google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Prospek Saham SCMA | 6 Juni 2018 Langsung ke konten utama

Prospek Saham SCMA | 6 Juni 2018


Pangsa pemirsa atawa audience share yang tinggi menjadi modal berharga bagi PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) dalam memenangkan persaingan dengan emiten media lainnya. Faktor audience share ini juga berpengaruh besar terhadap kinerja perusahaan.

Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya menjelaskan, pangsa pemirsa SCMA tergolong solid dan terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Mengutip riset per 4 Juni, pangsa pemirsa SCMA di seluruh waktu tayang mampu menduduki posisi pertama, dengan pencapaian 33,4% hingga bulan April lalu. Angka ini lebih tinggi ketimbang MNCN dan Trans Group, yang masing-masing memiliki pangsa pemirsa sebesar 30,7% dan 13,4%.

Khusus di jam prime time, posisi pangsa pemirsa SCMA, melalui stasiun televisi SCT,V masih menjadi yang terbaik, dengan perolehan 21% hingga bulan April lalu. ANTV dan Trans Group mengekor dengan pangsa pemirsa sebesar 16,9% dan 15,2%.

Berkat pangsa pemirsa yang besar, kinerja SCMA pun kian solid. Buktinya, di kuartal I-2018 lalu, pendapatan emiten yang tercatat di bursa sejak 2002 tersebut melonjak 15% menjadi Rp 1,16 triliun dibanding kuartal I-2017. Alhasil, laba bersih perusahaan yang menjadi induk SCTV dan Indosiar ini juga melesat 19,29% menjadi Rp 359,19 miliar.

Christine berpendapat, selain ditunjang oleh pangsa pasar yang besar, kinerja apik SCMA juga disokong oleh meningkatnya pendapatan iklan. Perlu diketahui, di tiga bulan pertama 2018 lalu, pendapatan SCMA dari sektor iklan meningkat sekitar 15,12% menjadi Rp 1,38 triliun.

Pendapatan iklan ke depan diyakini masih tinggi. "Banyak perusahaan konsumer yang memanfaatkan momentum Ramadan hingga tahun pemilu untuk memperbanyak iklan di TV," kata dia, Selasa (5/6).

Biaya program

Analis Ciptadana Sekuritas Asia Fransisca Putri menyampaikan, peningkatan pangsa pasar SCMA juga didorong kehadiran program yang menjadi andalan emiten tersebut. Selain terdapat sinetron yang diproduksi oleh Sinemart, SCMA juga berinvestasi pada program baru, yaitu Liga Dangdut dan Go-Jek Liga 1 yang mulai tayang pada bulan Maret lalu. Bukan hanya itu, SCMA juga memiliki hak siar penayangan Liga Champions. Biasanya, program ini laris-manis ditonton masyarakat.

Memang, banyaknya program acara yang ditayangkan stasiun televisi milik SCMA membuat biaya program dan penyiaran meningkat 18,6% (yoy) di kuartal satu menjadi Rp 483,62 miliar. Tapi, Fransisca yakin biaya tersebut akan berkurang jelang berakhirnya kuartal kedua. Sebab, saat itu musim Liga Champions telah berakhir, sehingga pertumbuhan biaya program dan penyiaran tidak lagi mencapai dua digit.

Tapi Analis JP Morgan Indra Cahya berpendapat, SCMA berpotensi menemui tantangan dalam mempertahankan pangsa pasarnya pada periode JuniJuli. Hal tersebut mengingat saat itu akan berlangsung perhelatan Piala Dunia 2018 yang disiarkan oleh Trans Group.

Ajang Piala Dunia dapat memicu persaingan antarmedia. Apalagi, sebagian besar jam tayang Piala Dunia edisi terkini berada di jam prime time.

Menurut Indra, berkaca pada Piala Dunia 2014 silam, VIVA sebagai pemegang hak siar mengalami kenaikan pangsa pemirsa yang signifikan pada akhir tahun tersebut menjadi 11,2%. Padahal, di tahun sebelumnya, pangsa pemirsa perusahaan media tersebut hanya 5,7%. "Jika skenario ini terulang, ada risiko peningkatan persaingan pangsa pemirsa yang dimulai pada kuartal III-2018," terang Indra dalam riset 28 Mei.

Meski begitu, Fransisca menganggap kehadiran Piala Dunia tidak akan terlalu berpengaruh terhadap kinerja SCMA. "Target pemirsa Piala Dunia dan program acara SCMA tidak saling berkaitan," ujar dia.

Senada, Christine menilai, potensi peningkatan persaingan terhadap pangsa pemirsa merupakan hal yang wajar terjadi dalam industri media. Alhasil, SCMA tidak perlu terlalu mengkhawatirkan sentimen tersebut.

