google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Analisa Saham RALS | 4 Juli 2018 Langsung ke konten utama

Analisa Saham RALS | 4 Juli 2018


Para analis memperkirakan kinerja keuangan PT Ramayana Lestari (RALS) di kuartal II 2018 akan positif karena terdorong penjualan di saat masa libur Lebaran.

Di Mei 2018, RALS berhasil membukukan penjualan sebanyak Rp 1,04 triliun. Angka ini meningkat 41,9% dibanding dengan periode yang sama tahun lalu.

Perolehan ini membawa nilai kumulatif penjualan RALS menjadi Rp 3,1 triliun dari awal tahun hingga Mei 2018. Jumlah tersebut naik 12,6% secara year on year (yoy).

Di saat bersamaan, RALS juga berhasil meningkatkan rata-rata penjualan tiap toko (SSSG) sebesar 9,3%. Bila dibanding dengan pertumbuhan tahun lalu hanya sebesar 4,8%.

"Secara keseluruhan kinerja RALS hingga Mei 2018 in line dengan perkiraan kami," kata Elbert Setiadharma Analis PT Indo Premier Sekuritas dalam riset, Senin (2/7).

Lebih lanjut, Elbert mengatakan pertumbuhan yang RALS alami karena didorong oleh Tunjangan Hari Raya (THR) yang lebih tinggi di tahun ini.

"Pegawai negeri juga akan menerima pulang gaji ke-13 serta pembayaran subsidi pemerintah untuk keluarga berpenghasilan rendah, semuanya berada di pasar sasaran Ramayana," kata Elbert.

Christine Natasya Analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menambahkan SSSG tumbuh karena didukung penjualan yang lebih banyak pada toko yang berada di luar Jakarta. Maklum, ketika Lebaran tiba banyak warga Jakarta yang justru mudik ke daerah.

"Karena penjualan di Mei sudah tinggi, harusnya kinerja di kuartal II 2018 akan lebih tinggi dibanding tahun lalu," kata Chirstine kepada Kontan, Selasa (3/7).

Chirstine mencatat penjualan saat Lebaran bisa menyumbang sekitar 27% pada total pendapatan di tahun lalu. Untuk tahun ini Chirstine memperkirakan porsi pendapatan saat Lebaran bisa sedikit meningkat jadi 28% pada perolehan pendapatan di tahun ini.

Memasuki semester II 2018, Christine memandang belum ada katalis positif lain yang bisa mendorong kinerja RALS tumbuh seperti saat Lebaran. Namun, Christine masih merekomendasikan buy di target harga Rp 1.615 per saham.

Pertimbangan Christine memberikan rekomendasi beli untuk RALS adalah aktivitas efisiensi yang RALS lakukan. Chirstine menyebut setahun lalu RALS sudah menutup 16 toko yang kinerjanya kurang. Menurut Chirstine penutupan toko di tahun ini masih akan RALS lakukan dan bisa mengurangi beban penjualan RALS.

Christine menilai jumlah kas RALS cukup besar. Hingga 31 Maret 2018 jumlah kas RALS mencapai Rp 311 miliar. Sebagai perbandingan perolehan kas di Desember 2017 mencapai Rp 751 miliar.

"Investor harus mencermati RALS memiliki kas yang besar, namun ekspansi perusahaan masih minim, mungkin harus dipikirkan cara genjot kinerja selain dengan efisiensi menutup toko yang kurang perfrom," kata Chirstine.

Elbert mengharapkan kinerja positif juga akan berlanjut hingga laporan keuangan Juni 2018. Elbert memproyeksikan harusnya kemampuan beli konsumen meningkat karena menurut Asosiasi Ritel Indonesia (Aprindo) penjualan ritel di musim Lebaran melonjak 20% secara yoy.

Pertumbuhan ini didukung oleh segmen fashion yang tumbuih 60% yoy dan diikuti pertumbuhan segmen kosmetik. Selain itu Aprindo juga melihat ada peningkatan volume penjualan yang cukup besar dalam industri ritel secara keseluruhan hal ini terlihat dari banyak pengecer yang mengalami penipisan stok barang lebih cepat di tahun ini dibanding Lebaran tahun lalu.

Elbert merekomendasikan hold saham RALS di target harga Rp 1.400 per saham. Elbert memperkirakan pendapatan RALS di akhir tahun bisa mencapai 6,16 triliun dengan laba mencapai Rp 444 miliar. Sekadar info di tahun lalu pendapatan RALS sebesar Rp 5.62 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 407 miliar.

Kompak, M. Adityo Nugroho, Analis Phillip Sekuritas Indonesia turut merekomendasikan Hold di target harga Rp 1.360 per saham.

http://investasi.kontan.co.id/news/simak-rekomendasi-analis-untuk-saham-ramayana-lestari-rals?page=2

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Menggunakan Elliott Wave

Mengenal Elliott Wave Teori Elliott Wave dikembangkan oleh R.N. Elliott dan dipopulerkan oleh Robert Prechter . Teori ini menegaskan bahwa perilaku orang banyak surut dan mengalir dalam tren yang jelas. Berdasarkan pasang surut ini, Elliott mengidentifikasi struktur tertentu untuk pergerakan harga di pasar keuangan. Artikel ini adalah sebuah pengantar dasar untuk teori Elliott Wave. Suatu urutan dasar impuls 5-gelombang dan urutan korektif 3-gelombang dijelaskan. Saat teori Elliott Wave menjadi jauh lebih rumit daripada kombinasi 5-3 ini, artikel ini hanya akan fokus pada dasar-dasarnya. RN Elliott Derajat Gelombang dalam Elliott Wave elliott wave degree Konvensi pelabelan yang ditunjukkan di atas adalah yang ditunjukkan dalam buku Elliott Wave. Dalam Elliott-speak, konvensi pelabelan ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat atau tingkat gelombang, yang mewakili ukuran tren yang mendasarinya. Angka Romawi huruf besar mewakili gelombang derajat besar, angka sederha...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Mengenal Indikator Saham OBV | On-Balance Volume

Apa itu On-Balance Volume (OBV)? On-balance volume (OBV) adalah indikator momentum perdagangan teknis yang menggunakan aliran volume untuk memprediksi perubahan harga saham. Joseph Granville pertama kali mengembangkan metrik OBV dalam buku 1963, "Granville's New Key to Stock Market Profits." Granville percaya bahwa volume adalah kekuatan utama di balik pasar dan dirancang OBV untuk diproyeksikan ketika gerakan besar di pasar akan terjadi berdasarkan perubahan volume. Dalam bukunya, ia menggambarkan prediksi yang dihasilkan oleh OBV sebagai "a spring being wound tightly." Dia percaya bahwa ketika volume meningkat tajam tanpa perubahan signifikan dalam harga saham, harga akhirnya akan melonjak ke atas atau jatuh ke bawah. indikator obv saham Intisari Penggunaan Indikator OBV On-balance volume (OBV) adalah indikator teknis momentum, menggunakan perubahan volume untuk membuat prediksi harga. OBV menunjukkan sentimen kerumunan yang dapat mempredi...