google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Investasi Reksadana Makin Cuan dengan 5 Strategi ini, Yuk Catat Langsung ke konten utama

Investasi Reksadana Makin Cuan dengan 5 Strategi ini, Yuk Catat


Memiliki strategi yang tepat dan sesuai dengan kondisi keuangan, penting untuk memberikan hasil maksimal ketika kamu melakukan investasi khususnya reksadana.

Reksadana sendiri merupakan investasi yang beberapa tahun ke belakang diminati masyarakat, terlebih di kalangan investor pemula karena dinilai lebih praktis dilakukan.


Kenapa demikian?

Karena reksadana adalah sebuah wadah yang menghimpun dana dari para investor, untuk diinvestasikan ke beragam instrumen dengan modal relatif terjangkau. Belum lagi, adanya manajer investasi yang bertugas mengelola modal dari investor. Tentu saja hal ini memudahkan para investor untuk melakukan investasi, tak heran jika populer. Tapi biarpun begitu, jangan jadi lepas tangan. Pahami strategi yang tepat, supaya imbal hasil reksadana juga lebih maksimal.


Berikut adalah 5 strategi yang bisa kamu jadikan pertimbangan.

Strategi ini cocok buat kamu yang suka bermain aman dan memiliki penghasilan tetap setiap bulannya. Pasalnya, strategi DCA ini memiliki fokus untuk menjaga nilai investasi tanpa usaha besar. Kamu hanya perlu membeli reksadana yang tepat dengan jumlah sama secara rutin misalnya setiap bulan, per 6 bulan atau lainnya. Contohnya kamu membeli reksadana sebanyak Rp500.000 setiap sebulan sekali dalam jangka waktu 5 tahun. Kegiatan seperti ini, juga bisa menjadi langkah awal yang tidak memberatkan untuk investor pemula saat baru memulai. Selain itu, adanya kebiasaan rutin bisa menghindari kamu dalam mengambil keputusan impulsif atau FOMO dalam melakukan investasi.

Pergerakan harga pasar tidak akan membuat panik.

Ketika misalnya harga sedang turun, kamu tetap bisa melakukan pembelian dengan harga yang sama tapi tentu mendapatkan banyak unit dari pembelian sebelumnya. Sebaliknya, jika harga sedang naik kamu pun bisa tetap membeli dengan dana yang sama, walaupun unit yang didapatkan lebih sedikit. Tapi tidak perlu khawatir, sebab dalam strategi reksadana ini kamu melakukannya seperti menabung untuk jangka panjang. Hal seperti itu bisa meminimalisir risiko investasi akibat fluktuasi penurunan harga.


2. Strategi Lump Sum

Strategi reksadana ini mungkin lebih cocok untuk yang tidak memiliki penghasilan tetap seperti freelancer dan tak ingin repot berinvestasi secara bertahap. Adapun, strategi lump sum dalam investasi berarti investor menempatkan sejumlah dana secara sekaligus di awal. Misalnya, menampatkan Rp20 juta dan tidak melakukan penambahan lagi. Supaya lebih mendapatkan untung maksimal, biasanya reksadana dapat dibeli ketika harga sedang rendah. Jadi, jika nilai investasinya naik, maka investor juga akan mendapat keuntungan. Tapi perlu diingat kalau, membeli dengan strategi ini berarti kamu hanya akan mendapatkan satu harga. Jadi, pilih reksadana yang tepat, karena kalau nilainya turun tentu risiko kerugian yang ditanggung relatif lebih besar.


3. Strategi Market Timing

Kalau kamu ingin menggunakan strategi reksadana ini, harus melakukan pertimbangan yang tepat sebelumnya. Fokuskan keputusan terhadap waktu pembelian dan penjualan. Biasanya investasi reksadana dapat dilakukan saat kondisi pasar menguat dengan harga rendah, karena tentu keuntungan akan lebih maksimal.

Kamu juga disarankan mengamati pergerakan pasar dan IHSF supaya bisa mengambil keputusan yang tepat. Maka dari itu, strategi ini membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang tinggi karena tepatnya waktu menjadi kunci. Hindari terbawa emosi yang mendorong kamu untuk membeli dengan harga mahal atau menjual saat pasar bergerak turun.