Dia menambahkan, dalam jangka menengah, prospek SCMA pada dasarnya masih cukup baik. Hal ini didukung oleh perhelatan Asian Games 2018, yang mana SCMA menjadi pemegang hak siar turnamen tersebut.

Christine memprediksi SCMA mampu memperoleh pendapatan iklan Rp 150 miliar berkat adanya Asian Games pada Agustus nanti. Perusahaan ini pun menurutnya telah menargetkan pertumbuhan pendapatan mencapai 20%–25% (yoy) pada kuartal III-2018 mendatang.

Christine merekomendasikan beli saham SCMA dengan target Rp 2.980 per saham. Ia memprediksi, pendapatan SCMA akan mencapai Rp 4,97 triliun pada akhir tahun nanti. Bersamaan dengan itu, laba bersihnya diharapkan naik mencapai Rp 1,49 triliun.

Fransisca juga menyarankan beli saham SCMA dengan target Rp 3.100 per saham. Indra merekomendasikan overweight saham SCMA dengan target harga Rp 2.800 per saham.

http://investasi.kontan.co.id/news/surya-citra-media-scma-punya-banyak-peluang-di-tengah-tantangan

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Membaca Grafik Saham di Bursa Efek

grafik candlestick saham Pergerakan harga instrumen finansial baik saham maupun forex biasanya digambarkan dalam bentuk grafik. Grafik ini memudahkan trader untuk mengetahui pola-pola pergerakan harga yang terjadi sebelumnya. Ada beberapa jenis grafik yang biasa dipakai di pasar finansial yaitu: Line Chart/Grafik Garis Bar Chart/Grafik Batang Candlestick Chart/Grafik Lilin Grafik  Line Chart  hanya memuat data harga dipenutupan perdagangan yang digambarkan dalam bentuk garis saja. Sementara  Bar Chart  dan  Candlestick Chart  hampir sama dikarenakan memuat data harga pembukaan, harga penutupan, harga tertinggi dan terendah. Hanya saja grafik candlestick lebih mudah dibaca dibandingkan grafik bar. Di samping itu keunggulan lain dari candlestick chart adalah mampu menampilkan psikologi pasar dengan tampilan yang lebih mudah dibaca. Berikut tampilan masing-masing chart menggunakan contoh Indeks S&P500: Line Chart Bar Chart Candlestick Chart Saya priba

Cara Menghitung Beta Saham CAPM

Apa itu CAPM CAPM (Capital Asset Pricing Model) adalah model yang digunakan untuk menentukan tingkat pengembalian(required return) dari suatu aset. Model ini mendapatkan penghargaan nobel  pada tahun 1990 dan pada prakteknya juga sering digunakan untuk menentukan nilai cost of equity. Dari sudut pandang investor, besarnya tingkat pengembalian seharusnya berbanding lurus dengan risiko yang diambil. Untuk memudahkan saya buat ilustrasi yang disederhanakan sebagai berikut: Alex punya uang 100juta, berkeinginan untuk menginvestasikan uangnya pada bisnis warung retail. Pertanyaan yang seringkali dihadapi adalah: Jika Alex memutuskan untuk berinvestasi pada bisnis warung retail, berapa besar tingkat pengembalian yang harus dia dapatkan? Mengingat bahwa jika dia menginvestasikan uangnya, dia dihadapkan dengan risiko bisnis warung retail. Pertimbangan untuk Alex Deposito Investasi Toko/Warung Retail Risiko Minim, relatif nggak ada bagi Alex Bisa bangkrut atau perkembangan bisnis tida

Mengenal Indikator Exponential Moving Average - EMA

Apa itu Exponential Moving Average - EMA? Exponential Moving Average (EMA) adalah jenis moving average (MA) yang menempatkan bobot lebih besar dan signifikansi pada titik data terbaru. Exponential Moving Average juga disebut sebagai Moving Average tertimbang secara eksponensial. Moving Average tertimbang secara eksponensial bereaksi lebih signifikan terhadap perubahan harga saat ini daripada rata-rata bergerak sederhana (SMA), yang menerapkan bobot yang sama untuk semua pengamatan pada periode tersebut. Memahami Indikator EMA EMA adalah Moving Average yang menempatkan bobot lebih besar dan signifikansi pada titik data terbaru. Seperti semua moving average, indikator teknis ini digunakan untuk menghasilkan sinyal beli dan jual berdasarkan crossover dan divergensi dari rata-rata historis. Pedagang sering menggunakan beberapa hari EMA yang berbeda - misalnya rata-rata bergerak 20 hari, 30 hari, 90 hari, dan 200 hari. Formula EMA Tiga langkah dasar untuk menghit