google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo CTRA | Ini Sederet Proyek Properti Anyar Besutan Ciputra (CTRA) Langsung ke konten utama

CTRA | Ini Sederet Proyek Properti Anyar Besutan Ciputra (CTRA)


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah pemilu selesai, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) siap menggelar ekspansi. Pada semester kedua tahun ini, Ciputra akan menyegarkan pasar properti dengan meluncurkan proyek baru.

Emiten properti tersebut berencana meluncurkan empat proyek anyar pada semester kedua tahun ini. Keempat proyek itu adalah landed residential di Puri (Jakarta Barat) seluas 18 hektare (ha), township di Sentul (Bogor) tahap pertama seluas 114 ha, apartemen di Ciracas (Jakarta Timur) seluas 7 ha dan mixed use landed residential di Driyorejo, Gresik (Jawa Timur).

Selain proyek baru, Ciputra merilis properti baru di proyek existing. Diantaranya merilis klaster baru CitraLand Surabaya, CitraRaya Tangerang Citra Maja Raya, Citra Indah Jonggol dan CitraPlaza Nagoya Batam.

Untuk mendukung ekspansi tadi, CTRA mengalokasikan dana belanja modal (capex) sebesar Rp 1,2 triliun hingga Rp 1,6 triliun. Dengan proyek baru, manajemen CTRA berharap target marketing sales sebesar Rp 6 triliun pada tahun ini bisa tercapai.

"Di Indonesia (isu) pilpres semestinya sudah selesai. Marketing sales kami hingga bulan-bulan ini kurang bagus, itu karena ada ketegangan. Tetapi kami berharap penjualan akan lebih bagus setelah pilpres selesai," ungkap Direktur Utama PT Ciputra Development Tbk, Candra Ciputra, Rabu (26/6).

Mal baru

Selain mengembangkan segmen properti, CTRA berencana memperbesar pendapatan berulang. Dengan tingkat okupansi mal yang sudah di atas 90%, CTRA ingin mengembangkan mal baru. "Kami sedang bangun 3 mal di Citra Raya Tangerang seluas 26.000 m2, Ciputra World Surabaya Extension dan CitraLand Surabaya seluas 28.000 m2," ujar Tulus Santoso, Direktur Independen CTRA.

Pada kuartal I-2019, CTRA mengantongi pendapatan berulang (recurring income) sebesar Rp 1,8 triliun. Jumlah itu setara 27% dari total pendapatan kuartal I-2019. Di sepanjang tahun lalu, kontribusi recurring income hanya 23% dari total pendapatan.

Secara umum, untuk mencapai target marketing sales Rp 6 triliun, CTRA juga bakal melakukan replenishing di proyek existing serta mencari lokasi baru yang strategis.

Manajemen CTRA tak merisaukan ketersediaan lahan. Pasalnya, cadangan lahan saat ini cukup untuk ekspansi selama 15 tahun. Hitungan itu dengan asumsi penjualan per tahun 100 hektare (ha) hingga 150 hektare. "Landbank yang langsung kami miliki seluas 2.000 hektare," lanjut Tulus.

Sebanyak 90% landbank tersebar di Jakarta dan Surabaya. Adapun sisanya berlokasi di Sidoardjo, Lampung dan beberapa kota.

Selain memiliki lahan sendiri, CTRA masih memiliki 4.000 ha lahan kerjasama operasi (KSO). Lahan itu dikembangkan dengan brand Ciputra.

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Menggunakan Elliott Wave

Mengenal Elliott Wave Teori Elliott Wave dikembangkan oleh R.N. Elliott dan dipopulerkan oleh Robert Prechter . Teori ini menegaskan bahwa perilaku orang banyak surut dan mengalir dalam tren yang jelas. Berdasarkan pasang surut ini, Elliott mengidentifikasi struktur tertentu untuk pergerakan harga di pasar keuangan. Artikel ini adalah sebuah pengantar dasar untuk teori Elliott Wave. Suatu urutan dasar impuls 5-gelombang dan urutan korektif 3-gelombang dijelaskan. Saat teori Elliott Wave menjadi jauh lebih rumit daripada kombinasi 5-3 ini, artikel ini hanya akan fokus pada dasar-dasarnya. RN Elliott Derajat Gelombang dalam Elliott Wave elliott wave degree Konvensi pelabelan yang ditunjukkan di atas adalah yang ditunjukkan dalam buku Elliott Wave. Dalam Elliott-speak, konvensi pelabelan ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat atau tingkat gelombang, yang mewakili ukuran tren yang mendasarinya. Angka Romawi huruf besar mewakili gelombang derajat besar, angka sederha...

Mengenal Indikator Saham OBV | On-Balance Volume

Apa itu On-Balance Volume (OBV)? On-balance volume (OBV) adalah indikator momentum perdagangan teknis yang menggunakan aliran volume untuk memprediksi perubahan harga saham. Joseph Granville pertama kali mengembangkan metrik OBV dalam buku 1963, "Granville's New Key to Stock Market Profits." Granville percaya bahwa volume adalah kekuatan utama di balik pasar dan dirancang OBV untuk diproyeksikan ketika gerakan besar di pasar akan terjadi berdasarkan perubahan volume. Dalam bukunya, ia menggambarkan prediksi yang dihasilkan oleh OBV sebagai "a spring being wound tightly." Dia percaya bahwa ketika volume meningkat tajam tanpa perubahan signifikan dalam harga saham, harga akhirnya akan melonjak ke atas atau jatuh ke bawah. indikator obv saham Intisari Penggunaan Indikator OBV On-balance volume (OBV) adalah indikator teknis momentum, menggunakan perubahan volume untuk membuat prediksi harga. OBV menunjukkan sentimen kerumunan yang dapat mempredi...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...