google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Emiten Batubara Ekspansi pada Proyek Gasifikasi Langsung ke konten utama

Emiten Batubara Ekspansi pada Proyek Gasifikasi


Emiten pertambangan batu bara melirik proyek gasifikasi sebagai salah satu strategi ekspansi di sisi hilir. Ekspansi ini dinilai akan menguntungkan emiten dalam jangka panjang.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat setidaknya terdapat empat proyek gasifikasi batu bara yang akan dikembangkan, yaitu oleh PT Kaltim Prima Coal dan PT Arutmin Indonesia yang merupakan dua anak usaha PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), lalu PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), dan entitas usaha PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) yaitu PT Adaro Indonesia.

Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Apollonius Andwie C. mengatakan bahwa perseroan dijadwalkan melakukan penandatanganan kontrak kerja sama terkait proyek gasifikasi bersama dengan Air Product dan Pertamina pada akhir November 2020.

Kerja sama itu akan membangun pabrik gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) yang berlokasi di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Konstruksi proyek ditargetkan mulai pada semester I/2021 dan beroperasi secara komersial pada kuartal II/2024.

Adapun, total investasi proyek itu mencapai US$2,1 miliar yang akan ditanggung sepenuhnya oleh Air Product. Adapun. PTBA menjadi pemasok kebutuhan batu bara dan Pertamina akan bertindak sebagai pembeli produk DME. Dengan demikian, PTBA tidak akan menanggung beban risiko finansial dan konstruksi. 

“Dampak langsung proyek itu ke kinerja perseroan adalah peningkatan penjualan batu bara di mulut tambang sebesar 6 juta ton per tahun dan pemanfaatan batubara kalori rendah yang tidak ekonomis jika dijual di pelabuhan,” ujar Apollo kepada Bisnis, Kamis (26/11/2020).

Selain itu, PTBA pun mengestimasikan lini bisnis penghiliran akan berkontribusi sekitar 30-40 persen terhadap total pendapatan perseroan pada 2024-2025.

Di sisi lain, Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Bumi Resources Dileep Srivastava mengatakan bahwa perseroan akan ikut berkontribusi terhadap proyek gasifikasi batu bara ke methanol melalui anak usahanya PT Kaltim Prima Coal (KPC) yang ditargetkan beroperasi secara komersial antara 2023 atau 2024.

Nantinya, KPC akan bertindak sebagai pemasok batu bara sekitar 6 juta ton per tahun dari proyek kerja sama antara Bakrie Capital Indonesia, Air Products and Chemicals Inc, dan PT Ithaca Resources senilai US$2 miliar.

“Sementara proyek gasifikasi oleh anak usaha Arutmin masih dalam tahap studi yang kemungkinan akan segera masuk ke tahap feasibility dan indicative commissioning proyek sekitar 2025,” ujar Srivastava kepada Bisnis, Kamis (26/11/2020).

Srivastava menjelaskan bahwa Arutmin nantinya kemungkinan juga akan berperan sebagai pemasok batu bara. Kedua proyek itu pun diharapkan dapat meningkatkan kinerja BUMI ke depannya.

Sementara itu, Head of Corporate Communication Division Adaro Energy Febriati Nadira mengaku bahwa perseroan telah melakukan berbagai studi dari sisi teknologi dan menyimpulkan bahwa produksi methanol berbasis gasifikasi batu bara cocok untuk dikembangkan.

“Saat ini, kami tengah mempertimbangkan berbagai aspek antara lain kepastian pasar dari segi volume dan harga,” ujar Febriati kepada Bisnis, Selasa (24/11/2020).

Secara terpisah, Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro Energy Garibaldi Thohir juga sempat mengatakan bahwa ke depan perseroan akan lebih proaktif untuk melakukan inisiatif terkait ekspansi di penghiliran batu bara.

“Teknologinya sudah proven, apakah coal to methanol, coal to DME, atau coal to gas, nanti kami pilah lagi, mana yang sesuai dengan bisnis model kami, dan yang bisa sinergi dengan Adaro, nanti kami akan lakukan,” ujar Garibaldi belum lama ini.

Dia juga mengaku telah melakukan studi dan penjajakan dengan beberapa perusahaan, termasuk pihak asing, yang memiliki teknologi di bidang penghiliran batu bara.

