google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Prospek Saham Televisi di Bulan Ramadhan Langsung ke konten utama

Prospek Saham Televisi di Bulan Ramadhan


Anda berpuasa? Kalau ya, Apa yang Anda lakukan sembari sahur di dini hari? Mungkin, kebanyakan dari Anda menikmati makan sahur sembari menonton tayangan televisi.

Bulan puasa memang menjadi salah satu momen bagi perusahaan televisi untuk menjaring pendapatan iklan sebanyak-banyaknya. Sudah lazim, di bulan Ramadan, stasiun televisi beramai-ramai menggarap program spesial bertema Ramadan, terutama untuk ditayangkan di saat sahur dan menjelang berbuka.

Sekadar gambaran saja, selama bulan Ramadan ini stasiun televisi RCTI menghadirkan 15 program televisi khusus, seperti Menginspirasi Kalbu, Hafiz Indonesia 2018, acara kultum dan lain-lainnya. Tidak ketinggalan, stasiun televisi SCTV memiliki program Mengetuk Pintu Hati, Mutiara Hati dan Semesta Bertasbih.

Analis menilai, momen puasa hingga lebaran nanti menjadi salah satu momen yang dimanfaatkan emiten media untuk menggaet keuntungan. Analis meyakini kinerja emiten media sepanjang kuartal dua ini akan positif, didukung sentimen pendapatan dari tayangan spesial Ramadan.

Emiten mana yang bakal mendapat berkah Ramadan paling besar? Analis Danareksa Sekuritas Adeline Solaiman menilai,  persaingan ketat terjadi antara PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) dan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN).  Anda tentu sudah tahu, SCMA memiliki stasiun televisi SCTV dan Indosiar. Sementara MNCN menguasai antara lain Global TV, MNC TV dan RCTI.

Analis menilai persaingan kedua perusahaan ini sangat ketat karena keduanya sama-sama memiliki televisi yang menyasar baik segmen menengah ke bawah hingga segmen menengah ke atas. "Sekarang semua perusahaan media akan berusaha untuk memperluas usaha mereka," kata Adeline, Jumat (25/5).

Selain itu, di luar media televisi, masing-masing perusahaan juga memiliki media dalam bentuk lain, mulai dari online hingga print media. Bisnis di luar media televisi juga akan membantu menggenjot kinerja keuangan emiten ini.

Kenaikan rating

Dari sisi rating penonton, analis menilai ada tiga perusahaan yang punya keunggulan. Selain MNCN dan SCMA, ada PT Visi Media Asia Tbk (VIVA). Stasiun televisi ketiga emiten ini menguasai pangsa pasar pertelevisian di dalam negeri.

Dari sisi kinerja, sepanjang tahun lalu MNCN dan VIVA sama-sama sukses mencatatkan pertumbuhan kinerja. Namun kinerja keuangan SCMA justru turun.

Meski begitu, Analis BCA Sekuritas Aditya Eka Prakasa menulis dalam risetnya per 3 Mei 2018, SCMA masih terhitung sebagai emiten dengan fundamental paling kuat di antara ketiga emiten media tersebut. Ia menilai, SCMA mampu menjadi media televisi yang unggul dan terus-menerus mengalami peningkatan dalam hal rating. Jika dibandingkan dengan MNCN, rating RCTI sepanjang tiga bulan pertama tahun ini masih belum bisa menyaingi SCTV.

April 2018, SCTV mencatatkan rating sebesar 18,7%.  Sementara rating RCTI di periode yang sama hanya mencapai 13%. Padahal RCTI juga mempunyai program-program yang tidak kalah menarik dengan apa yang ditayangkan oleh SCTV.

Selain itu, Aditya mencatat ANTV justru masih lebih unggul saat prime time dibandingkan dengan kedua stasiun tadi. Apalagi sejak munculnya acara Karma Talk Show, stasiun televisi yang dikelola VIVA ini berhasil mendapatkan rating di kisaran 16,9% hingga 17,5% selama bulan April 2018.

William Surya Wijaya, Vice President Research Department Indosurya Sekuritas, mengatakan kinerja emiten media masih prospektif di paruh kedua tahun ini. Usai Ramadan dan lebaran, kinerja akan ditopang oleh pelaksanaan Asian Games.

Aditya merekomendasikan overweight bagi saham SCMA dan MNCN. Ia menargetkan harga saham SCMA Rp 3.250 dan MNCN sebesar Rp 2.100 per saham.

Adeline juga merekomendasikan buy MNCN dan SCMA. Ia menghitung target harga SMCA di Rp 3.100 per saham, sedangkan target harga MNCN sebesar Rp 1.750 per saham.

William juga memberi rekomendasi beli MNCN dan SCMA, serta rekomendasi tahan untuk VIVA. Menurut perhitungan dia, target harga saham SCMA sebesar Rp 2.700 per saham dan MNCN sebesar Rp 1.400 per saham. Sedangkan target harga VIVA sebesar Rp 300 per saham.

http://investasi.kontan.co.id/news/bulan-suci-bikin-kantong-emiten-televisi-jadi-terisi

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Menggunakan Elliott Wave

Mengenal Elliott Wave Teori Elliott Wave dikembangkan oleh R.N. Elliott dan dipopulerkan oleh Robert Prechter . Teori ini menegaskan bahwa perilaku orang banyak surut dan mengalir dalam tren yang jelas. Berdasarkan pasang surut ini, Elliott mengidentifikasi struktur tertentu untuk pergerakan harga di pasar keuangan. Artikel ini adalah sebuah pengantar dasar untuk teori Elliott Wave. Suatu urutan dasar impuls 5-gelombang dan urutan korektif 3-gelombang dijelaskan. Saat teori Elliott Wave menjadi jauh lebih rumit daripada kombinasi 5-3 ini, artikel ini hanya akan fokus pada dasar-dasarnya. RN Elliott Derajat Gelombang dalam Elliott Wave elliott wave degree Konvensi pelabelan yang ditunjukkan di atas adalah yang ditunjukkan dalam buku Elliott Wave. Dalam Elliott-speak, konvensi pelabelan ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat atau tingkat gelombang, yang mewakili ukuran tren yang mendasarinya. Angka Romawi huruf besar mewakili gelombang derajat besar, angka sederha...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Mengenal Indikator Saham OBV | On-Balance Volume

Apa itu On-Balance Volume (OBV)? On-balance volume (OBV) adalah indikator momentum perdagangan teknis yang menggunakan aliran volume untuk memprediksi perubahan harga saham. Joseph Granville pertama kali mengembangkan metrik OBV dalam buku 1963, "Granville's New Key to Stock Market Profits." Granville percaya bahwa volume adalah kekuatan utama di balik pasar dan dirancang OBV untuk diproyeksikan ketika gerakan besar di pasar akan terjadi berdasarkan perubahan volume. Dalam bukunya, ia menggambarkan prediksi yang dihasilkan oleh OBV sebagai "a spring being wound tightly." Dia percaya bahwa ketika volume meningkat tajam tanpa perubahan signifikan dalam harga saham, harga akhirnya akan melonjak ke atas atau jatuh ke bawah. indikator obv saham Intisari Penggunaan Indikator OBV On-balance volume (OBV) adalah indikator teknis momentum, menggunakan perubahan volume untuk membuat prediksi harga. OBV menunjukkan sentimen kerumunan yang dapat mempredi...