google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo PTBA | Valuasi Saham PTBA Masih Menarik Langsung ke konten utama

PTBA | Valuasi Saham PTBA Masih Menarik


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penurunan harga komoditas batubara sukses menekan kinerja emiten penambang batubara. Ini juga dirasakan oleh PT Bukit Asam (PTBA).

Analis Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy mengatakan, meskipun laporan keuangan untuk kuartal II-2019 belum dirilis, kinerja PTBA diperkirakan tidak berbeda jauh dengan emiten sesama produsen batubara seperti ITMG, BUMI dan INDY.

Emiten-emiten tersebut kompak mencatatkan penurunan laba di kuartal II-2019, akibat tertekan penurunan harga komoditas global.Namun, PTBA memiliki banyak rencana ekspansi. Misal, penyelesaian pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Bangko, peningkatan train load station, hingga proyek penambangan batubara berkalori tinggi. "Ekspansi ini akan memberi dampak positif jika dapat diselesaikan secara cepat," kata Robertus, kemarin.

Robertus memperkirakan tren penurunan harga batubara akan berakhir jika perang dagang juga berakhir. Tapi ia menilai hal ini tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

Bila dihitung sejak awal tahun hingga Senin (19/8) lalu, harga batubara Newcastle kontrak pengiriman Oktober 2019 di ICE Futures sudah merosot sebanyak 30,03%. Senin lalu, harga ada di level US$ 67,10 per metrik ton.

Lesunya harga komoditas terefleksi pada harga saham PTBA yang turun 37,16% year to date hingga kemarin. Robertus cenderung merekomendasikan hold saham PTBA dengan target harga akhir tahun Rp 2.500.

Kemarin, harga PTBA bertengger di Rp 2.460 per saham. Robertus menilai, valuasi saham PTBA saat ini masih dalam kategori wajar.

Bisa diakumulasi

Sedang Analis Deutsche Verdhana Sekuritas Indonesia Janeman Latul merekomendasikan beli PTBA dengan target harga Rp 3.600 per saham. Dia menekankan, lebih dari 50% produksi batubara PTBA diserap pasar domestik.

Pasar batubara dalam negeri cukup besar lantaran dalam lima tahun ke depan Indonesia berencana membangun 12 gigawatt (GW) pembangkit listrik tenaga batubara baru. Permintaan besar diharapkan mengompensasi penurunan harga jual rata-rata (ASP) batubara PTBA, yang turun 16% di kuartal I-2019 lalu.

Analis Ciptadana Sekuritas Thomas Radityo optimistis PTBA bisa mencetak kinerja yang lebih baik di kuartal II-2019 dengan masuknya PT Inalum sebagai penguasa 65% saham PTBA. Ini akan mendorong perusahaan mengembangkan proyek gasifikasi batubara di Kalimantan.

"Kami mempertahankan proyeksi volume penjualan sepanjang 2019 bisa mencapai 28 juta metrik ton," jelas Thomas dalam risetnya.

Hingga akhir tahun, Ciptadana Sekuritas masih merekomendasikan buy saham PTBA. Thomas mematok target harga PTBA di akhir tahun Rp 4.150 per saham.

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Membaca Grafik Saham di Bursa Efek

grafik candlestick saham Pergerakan harga instrumen finansial baik saham maupun forex biasanya digambarkan dalam bentuk grafik. Grafik ini memudahkan trader untuk mengetahui pola-pola pergerakan harga yang terjadi sebelumnya. Ada beberapa jenis grafik yang biasa dipakai di pasar finansial yaitu: Line Chart/Grafik Garis Bar Chart/Grafik Batang Candlestick Chart/Grafik Lilin Grafik  Line Chart  hanya memuat data harga dipenutupan perdagangan yang digambarkan dalam bentuk garis saja. Sementara  Bar Chart  dan  Candlestick Chart  hampir sama dikarenakan memuat data harga pembukaan, harga penutupan, harga tertinggi dan terendah. Hanya saja grafik candlestick lebih mudah dibaca dibandingkan grafik bar. Di samping itu keunggulan lain dari candlestick chart adalah mampu menampilkan psikologi pasar dengan tampilan yang lebih mudah dibaca. Berikut tampilan masing-masing chart menggunakan contoh Indeks S&P500: Line Chart Bar Chart Candlestick Chart Saya priba

Cara Menghitung Beta Saham CAPM

Apa itu CAPM CAPM (Capital Asset Pricing Model) adalah model yang digunakan untuk menentukan tingkat pengembalian(required return) dari suatu aset. Model ini mendapatkan penghargaan nobel  pada tahun 1990 dan pada prakteknya juga sering digunakan untuk menentukan nilai cost of equity. Dari sudut pandang investor, besarnya tingkat pengembalian seharusnya berbanding lurus dengan risiko yang diambil. Untuk memudahkan saya buat ilustrasi yang disederhanakan sebagai berikut: Alex punya uang 100juta, berkeinginan untuk menginvestasikan uangnya pada bisnis warung retail. Pertanyaan yang seringkali dihadapi adalah: Jika Alex memutuskan untuk berinvestasi pada bisnis warung retail, berapa besar tingkat pengembalian yang harus dia dapatkan? Mengingat bahwa jika dia menginvestasikan uangnya, dia dihadapkan dengan risiko bisnis warung retail. Pertimbangan untuk Alex Deposito Investasi Toko/Warung Retail Risiko Minim, relatif nggak ada bagi Alex Bisa bangkrut atau perkembangan bisnis tida

Mengenal Indikator Exponential Moving Average - EMA

Apa itu Exponential Moving Average - EMA? Exponential Moving Average (EMA) adalah jenis moving average (MA) yang menempatkan bobot lebih besar dan signifikansi pada titik data terbaru. Exponential Moving Average juga disebut sebagai Moving Average tertimbang secara eksponensial. Moving Average tertimbang secara eksponensial bereaksi lebih signifikan terhadap perubahan harga saat ini daripada rata-rata bergerak sederhana (SMA), yang menerapkan bobot yang sama untuk semua pengamatan pada periode tersebut. Memahami Indikator EMA EMA adalah Moving Average yang menempatkan bobot lebih besar dan signifikansi pada titik data terbaru. Seperti semua moving average, indikator teknis ini digunakan untuk menghasilkan sinyal beli dan jual berdasarkan crossover dan divergensi dari rata-rata historis. Pedagang sering menggunakan beberapa hari EMA yang berbeda - misalnya rata-rata bergerak 20 hari, 30 hari, 90 hari, dan 200 hari. Formula EMA Tiga langkah dasar untuk menghit