google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Analisa Saham LSIP : Bright future ahead Langsung ke konten utama

Analisa Saham LSIP : Bright future ahead


Analisa Fundamental

LSIP mencatatkan pendapatan 3Q19 sebesar Rp990 miliar (+48,2% QoQ; -10,9% YoY), sehingga membawa pendapatan di 9M19 tercatat sebesar Rp2,6 triliun (-10,0% YoY), dibawah estimasi (PANS: 60,6%; Cons: 63,4%, rata-rata 5 tahun: 72,2%). Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya ASP pada 9M19 menjadi Rp 6.553/kg (-12% YoY) seiring dengan masih tertekannya harga CPO global sepanjang 2019. Volume penjualan CPO dan palm kernel mengalami peningkatan di 9M19 menjadi 302 ribu ton (+3,8% YoY) dan 84 ribu ton (+9% YoY) secara berurutan. Seiring dengan penurunan pada pendapatan, LSIP mencatatkan penurunan pada laba operasi pada 9M19 sebesar Rp35 miliar (-91,0% YoY) namun mencatatkan laba bersih sebesar Rp53 miliar di 9M19 (-84,6% YoY), dibawah estimasi (PANS: 22,0%; Cons:24,7%; rata-rata 5 tahun: 71,2%) didorong oleh peningkatan penghasilan keuangan menjadi Rp 51,6 miliar (+0,7% YoY). Kami menaikan proyeksi untuk rerata harga global CPO di 2020F ke level MYR2.450 (+16%) sehingga laba bersih pada 2020 kami revisi naik ke Rp336 miliar (+40,0%). Kami merekomendasikan BUY dan menaikan target harga ke Rp1.540, ini berdasarkan +0,5x std PB 5 tahun terakhir (implied PB 1,4x di 2020) dan 10% implied PB premium to peers (implied PB 1,05x di 2020). Hal ini didorong oleh: (1)  potensi kenaikan harga CPO global didorong oleh kenaikan permintaan dan penurunan produksi CPO Indonesia yang menyebabkan penurunan persediaan CPO global, (2) operasional perusahaan yang efisien sehingga mampu mencetak OER tertinggi diantara peers, serta (3) neraca yang kuat dengan posisi net cash.

Pendapatan dibawah dengan estimasi. LSIP mencatatkan pendapatan 3Q19 sebesar Rp990 miliar (+48,2% QoQ; -10,9% YoY), sehingga membawa pendapatan di 9M19 tercatat sebesar Rp2,6 triliun (-10,0% YoY), dibawah estimasi (PANS: 60,6%; Cons: 63,4%, rata-rata 5 tahun: 72,2%). Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya ASP pada 9M19 menjadi Rp 6.553/kg (-12% YoY) seiring dengan masih tertekannya harga CPO global sepanjang 2019. Volume penjualan CPO dan palm kernel mengalami peningkatan di 9M19 menjadi 302 ribu ton (+3,8% YoY) dan 84 ribu ton (+9% YoY) secara berurutan.

Produksi mengalami penurunan. Berkebalikan dengan peningkatan volume penjualan, volume produksi tercatat mengalami penurunan di 9M19, dengan volume produksi FFB dan CPO turun menjadi 1,05 juta ton (-3,4% YoY) dan 286 ribu ton (-11,3% YoY) secara berurutan. Penurunan ini disebabkan oleh aktivitas replanting sebesar 2.200 ha serta penurunan pembelian FFB dari pihak eksternal menjadi 207 ribu ton (-37,4% YoY).

Laba bersih dibawah estimasi. Seiring dengan penurunan pada pendapatan, LSIP mencatatkan penurunan pada laba operasi  pada 9M19 sebesar Rp35 miliar (-91,0% YoY) namun mencatatkan laba bersih sebesar Rp53 miliar di 9M19 (-84,6% YoY), dibawah estimasi (PANS: 22,0% ;Cons:24,7% ;rata-rata 5 tahun: 71,2%) namun patut dicermati bahwa, positifnya performa laba, didorong oleh peningkatan penghasilan keuangan  menjadi Rp 51,6 miliar (+0,7% YoY).

