi struktur tertentu untuk pergerakan harga di pasar keuangan. Artikel ini adalah sebuah pengantar dasar untuk teori Elliott Wave. Suatu urutan dasar impuls 5-gelombang dan urutan korektif 3-gelombang dijelaskan. Saat teori Elliott Wave menjadi jauh lebih rumit daripada kombinasi 5-3 ini, artikel ini hanya akan fokus pada dasar-dasarnya. RN Elliott Derajat Gelombang dalam Elliott Wave elliott wave degree Konvensi pelabelan yang ditunjukkan di atas adalah yang ditunjukkan dalam buku Elliott Wave. Dalam Elliott-speak, konvensi pelabelan ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat atau tingkat gelombang, yang mewakili ukuran tren yang mendasarinya. Angka Romawi huruf besar mewakili gelombang derajat besar, angka sederha...

Mengenal Indikator Saham OBV | On-Balance Volume

Apa itu On-Balance Volume (OBV)? On-balance volume (OBV) adalah indikator momentum perdagangan teknis yang menggunakan aliran volume untuk memprediksi perubahan harga saham. Joseph Granville pertama kali mengembangkan metrik OBV dalam buku 1963, "Granville's New Key to Stock Market Profits." Granville percaya bahwa volume adalah kekuatan utama di balik pasar dan dirancang OBV untuk diproyeksikan ketika gerakan besar di pasar akan terjadi berdasarkan perubahan volume. Dalam bukunya, ia menggambarkan prediksi yang dihasilkan oleh OBV sebagai "a spring being wound tightly." Dia percaya bahwa ketika volume meningkat tajam tanpa perubahan signifikan dalam harga saham, harga akhirnya akan melonjak ke atas atau jatuh ke bawah. indikator obv saham Intisari Penggunaan Indikator OBV On-balance volume (OBV) adalah indikator teknis momentum, menggunakan perubahan volume untuk membuat prediksi harga. OBV menunjukkan sentimen kerumunan yang dapat mempredi...