google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Valuasi Saham Batubara | 20 Juni 2018 Langsung ke konten utama

Valuasi Saham Batubara | 20 Juni 2018


Harga batubara terus mengukir rekor baru sepanjang tahun ini. Permintaan yang masih tinggi, terutama untuk bahan bakar, membuat harga komoditas ini naik.

Sejak awal tahun, harga batubara kontrak pengiriman Juli 2018 di ICE Futures Exchange melesat 19,35% ke US$ 111,65 per metrik ton hingga Jumat (8/6). Pada Kamis (7/6), harga batubara sempat menyentuh level tertinggi lima tahun terakhir, yakni sebesar US$ 112,05 per metrik ton.

Senior Analyst Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar menjelaskan, harga batubara sejatinya telah mengalami tren kenaikan sejak tahun lalu. "Tapi harga kembali melandai setelah musim dingin berakhir. Sekarang, harga kembali rebound tinggi," kata dia, Jumat (8/6).

Menurut William, tren harga batubara bertahan bullish tidak terlepas dari faktor permintaan China yang terus bertambah. Meski Negeri Tirai Bambu ini mencanangkan pengurangan penggunaan batubara demi alasan lingkungan, kebutuhan batubara nyatanya masih tetap besar.

Analis BCA Sekuritas Prasetya Gunadi, dalam risetnya per 4 Juni 2018 menambahkan, saat ini persediaan cadangan batubara di China juga tengah melandai dalam tiga bulan terakhir. Berkurangnya suplai batubara global juga terlihat sejak Mei, lantaran sejumlah kegiatan pertambangan batubara dihentikan untuk pemeriksaan keamanan dan lingkungan.

Di India, kebutuhan batubara juga semakin bertambah seiring membaiknya perekonomian domestik. "Impor batubara thermal India sepanjang kuartal satu tahun ini naik lebih dari 15% dibanding tahun lalu, sehingga permintaan keseluruhan dari Asia terdongkrak," tulis Prasetya.

Di dalam negeri, suplai batubara juga tengah tertahan karena adanya penghentian aktivitas pemuatan batubara di Pelabuhan Muara Berau, akibat unjuk rasa kelompok nelayan. "Permintaan tinggi tapi suplai terhambat karena rantai perdagangan terganggu," tambah William.

Valuasi murah

Terus naiknya harga batubara menguntungkan sejumlah emiten di sektor batubara Melambungnya harga komoditas ini juga berdampak pada performa harga sejumlah saham di sektor pertambangan.

Tilik saja, per Jumat (8/6), harga saham ADRO dan ITMG masing-masing naik 1,85% dan 39,4%. Sementara saham INDY mendulang kenaikan hingga 35,74%. Yang paling fantastis ialah saham PTBA, yang sukses melonjak 82,1% sejak awal tahun ini.

William menilai, PTBA dan INDY saat ini menjadi emiten yang paling menarik. Jika memilih satu, William memilih INDY. "INDY sangat menarik dari segi valuasi karena masih sangat murah. Tambah lagi, prospek kinerja INDY akan sangat cerah dengan bergabungnya Kideco," ungkap dia.

Kelebihan INDY yang lainnya juga terlihat pada rantai suplai yang saling terintegrasi dengan anak-anak usahanya, yakni MBSS dan PTRO. Selain itu, saat ini harga saham INDY mencerminkan price earning ratio (PER) 6 kali, jauh lebih rendah ketimbang saham emiten lain di sektor ini. William menganalisa, harga saham INDY masih berpotensi mengalami upside 34,5% hingga akhir tahun nanti.

Kepala Riset Narada Aset Manajemen Kiswoyo Adi Joe, juga merekomendasikan INDY. Alasannya, bisnis pembangkit listrik INDY sudah lebih siap dibanding emiten lain. "Pembangkit listrik itu bisa dibilang hilir dari bisnis batubara. Jadi, emiten yang punya segmen bisnis ini prospeknya bisa dibilang lebih cerah. INDY sudah punya, sementara ADRO dan PTBA sedang memprosesnya," tutur dia.

Untuk itu, Kiswoyo merekomendasikan beli saham INDY dengan target harga sebesar Rp 4.500 per saham. William juga merekomendasikan beli INDY dan menaikkan target harga dari sebelumnya Rp 4.100 jadi Rp 5.500 per saham. Target harga tersebut mencerminkan PER 11 kali.

Adapun, Prasetya lebih memilh merekomendasikan beli saham PTBA. Menurut dia, PTBA masih memiliki ruang mentransfer kelebihan kuota produksi pada penambang batubara lain.

Selain itu, PTBA juga masih terlibat kontrak dengan PLN untuk menyuplai sekitar 12 juta ton batubara setiap tahun, jauh melebihi kewajiban DMO sebesar 25% dari hasil produksi. "PTBA juga berencana menjual lebih banyak batubara kalori rendah di pasar ekspor," kata Prasetya. Ia pun memberi target harga PTBA sebesar Rp 4.700 per saham.

Kendati demikian, sektor batubara tetap berpotensi terkoreksi. Terutama, setelah China berniat mengintervensi agar harga batubara turun ke US$ 90 per metrik ton.

KONTAN

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Menggunakan Elliott Wave

Mengenal Elliott Wave Teori Elliott Wave dikembangkan oleh R.N. Elliott dan dipopulerkan oleh Robert Prechter . Teori ini menegaskan bahwa perilaku orang banyak surut dan mengalir dalam tren yang jelas. Berdasarkan pasang surut ini, Elliott mengidentifikasi struktur tertentu untuk pergerakan harga di pasar keuangan. Artikel ini adalah sebuah pengantar dasar untuk teori Elliott Wave. Suatu urutan dasar impuls 5-gelombang dan urutan korektif 3-gelombang dijelaskan. Saat teori Elliott Wave menjadi jauh lebih rumit daripada kombinasi 5-3 ini, artikel ini hanya akan fokus pada dasar-dasarnya. RN Elliott Derajat Gelombang dalam Elliott Wave elliott wave degree Konvensi pelabelan yang ditunjukkan di atas adalah yang ditunjukkan dalam buku Elliott Wave. Dalam Elliott-speak, konvensi pelabelan ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat atau tingkat gelombang, yang mewakili ukuran tren yang mendasarinya. Angka Romawi huruf besar mewakili gelombang derajat besar, angka sederha...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Mengenal Indikator Saham OBV | On-Balance Volume

Apa itu On-Balance Volume (OBV)? On-balance volume (OBV) adalah indikator momentum perdagangan teknis yang menggunakan aliran volume untuk memprediksi perubahan harga saham. Joseph Granville pertama kali mengembangkan metrik OBV dalam buku 1963, "Granville's New Key to Stock Market Profits." Granville percaya bahwa volume adalah kekuatan utama di balik pasar dan dirancang OBV untuk diproyeksikan ketika gerakan besar di pasar akan terjadi berdasarkan perubahan volume. Dalam bukunya, ia menggambarkan prediksi yang dihasilkan oleh OBV sebagai "a spring being wound tightly." Dia percaya bahwa ketika volume meningkat tajam tanpa perubahan signifikan dalam harga saham, harga akhirnya akan melonjak ke atas atau jatuh ke bawah. indikator obv saham Intisari Penggunaan Indikator OBV On-balance volume (OBV) adalah indikator teknis momentum, menggunakan perubahan volume untuk membuat prediksi harga. OBV menunjukkan sentimen kerumunan yang dapat mempredi...