google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Nasib Harga Obligasi RI dan Efek Kebijakan Lanjutan BI Langsung ke konten utama

Nasib Harga Obligasi RI dan Efek Kebijakan Lanjutan BI

 Imbal hasil obligasi Indonesia untuk tenor 5 tahun dan 10 tahun menguat usai Bank Indonesia mengumumkan sejumlah kebijakan lanjutan dalam penanganan COVID-19.

Berdasarkan data Bloomberg, imbal hasil atau yield obligasi Indonesia bertenor 5 tahun menguat dari 7,54 persen menjadi 7,52 persen pada, Selasa (14/4/2020). Selanjutnya, imbal hasil obligasi Indonesia bertenor 10 tahun juga menguat dari 7,94 persen menjadi 7,92 persen.

Yield obligasi Indonesia bertenor 15 tahun yang naik dari 8,20 persen menjadi 8,19 persen. Adapun, imbal hasil obligasi Indonesia bertenor 20 tahun melemah dari level 8,25 persen menjadi 8,28 persen

Associate Direktur of Research and Investment Pilarmas Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai sejauh ini imbal hasil obligasi RI mulai dari tenor 5 tahun hingga 20 tahun tidak begitu banyak mengalami perubahan.

Menurutnya, pasar masih cenderung wait and see dengan kebijakan yang diumumkan oleh Bank Indonesia (BI).

Nico mengatakan pelaku pasar dan investor cukup berharap banyak dengan adanya pemangkasan suku bunga acuan. Pasalnya, kebijakan itu biasanya akan mendorong harga obligasi.

“[Ketika tingkat suku bunga dipangkas] tentu harga obligasi cenderung mengalami kenaikan dan imbal hasil pun mengalami penurunan,” jelasnya, Selasa (14/4/2020).

Dengan tidak adanya perubahan suku bunga acuan BI, lanjut dia, pasar obligasi secara imbal hasil bergerak variatif. Penurunan imbal hasil obligasi tenor 10 tahun menurutnya didukung oleh nominal yang dimenangkan oleh pemerintah dalam jumlah cukuap besar senilai Rp10 triliun.

“Mendorong imbal hasil obligasi tenor 10 tahun mengalami penurunan sedangkan harga mengalami kenaikan,” imbuhnya.

Dia menyebut penurunan imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun ke arah 7,97 persen masih dalam rentang wajar. Pasalnya, imbal hasil lelang masih berada di kisaran tersebut.

Sementara itu, kekhawatiran investor terhadap penanganan penyebaran COVID-19 di Indonesia membuat jumlah penawaran yang masuk dalam lelang surat utang negara kian menciut.

Pemerintah kembali melaksanakan lelang surat utang negara (SUN) untuk seri SPN03200715 (new issuance), SPN12210401 (reopening), FR0081 (reopening), FR0082 (reopening), FR0080 (reopening), FR0083 (reopening) dan FR0076 (reopening) melalui sistem lelang Bank Indonesia pada, Selasa (14/4/2020).

Hasilnya, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan melaporkan total penawaran yang masuk senilai Rp27,65 triliun.

Total penawaran itu kembali turun dari posisi Rp33,51 triliun pada 31 Maret 2020 dan sekaligus menjadi yang terendah pada 2020. Tercatat, jumlah penawaran yang masuk berangsur turun mulai dari Rp127,11 triliun (18 Februari 2020), Rp78,41 triliun (3 Maret 2020), Rp51,30 triliun (17 Maret 2020), dan Rp33,51 triliun (31 Maret 2020).

Pada lelang Selasa (14/4/2020), penawaran tertinggi diraih seri FR0082 senilai Rp9,51 triliun. Dari penawaran masuk itu, hanya Rp8,00 triliun yang dimenangkan dengan rata-rata yield 7,96 persen dan yield tertinggi 8,00 persen.

Di urutan kedua, terdapat seri FR0081 yang mendapatkan penawaran masuk sebesar Rp5,94 triliun dan Rp4,15 triliun di antaranya diserap. Untuk seri tersebut, yield rata-rata yang dimenangkan sebesar 7,54 persen dan yield tertinggi 7,59 persen.

Di urutan ketiga, terdapat seri FR0080 mendapat penawaran masuk Rp4,06 triliun dan menerbitkan sebesar Rp2,00 triliun dari seri tersebut. Adapun, dari sisi yield, yield rata-rata yang dimenangkan sebesar 8,21 persen dan yield tertinggi sebesar 8,25 persen.