4. Strategi Average Up

Melakukan investasi reksadana juga tak lepas dari strategi satu ini yaitu Average Up. Sebenarnya strategi ini lebih dikenal saat melakukan investasi saham. Konsepnya sebenarnya melakukan investasi secara bertahap agar untung lebih maksimal. Kalau di saham contohnya seperti berikut:

Kamu membeli saham Unilever (UNVR) sebanyak 1lot dan mendapatkan harga Rp4.500. Nah, seminggu kemudian ternyata harga saham tersebut naik menjadi Rp5.000 per lot. Maka kamu memutuskan untuk membeli 1 lot lagi untuk menambah kepemilikan saham. Nah, pemelian kedua itulah yang dimaksud dengan averaging up. Tapi, katakanlah sebulan kemudian saham kembali naik ke Rp6000 nah saat itulah kamu bisa memutuskan menjual saham yang dimiliki. 

Lalu, bagaimana terapkan strategi ini pada reksadana?

Kamu bisa melakukan hal sama namun tentu patokannya bukan harga saham per lot, melainkan pada NAV atau Net Asset Value yang biasanya dicantumkan setiap produk reksadana.


5. Strategi Buy and Hold

Strategi ini sebenarnya memiliki konsep yang cukup sederhana, yaitu investor membeli sejumlah unit reksadana dan didiamkan dalam periode waktu tertentu.

Kalau kamu memilki target besar di masa mendatang seperti membangun rumah, membeli mobil hingga pendidikan anak, strategi ini cocok dilakukan.

Tapi supaya lebih maksimal, kamu harus menjalankan strategi sebagai investasi jangka panjang 5 – 15 tahun agar keuntungannya maksimal dan risikonya lebih minimal. Selain itu, kamu harus bijak juga dalam memilih produk reksadana, ya. Pastikan produk reksadana kamu datang dari perusahaan manajer investasi yang kredibel, memiliki kinerja dan fundamental yang bagus dalam mengelola dana investor.


Dari 5 strategi di atas, mana nih yang kira-kira lebih cocok dengan diri kamu?

Sekadar informasi, selain melakukan investasi reksadana kamu juga bisa melakukan diversifikasi dengan mengembangkan dana di tempat lain.

Adapun diversifikasi ini dilakukan sebagai strategi untuk meminimalisir kerugian dalam investasi.



sumber : koinworks

Lebih lengkapnya silahkan klik : Saham Online

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Menggunakan Elliott Wave

Mengenal Elliott Wave Teori Elliott Wave dikembangkan oleh R.N. Elliott dan dipopulerkan oleh Robert Prechter . Teori ini menegaskan bahwa perilaku orang banyak surut dan mengalir dalam tren yang jelas. Berdasarkan pasang surut ini, Elliott mengidentifikasi struktur tertentu untuk pergerakan harga di pasar keuangan. Artikel ini adalah sebuah pengantar dasar untuk teori Elliott Wave. Suatu urutan dasar impuls 5-gelombang dan urutan korektif 3-gelombang dijelaskan. Saat teori Elliott Wave menjadi jauh lebih rumit daripada kombinasi 5-3 ini, artikel ini hanya akan fokus pada dasar-dasarnya. RN Elliott Derajat Gelombang dalam Elliott Wave elliott wave degree Konvensi pelabelan yang ditunjukkan di atas adalah yang ditunjukkan dalam buku Elliott Wave. Dalam Elliott-speak, konvensi pelabelan ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat atau tingkat gelombang, yang mewakili ukuran tren yang mendasarinya. Angka Romawi huruf besar mewakili gelombang derajat besar, angka sederha...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Mengenal Indikator Saham OBV | On-Balance Volume

Apa itu On-Balance Volume (OBV)? On-balance volume (OBV) adalah indikator momentum perdagangan teknis yang menggunakan aliran volume untuk memprediksi perubahan harga saham. Joseph Granville pertama kali mengembangkan metrik OBV dalam buku 1963, "Granville's New Key to Stock Market Profits." Granville percaya bahwa volume adalah kekuatan utama di balik pasar dan dirancang OBV untuk diproyeksikan ketika gerakan besar di pasar akan terjadi berdasarkan perubahan volume. Dalam bukunya, ia menggambarkan prediksi yang dihasilkan oleh OBV sebagai "a spring being wound tightly." Dia percaya bahwa ketika volume meningkat tajam tanpa perubahan signifikan dalam harga saham, harga akhirnya akan melonjak ke atas atau jatuh ke bawah. indikator obv saham Intisari Penggunaan Indikator OBV On-balance volume (OBV) adalah indikator teknis momentum, menggunakan perubahan volume untuk membuat prediksi harga. OBV menunjukkan sentimen kerumunan yang dapat mempredi...