Adapun, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menuturkan bahwa Adaro Indonesia tengah mengembangkan proyek coal to methanol di Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Proyek itu ditargetkan rampung pada 2027 dengan produksi 660.000 ton methanol per tahun dan akan menyerap 1,3 juta ton batu bara per tahun.

"Status saat ini finalisasi kajian," ujar Arifin dalam rapat kerja dengan Komisi VII, Senin (23/11/2020).


Semakin Ramai


Selain itu, Arifin juga mengatakan terdapat proyek underground coal gasification yang dikerjakan oleh PT Kideco Jaya Agung, anak usaha PT Indika Energy Tbk. (INDY) di Kalimantan Timur.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu mengatakan bahwa bisnis penghiliran tentunya akan menjadi nilai tambah yang baik bagi produsen batu bara dan sebagai alternatif penyaluran pasokan batu bara.

“Terlebih dengan potensi insentif dari Pemerintah, maka dalam jangka panjang kami melihat akan lebih banyak lagi produsen yang masuk ke proyek gasifikasi atau downstream lain,” ujar Dessy kepada Bisnis, Kamis (26/11/2020). 

Untuk diketahui, dalam Omnibus Law Undang- Undang Cipta Kerja yang belum lama ini disahkan, terdapat aturan pengenaan royalti sebesar 0 persen bagi pelaku usaha yang melakukan peningkatan nilai tambah batu bara.

Adapun, Dessy memilih PTBA sebagai top picks saham pertambangan dengan target price di Rp2.570.

Di lantai bursa, saham pertambangan pun tengah menguat tajam dalam sepekan ini. Pada penutupan perdagangan Kamis (26/11/2020) BUMI parkir di level Rp76, naik 5,56 persen, sedangkan dalam sepekan terakhir saham naik 52 persen.

ADRO juga menguat 4,62 persen dan parkir di level Rp1.360 pada penutupan perdagangan kali ini. Dalam sepekan terakhir saham naik 9,68 persen. Tidak kalah, PTBA juga 3,51 persen dan berlabuh di level Rp2.360. Sepanjang pekan ini saham telah menguat 5,83 persen.


Sumber: BISNIS

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Menggunakan Elliott Wave

Mengenal Elliott Wave Teori Elliott Wave dikembangkan oleh R.N. Elliott dan dipopulerkan oleh Robert Prechter . Teori ini menegaskan bahwa perilaku orang banyak surut dan mengalir dalam tren yang jelas. Berdasarkan pasang surut ini, Elliott mengidentifikasi struktur tertentu untuk pergerakan harga di pasar keuangan. Artikel ini adalah sebuah pengantar dasar untuk teori Elliott Wave. Suatu urutan dasar impuls 5-gelombang dan urutan korektif 3-gelombang dijelaskan. Saat teori Elliott Wave menjadi jauh lebih rumit daripada kombinasi 5-3 ini, artikel ini hanya akan fokus pada dasar-dasarnya. RN Elliott Derajat Gelombang dalam Elliott Wave elliott wave degree Konvensi pelabelan yang ditunjukkan di atas adalah yang ditunjukkan dalam buku Elliott Wave. Dalam Elliott-speak, konvensi pelabelan ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat atau tingkat gelombang, yang mewakili ukuran tren yang mendasarinya. Angka Romawi huruf besar mewakili gelombang derajat besar, angka sederha...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Mengenal Indikator Saham OBV | On-Balance Volume

Apa itu On-Balance Volume (OBV)? On-balance volume (OBV) adalah indikator momentum perdagangan teknis yang menggunakan aliran volume untuk memprediksi perubahan harga saham. Joseph Granville pertama kali mengembangkan metrik OBV dalam buku 1963, "Granville's New Key to Stock Market Profits." Granville percaya bahwa volume adalah kekuatan utama di balik pasar dan dirancang OBV untuk diproyeksikan ketika gerakan besar di pasar akan terjadi berdasarkan perubahan volume. Dalam bukunya, ia menggambarkan prediksi yang dihasilkan oleh OBV sebagai "a spring being wound tightly." Dia percaya bahwa ketika volume meningkat tajam tanpa perubahan signifikan dalam harga saham, harga akhirnya akan melonjak ke atas atau jatuh ke bawah. indikator obv saham Intisari Penggunaan Indikator OBV On-balance volume (OBV) adalah indikator teknis momentum, menggunakan perubahan volume untuk membuat prediksi harga. OBV menunjukkan sentimen kerumunan yang dapat mempredi...