google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Berita Saham TPIA | 19 Agustus 2017 Langsung ke konten utama

Berita Saham TPIA | 19 Agustus 2017

KONTAN.CO.ID - Perusahaan petrokimia terbesar di Indonesia, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk gencar berekspansi. Perusahaan yang berkode saham TPIA ini menerbitkan saham baru melalui rights issuesebesar Rp 5,03 triliun atau sekitar US$ 378 juta.

Hak memesan efek terlebih dulu (HMETD) TPIA tercatat efektif sejak Senin, (14/8) lalu.Di antaranya hasil dari rights issue tersebut akan digunakan untuk, pertama, perluasan pabrik butadine yang diestimasikan memakan biaya US$42 juta.

Perseroan menargetkan pabrik baru tersebut sudah bisa beroperasi pada kuartal II 2018. "Saat ini kapasitas produksi pabrik Butadiene 100 ribu ton, dengan melakukan modifikasi engineering kapasitas produksi akan bertambah 37 ribu ton, sehingga total kapasitas produksi butadine menjadi 137 ribu ton," kata Harry Tamin, Head of Investor Relation TPIA, kepada KONTAN, Jakarta, Jumat (18/8).

Kedua, perseroan juga akan meningkatkan kapasitas naphtha cracker. Ekspansi ini perseroan estimasikan memakan biaya US$45 juta dan direncanakan akan mulai beroperasi pada kuartal I 2020.

Ketiga, perseoran menargetkan akan mengoperasikan pabrik polyethylene baru pada kuartal IV 2019. Investasi ini perseroan estimasikan memakan biaya sebesar US$ 356 juta. Harry mengatakan dengan menambah satu pabrik, kapasitas produksi pabrik polyethylene yang saat ini sebesar 336 ribu ton per tahun, bisa bertambah 400 ribu ton per tahun. Total kapasitas produksi polyethylene menjadi 736 ribu ton per tahun.

Keempat, proyek yang masih dalam perencanaan, TPIA akan melakukan perluasan polypropylene yang diestimasikan membutuhkan dana sebesar US$ 15 juta. Harry mengatakan perluasan pabrik polypropylene bisa menambah kapasitas produksi polypropylene dari 480 ribu ton per tahun, menjadi 590 ribu ton atau naik 110 ribu ton per tahun.

Kelima, TPIA juga berencana melakukan diversifikasi produk melalui membangun pabrik Methyl Tertiary Butyl Ether (MTBE) dan Butene-1. "Pabrik yang belum pernah kita miliki adalah MTBE dan Butene-1,diharapkan dengan terbangunnya pabrik tersebut kita bisa semakin menambah portofolio dalam produk turunan kami," kata Harry.

Ekspansi ini diestimasikan membutuhkan biaya US$100 juta dan diestimasikan mulai beroperasi pada kuartal II 2020.

Sebelumnya dalam berita KONTAN, pabrik MBTE dan Butene-1 akan dibangun lewat anak usaha TPIA, T Petrokimia Butadiene Indonesia (PBI).Pabrik baru itu berkapasitas produksi 128 ribu ton Methyl Tertiary Butyl Ether (MBTE) per tahun dan 43 ribu ton Butene-1 per tahunnya.

Keenam, TPIA berencana akan membangun kompleks petrokimia kedua yang diestimasikan membutuhkan dana US$455 juta. Harry mengaku optimistis bisa mengerjakan keenam proyek tersebut.

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Menggunakan Elliott Wave

Mengenal Elliott Wave Teori Elliott Wave dikembangkan oleh R.N. Elliott dan dipopulerkan oleh Robert Prechter . Teori ini menegaskan bahwa perilaku orang banyak surut dan mengalir dalam tren yang jelas. Berdasarkan pasang surut ini, Elliott mengidentifikasi struktur tertentu untuk pergerakan harga di pasar keuangan. Artikel ini adalah sebuah pengantar dasar untuk teori Elliott Wave. Suatu urutan dasar impuls 5-gelombang dan urutan korektif 3-gelombang dijelaskan. Saat teori Elliott Wave menjadi jauh lebih rumit daripada kombinasi 5-3 ini, artikel ini hanya akan fokus pada dasar-dasarnya. RN Elliott Derajat Gelombang dalam Elliott Wave elliott wave degree Konvensi pelabelan yang ditunjukkan di atas adalah yang ditunjukkan dalam buku Elliott Wave. Dalam Elliott-speak, konvensi pelabelan ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat atau tingkat gelombang, yang mewakili ukuran tren yang mendasarinya. Angka Romawi huruf besar mewakili gelombang derajat besar, angka sederha...

Mengenal Indikator Saham OBV | On-Balance Volume

Apa itu On-Balance Volume (OBV)? On-balance volume (OBV) adalah indikator momentum perdagangan teknis yang menggunakan aliran volume untuk memprediksi perubahan harga saham. Joseph Granville pertama kali mengembangkan metrik OBV dalam buku 1963, "Granville's New Key to Stock Market Profits." Granville percaya bahwa volume adalah kekuatan utama di balik pasar dan dirancang OBV untuk diproyeksikan ketika gerakan besar di pasar akan terjadi berdasarkan perubahan volume. Dalam bukunya, ia menggambarkan prediksi yang dihasilkan oleh OBV sebagai "a spring being wound tightly." Dia percaya bahwa ketika volume meningkat tajam tanpa perubahan signifikan dalam harga saham, harga akhirnya akan melonjak ke atas atau jatuh ke bawah. indikator obv saham Intisari Penggunaan Indikator OBV On-balance volume (OBV) adalah indikator teknis momentum, menggunakan perubahan volume untuk membuat prediksi harga. OBV menunjukkan sentimen kerumunan yang dapat mempredi...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...