google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Saham TINS | DINAMIKA HARGA TIMAH BAYANGI KINERJA TINS DI KUARTAL III 2019 Langsung ke konten utama

Saham TINS | DINAMIKA HARGA TIMAH BAYANGI KINERJA TINS DI KUARTAL III 2019


IQplus, (04/11) - Memasuki Semester II 2019, kondisi perekonomian global yang diwarnai oleh ketidakpastian akibat perang dagang yang berkelanjutan antara dua negara adidaya Amerika Serikat (AS) dengan Republik Rakyat China (RRC) mempengaruhi permintaan atas komoditas tambang, termasuk logam timah.

Sebagai akibatnya, harga logam timah dunia melemah secara substansial, di mana harga rata.rata logam timah di London Metal Exchange (LME) pada Kuartal III 2019 mencapai $17.165/Metrik Ton, atau sekitar 13% lebih rendah dari harga rata.rata Kuartal II 2019 yang tercatat di LME sebesar $19.770/Metrik Ton dan sekitar 11% lebih rendah harga rata.rata Kuartal III 2018 di LME sebesar $19.327/Metrik Ton.

Menghadapi kondisi pasar logam timah yang menantang tersebut, PT Timah Tbk (TINS) tetap memenuhi komitmennya sebagai produsen timah terkemuka dunia atas permintaan para pelanggan baik di pasar internasional maupun pasar domestik sembari terus memperbaiki seluruh lini mata rantai bisnis dari produksi hingga pemasaran Perusahaan.

M. Riza Pahlevi Tabrani, Direktur Utama TINS menegaskan, koreksi harga logam timah dunia dewasa ini merupakan tantangan utama sekaligus kesempatan yang harus segera direspon dengan menciptakan keunggulan operasional untuk memperbaiki profitabilitas dan memperkuat fundamental Perusahaan di tengah kondisi perekonomian global yang penuh ketidakpastian.

TINS melaporkan produksi logam timah sebesar 58.157 Metrik Ton di periode Sembilan Bula 2019 mencapai 58.157 Metrik Ton, naik 174% secara year.on.year (YoY) dibandingkan pencapaian sebesar 21.264 Metrik Ton di periode Sembilan Bulan 2018.

Dari sisi penjualan, volume penjualan logam timah Perusahaan di periode Sembilan Bulan 2019 tercatat sebesar 50.326 Metrik Ton dibandingkan 20.174 Metrik Ton yang terjual selama periode Sembilan Bulan 2018, atau mengalami kenaikan sebesar 149% YoY.

Kenaikan volume penjualan logam timah yang signifikan tersebut menopang kinerja pendapatan usaha TINS selama periode Sembilan Bulan 2019. Pendapatan konsolidasian TINS selama periode Sembilan Bulan 2019 tumbuh pesat, meningkat sebesar 115% YoY, mencapai sekitar Rp14,6 Triliun atau lebih dari $1 Miliar dibandingkan pencapaian sekitar Rp6,8 Triliun di periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Tantangan beban produksi mempengaruhi Beban Pokok Pendapatan selama periode Sembilan Bulan 2019. Sebagai akibatnya, Perusahaan mencatat Laba Bruto sebesar Rp1,06 Triliun, 2% lebih rendah dibandingkan pencapaian sebesar Rp1,08 Triliun di periode Sembilan Bulan 2018.

Secara keseluruhan, kombinasi dari pelemahan harga logam timah, beban produksi dan beban bunga mempengaruhi kinerja keuangan Perusahaan selama periode Sembilan Bulan 2019. Mulai Kuartal III 2019, untuk merespon dinamika pasar timah dunia, TINS mengambil komitmen untuk secara bertahap mengurangi pasokan ekspor logam timah dunia.

Riza menegaskan, penurunan volume ekspor secara konsisten ini merupakan salah satu jawaban Perusahaan terhadap dinamika harga timah dunia dewasa ini yang tidak memberikan keuntungan optimal kepada produsen yang harus menghadapi resiko operasional pertambangan. (end)

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Mengenal Indikator ADX | Indikator Kekuatan Trend

Perdagangan pada arah tren yang kuat mengurangi risiko dan meningkatkan potensi keuntungan. Average Directional Index (ADX) digunakan untuk menentukan kapan harga sedang tren kuat. Dalam banyak kasus, ini adalah indikator tren utama. Bagaimanapun, tren adalah mungkin teman Anda, tentu menyenangkan untuk mengetahui siapa teman Anda. Pada artikel ini, kita akan membahas tentang ADX sebagai indikator kekuatan tren. Memahami Indikator ADX ADX digunakan untuk mengukur kekuatan tren. Perhitungan ADX didasarkan pada Moving Average dari ekspansi kisaran harga selama periode waktu tertentu. Pengaturan standarnya adalah 14 bar, meskipun periode waktu lain dapat digunakan. ADX dapat digunakan pada kendaraan perdagangan apa saja seperti saham, reksadana, dana yang diperdagangkan di bursa dan futures. ADX diplot sebagai garis tunggal dengan nilai-nilai mulai dari yang rendah dari nol sampai yang tinggi dari 100. ADX adalah non-directional; itu mencatat kekuatan tren apakah harga sedang t...

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) Catat Pendapatan Rp35,64 Miliar Hingga September 2022

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) mencatat pendapatan Rp35,64 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari pendapatan Rp32,97 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Laporan keuangan perseroan Rabu menyebutkan, beban pokok pendapatan naik menjadi Rp13,29 miliar dari Rp11,91 miliar dan laba kotor naik menjadi Rp22,34 miliar dari laba kotor Rp21,06 miliar tahun sebelumnya. Beban usaha naik menjadi Rp7,58 miliar dari Rp6,90 miliar membuat laba operasi naik tipis menjadi Rp14,76 miliar dari laba operasi Rp14,16 miliar tahun sebelumnya. Laba sebelum pajak menjadi Rp13,93 miliar naik dari laba sebelum pajak Rp13,17 miliar dan laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk mencapai Rp13,14 miliar naik dari laba bersih Rp12,24 miliar tahun sebelumnya. Jumlah liabilitas mencapai Rp41,41 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari jumlah liabilitas Rp34,44 miliar hingga periode 31 Desember 2021 dan jumlah aset mencapai Rp394,69 miliar hingga periode 30 Se...