google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Analisa Saham WSBP | 7 Maret 2018 Langsung ke konten utama

Analisa Saham WSBP | 7 Maret 2018

Analisa Saham WSBP

Dompet PT Waskita Beton Precast Tbk mulai kembali terisi. Perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa dengan kode WSBP ini kembali menerima pembayaran untuk pekerjaan yang telah rampung.

Hingga pertengahan Februari kemarin, perusahaan ini telah menerima pembayaran termin dari proyek yang digarap senilai Rp 2,37 triliun. Ruas tol Becakayu seksi IB dan IC menyumbang kontribusi Rp 1,55 triliun. Sedangkan sisanya berasal dari beberapa proyek lainnya.

Meski begitu, WSBP tampak woles dalam berekspansi. Perusahaan produsen precast ini lebih berhati-hati menetapkan target perolehan kontrak baru. Nilai kontrak baru yang dibidik cuma Rp 11,52 triliun.

Tahun lalu, WSBP berhasil memperoleh kontrak baru sebesar Rp 11,03 triliun. Realisasi ini cuma sekitar 89,67% dari target awal. "Saya rasa mereka sekarang lebih fokus ke kontrak existing yang cukup besar," ujar Liga Maradona, Analis OCBC Sekuritas kepada Kontan.

Menurut dia, walaupun perolehan kontrak baru hanya dipatok tumbuh tipis dari tahun lalu, tetapi prospek WSBP masih tetap positif. Perusahaan ini masih bisa mengandalkan pendapatan dari proyek ruas tol Probolinggo-Banyuwangi dan proyek jembatan Penajam yang pekerjaanya mundur di tahun ini.

WSBP juga akan segera menerima pembayaran dari sebagian besar proyek yang akan selesai dikerjakan, seperti tol Pejagan-Pemalang, tol Semarang-Batang dan LRT Palembang. Dana segar ini bisa digunakan untuk melunasi utang perusahaan ini.

Tergantung induk

Namun investor perlu memperhatikan ketergantungan WSBP terhadap induk perusahaannya, yakni PT Waskita Karya Tbk (WSKT). Saat ini, masih banyak proyek yang diperoleh WSBP merupakan proyek turunan dari WSKT.

Liga memprediksi, dalam dua sampai tiga tahun ke depan, kontribusi proyek dari WSKT masih cukup besar. "Kalau lima hingga 10 tahun masih seperti itu, ini kurang baik," terang dia.

Karena ketergantungan pada induk tadi, ada kekhawatiran bisnis WSBP akan terganggu bila WSKT melakukan divestasi bisnis tol. Tapi Analis MNC Sekuritas Gilang Anindito menilai, divestasi bisnis tol perusahaan induk tidak akan berimbas negatif pada WSBP. "Yang didivestasi, kan, proyek yang sudah jadi sehingga enggak berpengaruh ke pengadaan betonnya," ujar dia.

Gilang menyebut, selama WSKT tetap fokus di bisnis jalan tol, maka kinerja WSBP juga akan terus bertumbuh. Gilang meyakini porsi proyek dari induk usaha akan terus berkurang hingga 2020 nanti.

Buktinya, saat ini WSBP terus fokus menambah kapasitas produksi. Penambahan pasti dilakukan untuk memenuhi kontrak, termasuk proyek dari pihak di luar afiliasi.

Meski begitu, untuk jangka panjang, WSBP memang harus mengurangi ketergantungan pada induknya. Emiten ini juga perlu berhati-hati dengan sistem penagihan piutang usahanya. Bila ada pembayaran yang tidak tepat waktu, arus kas perusahaan akan tertekan. "Tantangan WSBP sekarang ini datang dari keterlambatan penyelesaian proyek," ungkap Gilang.

Kalau isu kecelakaan kembali terjadi dan proyek yang berlangsung ditunda, maka hal ini bisa berpengaruh ke pembayaran. Beruntung, moratorium proyek konstruksi layang yang dilakukan beberapa waktu lalu tak berlangsung lama.

Di lain pihak, Achmad Nurcahyadi, Analis Samuel Sekuritas Indonesia, justru melihat divestasi tol yang dilakukan oleh sang induk akan turut mempengaruhi pemenuhan target kontrak baru. Hingga 18 Februari WSBP sudah memperoleh kontrak anyar Rp 1,45 triliun. "Kami liat perolehan kontrak akan sangat bergantung pada keberhasilan divestasi WTR," ujar dia.

Ia mengingatkan masih ada beberapa sentimen negatif yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Di antaranya seperti perolehan kontrak baru yang rendah, tertundanya eksekusi proyek, pembayaran sisa due turnkey dan proyek lain tertunda, serta perubahan peta persaingan.

Meski begitu, melihat fundamental WSBP, Achmad masih merekomendasikan beli saham WSBP dengan target harga Rp 580 per saham. Gilang merekomendasikan beli saham WSBP dengan target Rp 560 per saham. Kemudian Liga merekomendasikan beli WSBP dengan target harga Rp 690 per saham.

source:
KONTAN

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Cara Menggunakan Elliott Wave

Mengenal Elliott Wave Teori Elliott Wave dikembangkan oleh R.N. Elliott dan dipopulerkan oleh Robert Prechter . Teori ini menegaskan bahwa perilaku orang banyak surut dan mengalir dalam tren yang jelas. Berdasarkan pasang surut ini, Elliott mengidentifikasi struktur tertentu untuk pergerakan harga di pasar keuangan. Artikel ini adalah sebuah pengantar dasar untuk teori Elliott Wave. Suatu urutan dasar impuls 5-gelombang dan urutan korektif 3-gelombang dijelaskan. Saat teori Elliott Wave menjadi jauh lebih rumit daripada kombinasi 5-3 ini, artikel ini hanya akan fokus pada dasar-dasarnya. RN Elliott Derajat Gelombang dalam Elliott Wave elliott wave degree Konvensi pelabelan yang ditunjukkan di atas adalah yang ditunjukkan dalam buku Elliott Wave. Dalam Elliott-speak, konvensi pelabelan ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat atau tingkat gelombang, yang mewakili ukuran tren yang mendasarinya. Angka Romawi huruf besar mewakili gelombang derajat besar, angka sederha...

Mengenal Indikator Saham OBV | On-Balance Volume

Apa itu On-Balance Volume (OBV)? On-balance volume (OBV) adalah indikator momentum perdagangan teknis yang menggunakan aliran volume untuk memprediksi perubahan harga saham. Joseph Granville pertama kali mengembangkan metrik OBV dalam buku 1963, "Granville's New Key to Stock Market Profits." Granville percaya bahwa volume adalah kekuatan utama di balik pasar dan dirancang OBV untuk diproyeksikan ketika gerakan besar di pasar akan terjadi berdasarkan perubahan volume. Dalam bukunya, ia menggambarkan prediksi yang dihasilkan oleh OBV sebagai "a spring being wound tightly." Dia percaya bahwa ketika volume meningkat tajam tanpa perubahan signifikan dalam harga saham, harga akhirnya akan melonjak ke atas atau jatuh ke bawah. indikator obv saham Intisari Penggunaan Indikator OBV On-balance volume (OBV) adalah indikator teknis momentum, menggunakan perubahan volume untuk membuat prediksi harga. OBV menunjukkan sentimen kerumunan yang dapat mempredi...