Harga jual diekspektasikan meningkat di 4Q19. Selama 9M19, harga rata-rata CPO global tercatat sebesar MYR2.050/ton (-7,8% YoY). Penurunan ini sejalan dengan penurunan ASP LSIP yaitu Rp 6,553 (-12% YoY). Penurunan tertekan disebabkan dari oversupply yang masih terjadi. Namun, kami melihat adanya potensi peningkatan ASP LSIP pada 4Q19 tercermin dari rerata harga CPO global yang terus meningkat sejak  pertengahan tahun hingga 07 November 2019, ke MYR2.242/ton (+20,2%) dari posisi terendah harga CPO global sepanjang 2019.

Menaikkan estimasi laba di 2020. Indonesia dan Malaysia merupakan salah satu penyumbang ekspor dan produsen CPO terbesar di dunia. Dengan adanya (1) kenaikan permintaan CPO global dari peningkatan program B30 di Indonesia dan B20 di Malaysia, serta (2) potensi penurunan produksi di Indonesia disebabkan oleh kebakaran hutan dan pengurangan penggunaan pupuk yang disebakan oleh murahnya harga jual CPO, kami memperkirakan akan terjadinya penurunan persediaan global. Berdasarkan hal ini, kami menaikan proyeksi untuk rerata harga global CPO pada 2020F di level MYR2.450 (+16%) sehingga laba bersih pada 2020 kami revisi naik ke Rp336 miliar (+40,0%)


Rekomendasi:

BUY, menaikan target harga ke Rp1.540. Berdasarkan +0,5x std PB 5 tahun terakhir (implied PB 1,4x di 2020) dan 10% implied PB premium to peers (implied PB 1,05x di 2020), kami menaikkan target harga ke Rp 1.540 (implied PB 1,2x di 2020) dari target harga sebelumnya: Rp 1.200. Hal ini didorong oleh: (1)  potensi kenaikan harga CPO global didorong oleh kenaikan permintaan dan penurunan produksi CPO Indonesia yang menyebabkan penurunan persediaan CPO global, (2) operasional perusahaan yang efisien sehingga mampu mencetak OER tertinggi diantara peers, serta (3) neraca yang kuat dengan posisi net cash.

Best Regards,
Panin Sekuritas

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Menggunakan Elliott Wave

Mengenal Elliott Wave Teori Elliott Wave dikembangkan oleh R.N. Elliott dan dipopulerkan oleh Robert Prechter . Teori ini menegaskan bahwa perilaku orang banyak surut dan mengalir dalam tren yang jelas. Berdasarkan pasang surut ini, Elliott mengidentifikasi struktur tertentu untuk pergerakan harga di pasar keuangan. Artikel ini adalah sebuah pengantar dasar untuk teori Elliott Wave. Suatu urutan dasar impuls 5-gelombang dan urutan korektif 3-gelombang dijelaskan. Saat teori Elliott Wave menjadi jauh lebih rumit daripada kombinasi 5-3 ini, artikel ini hanya akan fokus pada dasar-dasarnya. RN Elliott Derajat Gelombang dalam Elliott Wave elliott wave degree Konvensi pelabelan yang ditunjukkan di atas adalah yang ditunjukkan dalam buku Elliott Wave. Dalam Elliott-speak, konvensi pelabelan ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat atau tingkat gelombang, yang mewakili ukuran tren yang mendasarinya. Angka Romawi huruf besar mewakili gelombang derajat besar, angka sederha...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Mengenal Indikator Saham OBV | On-Balance Volume

Apa itu On-Balance Volume (OBV)? On-balance volume (OBV) adalah indikator momentum perdagangan teknis yang menggunakan aliran volume untuk memprediksi perubahan harga saham. Joseph Granville pertama kali mengembangkan metrik OBV dalam buku 1963, "Granville's New Key to Stock Market Profits." Granville percaya bahwa volume adalah kekuatan utama di balik pasar dan dirancang OBV untuk diproyeksikan ketika gerakan besar di pasar akan terjadi berdasarkan perubahan volume. Dalam bukunya, ia menggambarkan prediksi yang dihasilkan oleh OBV sebagai "a spring being wound tightly." Dia percaya bahwa ketika volume meningkat tajam tanpa perubahan signifikan dalam harga saham, harga akhirnya akan melonjak ke atas atau jatuh ke bawah. indikator obv saham Intisari Penggunaan Indikator OBV On-balance volume (OBV) adalah indikator teknis momentum, menggunakan perubahan volume untuk membuat prediksi harga. OBV menunjukkan sentimen kerumunan yang dapat mempredi...