Adapun, total nominal yang dimenangkan dari tujuh seri yang ditawarkan pada lelang tersebut yakni Rp16,88 triliun.

Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan sepinya tawaran yang masuk dalam lelang SUN akibat besarnya kekhawatiran investor terhadap penangangan COVID-19 di Indonesia. Terlebih, berbagai upaya yang dilakukan belum membuat kurva penyebaran melandai.

“Hal ini dikhawatirkan akan memperpanjang risiko perekonomian dan recovery Indonesia,” jelasnya kepada Bisnis.com, Selasa (14/4/2020).

Fikri menilai minimnya penawaran yang masuk dalam lelang SUN bukan disebabkan oleh risk appetite. Menurutnya, SUN semestikan risk free untuk skala Indonesia.

Dia memperkirakan faktor yang akan meningkatkan minat investor terhadap lelang SUN akan berasal dari penanganan COVID-19. Hal itu terutama hasil pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek).

“Jika ada hal positif dan mulai terlihat flatten the curve kemungkinan minat investor bisa membaik begitu pun roda perekonomian lain juga bisa lebih nyaman untuk dilakukan,” imbuhnya.

Secara terpisah, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menilai investor masih menunggu waktu yang pas untuk masuk ke pasar SUN. Menurutnya, saat ini investor asing belum banyak masuk sehingga pergerakan pasar relatif lamban.

“Biasanya asing yang relatif bisa menarik investor domestik juga,” jelasnya.

Ramdhan mengatakan investor asing masih melihat penyelesaian COVID-19. Penanganan pandemi itu menurutnya membutuhkan waktu yang masih sulit ditargetkan.

“Berbagai stimulus yang sekarang sudah diluncurkan cukup membuat pasar relatif stabil akhir-akhir ini walau belum banyak bisa mengangkat pasar,” tuturnya.

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Menggunakan Elliott Wave

Mengenal Elliott Wave Teori Elliott Wave dikembangkan oleh R.N. Elliott dan dipopulerkan oleh Robert Prechter . Teori ini menegaskan bahwa perilaku orang banyak surut dan mengalir dalam tren yang jelas. Berdasarkan pasang surut ini, Elliott mengidentifikasi struktur tertentu untuk pergerakan harga di pasar keuangan. Artikel ini adalah sebuah pengantar dasar untuk teori Elliott Wave. Suatu urutan dasar impuls 5-gelombang dan urutan korektif 3-gelombang dijelaskan. Saat teori Elliott Wave menjadi jauh lebih rumit daripada kombinasi 5-3 ini, artikel ini hanya akan fokus pada dasar-dasarnya. RN Elliott Derajat Gelombang dalam Elliott Wave elliott wave degree Konvensi pelabelan yang ditunjukkan di atas adalah yang ditunjukkan dalam buku Elliott Wave. Dalam Elliott-speak, konvensi pelabelan ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat atau tingkat gelombang, yang mewakili ukuran tren yang mendasarinya. Angka Romawi huruf besar mewakili gelombang derajat besar, angka sederha...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Mengenal Indikator Saham OBV | On-Balance Volume

Apa itu On-Balance Volume (OBV)? On-balance volume (OBV) adalah indikator momentum perdagangan teknis yang menggunakan aliran volume untuk memprediksi perubahan harga saham. Joseph Granville pertama kali mengembangkan metrik OBV dalam buku 1963, "Granville's New Key to Stock Market Profits." Granville percaya bahwa volume adalah kekuatan utama di balik pasar dan dirancang OBV untuk diproyeksikan ketika gerakan besar di pasar akan terjadi berdasarkan perubahan volume. Dalam bukunya, ia menggambarkan prediksi yang dihasilkan oleh OBV sebagai "a spring being wound tightly." Dia percaya bahwa ketika volume meningkat tajam tanpa perubahan signifikan dalam harga saham, harga akhirnya akan melonjak ke atas atau jatuh ke bawah. indikator obv saham Intisari Penggunaan Indikator OBV On-balance volume (OBV) adalah indikator teknis momentum, menggunakan perubahan volume untuk membuat prediksi harga. OBV menunjukkan sentimen kerumunan yang dapat mempredi...