google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Saham BBTN | BTN RAIH LABA Rp801 MILIAR DI KUARTAL III 2019 Langsung ke konten utama

Saham BBTN | BTN RAIH LABA Rp801 MILIAR DI KUARTAL III 2019


IQPlus, (15/11)  - PT Bank Tabungan Negara Persero Tbk megantongi laba bersih Rp801 miliar pada kuartal III 2019, setelah perseroan meningkatkan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebesar 21,34 persen untuk persiapan mengikuti aturan baru Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 pada 2020.

Plt. Direktur Utama Bank BTN Oni Febriarto R di Jakarta, Kamis, mengatakan nilai CKPN BTN itu naik 21,34 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp1,79 triliun menjadi Rp2,18 triliun pada September 2019. Secara rasio, CKPN perseroan naik ke level 52,67 persen pada September 2019 dari 38,58 persen di bulan yang sama tahun lalu.

Adapun Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 merupakan standar internasional untuk pelaporan keuangan (International Financial Reporting Standards/IFRS) yang dikeluarkan oleh International Accounting Standard Board (IASB) dan akan diikuti perbankan pada 2020.

"Dengan peningkatan alokasi ke CKPN tersebut, laba bersih kami berada di posisi Rp801 miliar pada kuartal tiga ini. Hingga akhir tahun, kami membidik rasio CKPN terus naik ke level di atas 70 persen," kata Oni.

Oni mengklaim perolehan laba bersih tersebut disumbang pendapatan bunga perseroan serta efisiensi yang dilakukan. Pendapatan bunga BTN naik sebesar 17,97 persen (yoy) menjadi Rp19,3 triliun atau berada di atas pertumuhan kredit yang sebesar 16,75 persen (yoy).

BTN menerapkan efisiensi dengan menekan pertumbuhan biaya operasional di luar CKPN yang hanya sebesar 1,3 persen (yoy) per September 2019. Angka tersebut turun di bawah kenaikan biaya operasional di luar CKPN pada 2018 sebesar 11,2 persen (yoy). Kenaikan beban biaya operasional tersebut berbanding terbalik dengan pertumbuhan aset 16,1 persen (yoy) per September 2019.

Oni merinci pendapatan bunga Bank BTN ditopang penyaluran kredit perseroan yang naik sebesar 16,75 persen menjadi Rp256,93 triliun. Kenaikan kredit tersebut ditopang pertumbuhan positif pada KPR Subsidi sebesar 25,54 persen (yoy) dari Rp88,92 triliun menjadi Rp111,64 triliun per kuartal III 2019.

Menurut Oni, hingga akhir tahun nanti, BTN tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian, perbaikan kualitas, dan penyesuaian dengan likuiditas dalam penyaluran kreditnya. Dengan fokus tersebut, dia mengklaim perseroan membidik pertumbuhan kredit yang lebih realistis yakni 8-10 persen (yoy).

Untuk menopang intermediasi, pada kuartal III 2019, BTN mencatatkan pertumbuhan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 18,1 persen (yoy) menjadi Rp230,35 triliun. Dengan capaian penyaluran kredit dan penghimpunan DPK, aset BTN naik 16,12 persen (yoy) dari Rp272,3 triliun pada kuartal III 2018 menjadi Rp316,21 triliun.(end)

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Apa itu Saham ? Pengertian, Contoh, Jenis, Keuntungan, Resiko

Apa itu Saham? Saham adalah jenis surat berharga yang menandakan kepemilikan secara proporsional dalam sebuah perusahaan penerbitnya. Saham kadang disebut ekuitas. Saham memberikan hak kepada pemegang saham atas proporsi aset dan pendapatan perusahaan.  Saham pada umumnya  dijual dan dibeli di bursa saham . Akan tetapi saham juga dijual secara pribadi. Transaksi saham harus sesuai dengan peraturan pemerintah yang dimaksudkan untuk melindungi investor dari praktik penipuan.  Secara historis, investasi saham telah mengungguli sebagian besar investasi lainnya dalam jangka panjang. Investasi saham dapat dilakukan melalui broker saham online atau sekuritas saham yang terdaftar di lembaga yang mengaturnya di sebuah negara.  Sebuah perusahaan terbuka menerbitkan / menjual saham dalam rangka mengumpulkan dana untuk menjalankan bisnisnya. Pemegang saham, ibaratnya telah membeli secuil perusahaan dan memiliki hak atas sebagian aset dan pendapatannya. Dengan kata lain, pemegan

Cara Menghitung Beta Saham CAPM

Apa itu CAPM CAPM (Capital Asset Pricing Model) adalah model yang digunakan untuk menentukan tingkat pengembalian(required return) dari suatu aset. Model ini mendapatkan penghargaan nobel  pada tahun 1990 dan pada prakteknya juga sering digunakan untuk menentukan nilai cost of equity. Dari sudut pandang investor, besarnya tingkat pengembalian seharusnya berbanding lurus dengan risiko yang diambil. Untuk memudahkan saya buat ilustrasi yang disederhanakan sebagai berikut: Alex punya uang 100juta, berkeinginan untuk menginvestasikan uangnya pada bisnis warung retail. Pertanyaan yang seringkali dihadapi adalah: Jika Alex memutuskan untuk berinvestasi pada bisnis warung retail, berapa besar tingkat pengembalian yang harus dia dapatkan? Mengingat bahwa jika dia menginvestasikan uangnya, dia dihadapkan dengan risiko bisnis warung retail. Pertimbangan untuk Alex Deposito Investasi Toko/Warung Retail Risiko Minim, relatif nggak ada bagi Alex Bisa bangkrut atau perkembangan bisnis tida

Rekomendasi Saham BBRI, GGRM, DRMA dan ACST oleh RHB Sekuritas Indonesia | 26 Oktober 2023

RHB Sekuritas Indonesia 26 Oktober 2023 Muhammad Wafi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Bank Rakyat Indonesia terlihat kembali melakukan rebound disertai volume dan menguji resistance garis MA20 sekaligus resistance bearish channel-nya. Jika mampu breakout resistance garis MA20 maka akan mengkonfirmasi sinyal reversal dari fase bearish untuk menguji resistance garis MA50. Rekomendasi: Buy area disekitar Rp 5.125 dengan target jual di Rp 5.325 hingga Rp 5.575. Cut loss di Rp 5.000. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) Gudang Garam terlihat melakukan rebound dan breakout resistance garis MA50 disertai volume dan menguji resistance garis MA20. Jika mampu breakout resistance garis MA20 maka akan mengkonfirmasi sinyal breakout menuju fase bullish dan menguji level tertingginya di bulan Oktober 2023. Rekomendasi: Buy area disekitar Rp 24.800 dengan target jual di Rp 25.375 hingga Rp 26.650. Cut loss di Rp 24.525. PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) Dharma Polimetal terlihat melakukan rebound d