google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Saham SPMA | BISNIS "HORECA" TUMBUH, SUPARMA GENJOT PRODUKSI KERTAS TISSUE Langsung ke konten utama

Saham SPMA | BISNIS "HORECA" TUMBUH, SUPARMA GENJOT PRODUKSI KERTAS TISSUE


IQPlus, (15/11) - PT Suparma Tbk (SPMA) kembali belanja modal (capital expenditure) sebesar US$ 32.1 juta selama dua tahun. Dana tersebut digunakan untuk membeli mesin baru (PM 10). Tujuannya untuk meningkatkan kapasitas produksi kertas tissue yang pasarnya semakin membesar.

Menurut Hendro Luhur, Direktur Perseroan, dalam beberapa tahun ini permintaan kertas tissue semakin meningkat. Hal imbas dari makin menajmurnya bisnis food and beverage (F&B) terutama di Jawa Timur.

"Demandnya terus bertumbuh signifikan. Sementara kapasitas yang ada sekarang masih kualahan. Sehingga kami merasa perlu untuk menambah kapasitas produksi kertas tissue," ujar Hendro Luhur Kamis (14/11) usai public expose di kantornya.

Dikatakan, selama produksi kertas tissue perseroan menggunakan mesin no 1,2 dan 3 atau PM 1,2 dan 3. Mesin-mesin tersebut sebelumnya digunakan untuk memproduksi kertas laminasi atau kertas bungkus.

Sementara trend pasarnya terus meningkat. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan sektor bisnis hotel, resto dan café (horeca) yang merupakan target market kertas tissue milik perseroan. Sehingga kebutuhan mesin baru untuk meningkatkan produksi harus segera dilakukan.

"Sekarang sudah proses pemesanan. Kami sudah beri DP US$7,2 juta. Kami harapkan April tahun 2020 mesin akan tiba disini (pabrk)," tambah Hendro.

Dia mengaku, mesin yang memiliki kapasitas produksi 54.000 metric ton per tahun tersebut akan mulai trial pada Agustus 2020. Dan diharapkan pada akhir Oktober 2020 sudah mulai bisa produksi komersial.

"M 10 100 persen akan memproduksi kertas tissue. Sekitar 42 pesen akan kami lempar ke pasar ekspor dan sisanya untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik," tandas Hendro.

Selain itu, perseroan juga melakukan langkah strategis lainya dimana bahan baku plastic untuk produk kertas laminasi diganti menggunakan oxium. Bahan baku ini selain lebih murah karena produksi nasional, juga lebih ramah lingkungan. Sehingga proses penghancuran sampahnya tidak perlu menunggu waktu ratusan tahun seperti sampah plastic.

Soal kinerja perseroan tahun 2019, Hendro mengaku optimis akan tercapai. Dari target penjualan Rp 2,5 triliun, hingga Oktober 2019, perncapainnya sudah menembus 80 persen. Pihaknya akan memaksimalkan sisa dua bulan untuk meningkatkan penjualannya sehingga target akan tercapai 100 persen pada akhir tahun nanti.

"Kami yakin target akan tercapai. Masih ada waktu dua bulan yang bisa kami maksimal. Dari total penjualan kami, kontribusi terbesar dari kertas duplex 40 persen. Kemudian disusul kertas laminasi 35 persen dan kertas tissue 25 persen. Namun melihat potensi pasar kertas tissue yang cukup besar, kedepan porsinya akan semakin meningkat," kata Hendro Luhur meyakinkan. (end/ahd)

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Membaca Grafik Saham di Bursa Efek

grafik candlestick saham Pergerakan harga instrumen finansial baik saham maupun forex biasanya digambarkan dalam bentuk grafik. Grafik ini memudahkan trader untuk mengetahui pola-pola pergerakan harga yang terjadi sebelumnya. Ada beberapa jenis grafik yang biasa dipakai di pasar finansial yaitu: Line Chart/Grafik Garis Bar Chart/Grafik Batang Candlestick Chart/Grafik Lilin Grafik  Line Chart  hanya memuat data harga dipenutupan perdagangan yang digambarkan dalam bentuk garis saja. Sementara  Bar Chart  dan  Candlestick Chart  hampir sama dikarenakan memuat data harga pembukaan, harga penutupan, harga tertinggi dan terendah. Hanya saja grafik candlestick lebih mudah dibaca dibandingkan grafik bar. Di samping itu keunggulan lain dari candlestick chart adalah mampu menampilkan psikologi pasar dengan tampilan yang lebih mudah dibaca. Berikut tampilan masing-masing chart menggunakan contoh Indeks S&P500: Line Chart Bar Chart Candlestick Chart Saya priba

Cara Menghitung Beta Saham CAPM

Apa itu CAPM CAPM (Capital Asset Pricing Model) adalah model yang digunakan untuk menentukan tingkat pengembalian(required return) dari suatu aset. Model ini mendapatkan penghargaan nobel  pada tahun 1990 dan pada prakteknya juga sering digunakan untuk menentukan nilai cost of equity. Dari sudut pandang investor, besarnya tingkat pengembalian seharusnya berbanding lurus dengan risiko yang diambil. Untuk memudahkan saya buat ilustrasi yang disederhanakan sebagai berikut: Alex punya uang 100juta, berkeinginan untuk menginvestasikan uangnya pada bisnis warung retail. Pertanyaan yang seringkali dihadapi adalah: Jika Alex memutuskan untuk berinvestasi pada bisnis warung retail, berapa besar tingkat pengembalian yang harus dia dapatkan? Mengingat bahwa jika dia menginvestasikan uangnya, dia dihadapkan dengan risiko bisnis warung retail. Pertimbangan untuk Alex Deposito Investasi Toko/Warung Retail Risiko Minim, relatif nggak ada bagi Alex Bisa bangkrut atau perkembangan bisnis tida

Mengenal Indikator Exponential Moving Average - EMA

Apa itu Exponential Moving Average - EMA? Exponential Moving Average (EMA) adalah jenis moving average (MA) yang menempatkan bobot lebih besar dan signifikansi pada titik data terbaru. Exponential Moving Average juga disebut sebagai Moving Average tertimbang secara eksponensial. Moving Average tertimbang secara eksponensial bereaksi lebih signifikan terhadap perubahan harga saat ini daripada rata-rata bergerak sederhana (SMA), yang menerapkan bobot yang sama untuk semua pengamatan pada periode tersebut. Memahami Indikator EMA EMA adalah Moving Average yang menempatkan bobot lebih besar dan signifikansi pada titik data terbaru. Seperti semua moving average, indikator teknis ini digunakan untuk menghasilkan sinyal beli dan jual berdasarkan crossover dan divergensi dari rata-rata historis. Pedagang sering menggunakan beberapa hari EMA yang berbeda - misalnya rata-rata bergerak 20 hari, 30 hari, 90 hari, dan 200 hari. Formula EMA Tiga langkah dasar untuk menghit