google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Analisa Saham Sektor Properti | 15 Oktober 2017 Langsung ke konten utama

Analisa Saham Sektor Properti | 15 Oktober 2017

Hingga kuartal III 2017, pendapatan pra penjualan (marketing sales) emiten properti masih banyak yang jauh dari target. Contoh, PT Jaya Real Property Tbk (JRPT) baru mencetak marketing sales Rp 1,6 triliun.

Angka ini baru mencapai 66% dari target marketing sales JRPT hingga akhir tahun. "Meski sempat ada tantangan penjualan rumah di Bintaro, sekarang sudah mulai pulih dan ada keuntungan yang bagus untuk ruko di pasar menengah Bintaro," kata Arinta Harsono, Sekretaris Perusahaan JRPT kepada KONTAN, Jumat (13/10).

Lalu, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) juga baru membukukan marketing sales Rp 5,25 triliun hingga kuartal III 2017. Jumlah ini baru 62% dari target CTRA yang sebesar Rp 8,5 triliun hingga akhir tahun mendatang.

Untuk mengejar target tersebut, CTRA rajin merilis proyek baru. Tahun ini, CTRA meluncurkan beberapa proyek seperti CitraLand Cibubur dan Tallasa City Makassar.

Tak jauh berbeda, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) juga baru membukukan marketing sales Rp 925 miliar. Artinya, MTLA baru memenuhi 62% target perusahaan yang sebesar Rp 1,5 triliun.

Tapi, PT PP Properti Tbk (PPRO) berhasil mencetak pendapatan pra penjualan Rp 2,2 triliun sepanjang Januari hingga September 2017. Jumlah ini telah mencapai 75% dari target PPRO hingga akhir tahun ini Rp 2,9 triliun.

Untuk mencapai target di akhir 2017, PPRO menyiapkan beberapa proyek di kuartal terakhir tahun ini. Misalnya saja, groundbreaking Tembalang 3 di Semarang. Ini merupakan proyek apartemen yang berlokasi di lahan seluas 2,3 hektare (ha). Di lokasi tersebut, anak usaha PT PP Tbk (PTPP) ini akan mendirikan tiga tower apartemen, dengan investasi Rp 253 miliar.

Muhammad Nafan Aji, Analis Binaartha Parama Sekuritas, mengatakan, kinerja emiten properti memang ditentukan oleh kemampuan mendapatkan pasar yang potensial. Nafan menilai, raihan marketing sales emiten properti yang mencapai 60%70% masih sesuai ekspektasi.

Pasalnya, saat ini, masih ada penurunan tingkat daya beli masyarakat pada sektor properti. "Sehingga target yang sudah dicapai sudah cukup bagus," ujar Nafan.

Dia mengatakan, ada beberapa saham emiten properti yang layak dicermati. Misalnya saja, saham PT Alam Sutera Tbk (ASRI) yang direkomendasikan buy dengan target harga Rp 420 per saham.

Ia juga merekomendasikan buy PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dengan target Rp 1.850 dan PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) dengan target harga Rp 850. Lalu, ia menyarankan buy on weakness saham PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK ) dan memasang target Rp 4.250 per saham.

KONTAN

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Menggunakan Elliott Wave

Mengenal Elliott Wave Teori Elliott Wave dikembangkan oleh R.N. Elliott dan dipopulerkan oleh Robert Prechter . Teori ini menegaskan bahwa perilaku orang banyak surut dan mengalir dalam tren yang jelas. Berdasarkan pasang surut ini, Elliott mengidentifikasi struktur tertentu untuk pergerakan harga di pasar keuangan. Artikel ini adalah sebuah pengantar dasar untuk teori Elliott Wave. Suatu urutan dasar impuls 5-gelombang dan urutan korektif 3-gelombang dijelaskan. Saat teori Elliott Wave menjadi jauh lebih rumit daripada kombinasi 5-3 ini, artikel ini hanya akan fokus pada dasar-dasarnya. RN Elliott Derajat Gelombang dalam Elliott Wave elliott wave degree Konvensi pelabelan yang ditunjukkan di atas adalah yang ditunjukkan dalam buku Elliott Wave. Dalam Elliott-speak, konvensi pelabelan ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat atau tingkat gelombang, yang mewakili ukuran tren yang mendasarinya. Angka Romawi huruf besar mewakili gelombang derajat besar, angka sederha...

Mengenal Indikator Saham OBV | On-Balance Volume

Apa itu On-Balance Volume (OBV)? On-balance volume (OBV) adalah indikator momentum perdagangan teknis yang menggunakan aliran volume untuk memprediksi perubahan harga saham. Joseph Granville pertama kali mengembangkan metrik OBV dalam buku 1963, "Granville's New Key to Stock Market Profits." Granville percaya bahwa volume adalah kekuatan utama di balik pasar dan dirancang OBV untuk diproyeksikan ketika gerakan besar di pasar akan terjadi berdasarkan perubahan volume. Dalam bukunya, ia menggambarkan prediksi yang dihasilkan oleh OBV sebagai "a spring being wound tightly." Dia percaya bahwa ketika volume meningkat tajam tanpa perubahan signifikan dalam harga saham, harga akhirnya akan melonjak ke atas atau jatuh ke bawah. indikator obv saham Intisari Penggunaan Indikator OBV On-balance volume (OBV) adalah indikator teknis momentum, menggunakan perubahan volume untuk membuat prediksi harga. OBV menunjukkan sentimen kerumunan yang dapat mempredi...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...