google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Analisa Saham JSMR | 29 Oktober 2018 Langsung ke konten utama

Analisa Saham JSMR | 29 Oktober 2018

Analisa Saham JSMR | 29 Oktober 2018

JSMR: Positive impact from capital restructuring

Laba bersih tercatat positif, tercatat sebesar Rp726 miliar, +56,9% qoq; -18,1% yoy, sehingga laba bersih di 9M18 tercatat sebesar Rp1,8 triliun, -6,9% yoy, diatas estimasi (PANS: 78,2%, Konsensus: 81,3%; rata-rata 5 tahun: 75,7%), didukung oleh efisiensi biaya serta sejumlah kebijakan restrukturisasi. Saat ini JSMR sudah mengoperasikan 23 tol konsesi dengan panjang 788km, dan berencana untuk menambah tol baru (2018: 127km, 2019: 351km, >2020: 279km) dengan perkiraan belanja modal dapat mencapai Rp70 triliun di 2018-20. Belanja modal yang signifikan kedepannya akan memberi tekanan untuk neraca dan profitabilitas JSMR, namun kami melihat positif sejumlah strategi restrukturisasi seperti: (1) divestasi Jakarta Lingkar Baratsatu (2) rencana divestasi kedepannya dengan skema RDPT serta (3) kebijakan menjaga beban bunga dengan melakukan negosiasi terhadap sejumlah bank, dimana ini berdampak positif terhadap stabilnya WACD JSMR di 9,44% di September (April: 9,53%). Kami masih merekomendasikan HOLD, dengan target harga Rp5,400 dan akan memonitor rencana capital restructuring perusahaan kedepannya, namun kondisi akan lebih berat di 2019, didorong oleh: (1) normalisasi tingkat suku bunga yang dapat memberikan tekanan terhadap profitabilitas JSMR (2) tekanan dari konsolidasi tol baru di jangka pendek yang memberi tekanan untuk net margin serta (3) Ketidakpastian ekonomi di tahun politik yang dapat menjadi execution risk untuk rencana divestasi.

Laba bersih diatas estimasi. JSMR mencatatkan pendapatan Rp2,34 triliun di 3Q18, -2,8% qoq, +3,9% yoy didorong oleh konsolidasi dari tol baru khususnya Trans Jawa, sehingga pendapatan tol tercatat 2,29 triliun, +7,2% qoq, +10,4% yoy. Kombinasi dari (1) kenaikan beban lain-lain yang meningkat di 3Q18, tercatat sebesar -Rp315 miliar (2Q18: -Rp9 miliar; 3Q17: -Rp19 miliar) serta (2) kenaikan beban bunga sebesar -Rp532 miliar di 3Q18 diredam oleh (1) keuntungan pelepasan investasi sebesar Rp877 miliar (2Q18: 0; 3Q17: Rp564 miliar) serta (2) stabilnya beban bunga, di kondisi pasar yang mengalami normalisasi, dimana beban bunga tercatat sebesar Rp532 miliar di 3Q18 (2Q18: Rp510 miliar), ini mengakibatkan laba bersih diatas estimasi, tercatat sebesar Rp726 miliar, +56,9% qoq; -18,1% yoy, sehingga laba bersih di 9M18 tercatat sebesar Rp1,8 triliun, -6,9% yoy, diatas estimasi (PANS: 78,2%, Konsensus: 81,3%; rata-rata 5 tahun: 75,7%). Meskipun kondisi laba membaik di 3Q18 didorong oleh strategi perusahaan dalam efisiensi biaya, namun kami melihat tren kenaikan suku bunga masih akan akan berdampak terhadap JSMR yang sedang memasuki high capex cycle period.

High capex cycle period akan berdampak terhadap profitabilitas. Saat ini JSMR sudah mengoperasikan 23 tol konsesi dengan panjang 788km, dan berencana untuk menambah tol baru (2018: 127km, 2019: 351km, >2020: 279km), dengan rencana ini JSMR adalah market leader di segmen toll-road operator yang memegang market share sebesar 80% untuk transaction volume. Kami melihat, rencana ekspansi ini akan berdampak terhadap tingginya komposisi hutang JSMR, yang akan mengakibatkan tekanan untuk net margin kedepannya, dimana JSMR memperkirakan belanja modal Rp70 triliun di 2018-20.

