google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Saham BEST | Penjualan Lahan Masih Lesu, Ini Rekomendasinya! Langsung ke konten utama

Saham BEST | Penjualan Lahan Masih Lesu, Ini Rekomendasinya!

Kinerja PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk kurang mumpuni di semester pertama lalu. Ini membuat emiten ini kembali fokus pada penjualan lahan.

Namun para analis pesimistis, perusahaan dengan kode emiten BEST tersebut dapat merealisasikan penjualan yang ditargetkan sebesar 40 hektare tahun ini. Asal tahu saja, di semester pertama lalu, anggota indeks Kompas100 ini belum berhasil menjual 50% dari target tersebut.

Selain penjualan lahan belum terpenuhi, kinerja BEST pun kurang mumpuni. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan ini, pendapatan BEST di semester pertama lalu melemah 7,61% jadi Rp 371,05 miliar. Hal tersebut membuat laba bersih BEST melemah 16,54% dari Rp 137,18 miliar jadi Rp 114,49 miliar di akhir Juni lalu.

Analis RHB Research Christopher Andre menyebut, walau sudah berusaha mengerek penjualan lahan, ternyata hasilnya belum terlihat. Bahkan, berdasarkan laporan terakhir, di semester kedua ini belum ada penjualan lahan yang dilakukan BEST.

Walaupun belum mencapai target penjualan lahan di tahun ini, Andre tetap optimistis lantaran fundamental BEST masih cukup baik. Hal itu tampak dari tersedianya lahan yang siap dijual, balancing sheet yang kuat serta utang yang tak cukup banyak.

Ia menilai, BEST kesulitan menjual lahan karena harga lahan yang dimiliki perusahaan ini lebih tinggi ketimbang kawasan industri lain. Seperti contoh, di kawasan industri MM2100, harga lahan dibanderol Rp 3 juta hingga Rp 3,4 juta per meter persegi.

Rajin ekspansi

Walaupun mahal, BEST diuntungkan dengan lokasi kawasan yang berada dekat ibukota. "Bagi orang yang ingin masuk, mungkin harganya lebih mahal. Tapi sebenarnya didukung oleh lokasi yang lebih bagus dibanding kawasan lainnya," jelas Andre.

Analis Jasa Utama Capital Chris Apriliony juga pesimistis BEST bisa memenuhi target penjualan sampai dengan akhir tahun ini. Terlebih belum ada tanda BEST menjual lahannya.

Alhasil, kinerja BEST cenderung stagnan. "Jika dibandingkan, ada kabar lahan milik PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) dan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) akan dibeli perusahan besar seperti Amazon dan perusahaan mobil listrik, sedang BEST masih stagnan," ujar Chris.

Kondisi pasar properti dalam negeri yang masih lesu memang menjadi penghambat kinerja BEST. Nah, untuk mengerek penjualan, BEST perlu menawarkan lahannya pada perusahaan besar di luar negeri yang bergerak di sektor yang tengah berkembang.

BEST juga bisa mengincar perusahaan yang menambah investasi dalam negeri. "Industri mobil listrik serta industri pengiriman barang sedang meningkat, BEST bisa menawarkan lahannya ke industri tersebut," jelas Chris.

Andre melihat, BEST perlu agresif dalam melakukan pemasaran agar kinerja lebih mumpuni. "Perlu lebih agresif lagi dalam jualan tanah karena keuangannya sudah sehat," lanjut dia.

Analis Maybank Kim-Eng Aurellia Setiabudi, dalam risetnya menuturkan, walau penjualan lahan kurang mumpuni, tetapi perusahaan ini tengah melakukan ekspansi ke daerah Jawa Tengah atau Jawa Barat.

Rencananya, ekspansi ini bisa terealisasi di semester kedua tahun ini. "Tambahan lahan ini akan membantu diversifikasi portofolio, yang bisa menarik industri padat karya dan dapat meningkatkan RNAV sebesar 20%," tulis Aurellia.

Karena itu, Aurellia masih merekomendasikan beli saham BEST dengan target harga Rp 400 per saham. Chris juga menyarankan beli saham BEST dengan target harga yang sama. Setali tiga uang, Analis BCA Sekuritas Indra Taurean juga menyarankan beli BEST dengan target harga Rp 290 per saham.

Sumber:
https://insight.kontan.co.id/news/penjualan-lahan-masih-lesu-ini-rekomendasi-saham-bekasi-fajar-best?page=2

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Menggunakan Elliott Wave

Mengenal Elliott Wave Teori Elliott Wave dikembangkan oleh R.N. Elliott dan dipopulerkan oleh Robert Prechter . Teori ini menegaskan bahwa perilaku orang banyak surut dan mengalir dalam tren yang jelas. Berdasarkan pasang surut ini, Elliott mengidentifikasi struktur tertentu untuk pergerakan harga di pasar keuangan. Artikel ini adalah sebuah pengantar dasar untuk teori Elliott Wave. Suatu urutan dasar impuls 5-gelombang dan urutan korektif 3-gelombang dijelaskan. Saat teori Elliott Wave menjadi jauh lebih rumit daripada kombinasi 5-3 ini, artikel ini hanya akan fokus pada dasar-dasarnya. RN Elliott Derajat Gelombang dalam Elliott Wave elliott wave degree Konvensi pelabelan yang ditunjukkan di atas adalah yang ditunjukkan dalam buku Elliott Wave. Dalam Elliott-speak, konvensi pelabelan ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat atau tingkat gelombang, yang mewakili ukuran tren yang mendasarinya. Angka Romawi huruf besar mewakili gelombang derajat besar, angka sederha...

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Mengenal Indikator Saham OBV | On-Balance Volume

Apa itu On-Balance Volume (OBV)? On-balance volume (OBV) adalah indikator momentum perdagangan teknis yang menggunakan aliran volume untuk memprediksi perubahan harga saham. Joseph Granville pertama kali mengembangkan metrik OBV dalam buku 1963, "Granville's New Key to Stock Market Profits." Granville percaya bahwa volume adalah kekuatan utama di balik pasar dan dirancang OBV untuk diproyeksikan ketika gerakan besar di pasar akan terjadi berdasarkan perubahan volume. Dalam bukunya, ia menggambarkan prediksi yang dihasilkan oleh OBV sebagai "a spring being wound tightly." Dia percaya bahwa ketika volume meningkat tajam tanpa perubahan signifikan dalam harga saham, harga akhirnya akan melonjak ke atas atau jatuh ke bawah. indikator obv saham Intisari Penggunaan Indikator OBV On-balance volume (OBV) adalah indikator teknis momentum, menggunakan perubahan volume untuk membuat prediksi harga. OBV menunjukkan sentimen kerumunan yang dapat mempredi...