Tekanan dari hutang diredam oleh kebijakan restrukturisasi. Belanja modal yang signifikan kedepannya akan memberi tekanan untuk neraca dan profitabilitas JSMR, namun kami melihat positif sejumlah strategi restrukturisasi seperti: (1) divestasi Jakarta Lingkar Baratsatu (2) rencana divestasi kedepannya dengan skema RDPT serta (3) kebijakan menjaga beban bunga dengan melakukan negosiasi terhadap sejumlah bank, dimana ini berdampak positif terhadap stabilnya WACD JSMR di 9,44% di September (April: 9,53%). Kombinasi kebijakan ini akan menjadi penahan dari meningkatnya beban bunga akibat tingginya belanja modal JSMR kedepannya. Selain itu kami juga melihat positif skema KIK-DINFRA, dimana ini akan memperkuat struktur modal dari sisi ekuitas.

Merekomendasikan HOLD dengan target harga Rp5.400. Kami masih merekomendasikan HOLD, dengan target harga Rp5,400 dan akan memonitor rencana capital restructuring perusahaan kedepannya, namun kondisi akan lebih berat di 2019, didorong oleh: (1) Normalisasi tingkat suku bunga yang dapat memberikan tekanan terhadap profitabilitas JSMR (2) Tekanan dari konsolidasi tol baru di jangka pendek yang memberi tekanan untuk net margin serta (3) Ketidakpastian ekonomi di tahun politik yang dapat menjadi execution risk untuk rencana divestasi.


Best Regards,
PaninSekuritas

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Menggunakan Elliott Wave

Mengenal Elliott Wave Teori Elliott Wave dikembangkan oleh R.N. Elliott dan dipopulerkan oleh Robert Prechter . Teori ini menegaskan bahwa perilaku orang banyak surut dan mengalir dalam tren yang jelas. Berdasarkan pasang surut ini, Elliott mengidentifikasi struktur tertentu untuk pergerakan harga di pasar keuangan. Artikel ini adalah sebuah pengantar dasar untuk teori Elliott Wave. Suatu urutan dasar impuls 5-gelombang dan urutan korektif 3-gelombang dijelaskan. Saat teori Elliott Wave menjadi jauh lebih rumit daripada kombinasi 5-3 ini, artikel ini hanya akan fokus pada dasar-dasarnya. RN Elliott Derajat Gelombang dalam Elliott Wave elliott wave degree Konvensi pelabelan yang ditunjukkan di atas adalah yang ditunjukkan dalam buku Elliott Wave. Dalam Elliott-speak, konvensi pelabelan ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat atau tingkat gelombang, yang mewakili ukuran tren yang mendasarinya. Angka Romawi huruf besar mewakili gelombang derajat besar, angka sederha...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Mengenal Indikator Saham OBV | On-Balance Volume

Apa itu On-Balance Volume (OBV)? On-balance volume (OBV) adalah indikator momentum perdagangan teknis yang menggunakan aliran volume untuk memprediksi perubahan harga saham. Joseph Granville pertama kali mengembangkan metrik OBV dalam buku 1963, "Granville's New Key to Stock Market Profits." Granville percaya bahwa volume adalah kekuatan utama di balik pasar dan dirancang OBV untuk diproyeksikan ketika gerakan besar di pasar akan terjadi berdasarkan perubahan volume. Dalam bukunya, ia menggambarkan prediksi yang dihasilkan oleh OBV sebagai "a spring being wound tightly." Dia percaya bahwa ketika volume meningkat tajam tanpa perubahan signifikan dalam harga saham, harga akhirnya akan melonjak ke atas atau jatuh ke bawah. indikator obv saham Intisari Penggunaan Indikator OBV On-balance volume (OBV) adalah indikator teknis momentum, menggunakan perubahan volume untuk membuat prediksi harga. OBV menunjukkan sentimen kerumunan yang dapat mempredi...