google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Daftar Investasi yang Bisa Dilakukan Pada Masa Krisis Langsung ke konten utama

Daftar Investasi yang Bisa Dilakukan Pada Masa Krisis


Sekalipun krisis melanda, masih ada peluang yang tercipta dan bisa diraih. Ekonomi yang tengah dalam masa krisis memang membuat banyak orang lemah secara finansial. Ekonomi menjadi lesu karena daya beli masyarakat turun dan buntutnya banyak bisnis yang harus tutup. Ancaman PHK pun membayangi orang-orang yang berstatus sebagai karyawan. Namun, haruskah bersikap pesimis menghadapi masa krisis?

Pernah Indonesia diguncang krisis hebat pada tahun 1998. Krisis waktu itu benar-benar tidak hanya menimbulkan ketidakstabilan ekonomi, tetapi juga politik. Nilai Rupiah tidak ada artinya di hadapan Dolar. Angka pengangguran membengkak akibat banyak orang yang di-PHK. Banyak perusahaan dan bank yang kolaps. Gairah orang-orang untuk melakukan aktivitas ekonomi nyaris padam saat itu.

Situasi tersebut lantas jangan diartikan kecilnya harapan untuk pulih kembali. Nyatanya, sejak 1998 dan bergulirnya era Reformasi, perbaikan secara bertahap dari waktu ke waktu terus menunjukkan perkembangan yang positif. Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi hingga lebih dari 5% dan roda perekonomian terus bergerak walaupun sesekali melamban.

Inilah Empat Pilihan Investasi Pada Masa Krisis

Bangkitnya Indonesia dari keterpurukan terlihat dari naiknya angka kelas menengah Indonesia. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang tidak takut untuk tetap melakukan investasi. Bahkan, saat kondisi ekonomi sedang tidak baik. Mereka yakin bahwa saat kondisi ekonomi kembali membaik, tidak hanya ekonomi yang akan pulih, tetapi semua bidang lain juga akan pulih.


Sebenarnya investasi apa yang dilakukan orang-orang tersebut pada masa krisis? Berikut ini empat jenis investasi yang bisa dilakukan pada masa krisis.


1. Investasi Dolar

Kurs atau nilai tukar Rupiah terhadap Dolar cenderung berubah-ubah. Kadang angkanya menguat terhadap Dolar, kadang melemah di hadapan Dolar. Menjadi tugas Bank Indonesia (BI) dan peran serta Pemerintah untuk tetap menjaga agar ketidakstabilan kurs tidak membahayakan. Hingga hari ini kurs Rupiah masih bisa dijaga pergerakannya.

Jika melihat pergerakan kurs pada tahun-tahun sebelumnya, nilai tukar Rupiah berada di sekitar Rp9.000-lebih dari Rp11.000 per Dolar. Sebelum krisis 1998, nilai tukar Rupiah pernah sekitar Rp2.000-an. Pas krisis terjadi, nilai Dolar melambung tinggi mencapai harga Rp13.000 per Dolar. Nilai tukar sekitar Rp13.000-an terjadi kembali pada tahun 2015, yang sebelumnya sekitar Rp12.000-an.

Naik turunnya nilai tukar jadi keuntungan bagi yang menyimpan uangnya dalam bentuk Dolar sebagai pilihan investasi. Bisa dibayangkan bukan berapa Rupiah yang didapat bila Anda membeli Dolar sebelum krisis dan menjualnya setelah krisis. Sebagai contoh, Anda membeli Dolar pada tahun 2012 dengan kurs sekitar Rp9.718 per Dolar. Kemudian diberitakan pada 2014, Rupiah melemah dengan nilai tukar mendekati Rp14.000. Kalau Anda menukarkan Dolar Anda pada 2014, Anda akan mendapatkan laba sekitar Rp4.282 untuk setiap Dolar (yang dibeli Rp9.718 per Dolar).

Ada beberapa faktor yang memengaruhi naik turunnya kurs Rupiah, baik dari luar maupun dalam negeri. Bila ditinjau dari faktor luar, menguatnya ekonomi Amerika Serikat dan kenaikan suku bunga acuan The Fed berdampak negatif terhadap Rupiah. Sementara ditinjau dari faktor dalam negeri, kebijakan yang diambil Pemerintah dan Bank Indonesia berdampak langsung terhadap kurs Rupiah.

Nah, bila Anda berniat berinvestasi Dolar, mulailah rajin memperbarui informasi soal ekonomi dalam negeri dan dunia. Dapatkan informasi terbaru mengenai kurs setiap harinya. Anda bisa memanfaatkan media online untuk terus mendapat informasi. Jangan sampai Anda rugi karena tidak tepat dalam membuat keputusan. Sebab setiap pergerakan Rupiah perlu dicermati dan dianalisis lebih jauh.


2. Investasi Emas

Emas juga menjadi pilihan investasi yang diambil pada masa krisis. Bila melihat data perkembangan emas 15 tahun terakhir di Indonesia, setiap tahunnya terjadi peningkatan harga emas. Pada 2000, harga emas per gram di Indonesia sekitar Rp72.000. Lima tahun kemudian, tepatnya tahun 2005, harganya telah mencapai Rp118.000. Pada 2010, harganya berubah lagi menjadi Rp500.000.

Melihat kenaikan harga tersebut, emas setidaknya lebih baik sebagai investasi ketimbang tabungan. Sebab nilai emas tidak tergerus inflasi. Sementara uang yang disimpan dalam bentuk tabungan akan susut nilainya oleh inflasi. Walaupun demikian, investasi emas bukanlah investasi yang menguntungkan dalam waktu singkat. Cukup lama untuk merasakan keuntungan dari kenaikan emas.

Naik turunnya harga emas dipengaruhi sejumlah faktor. Pertama, nilai tukar/kurs, bila nilai Dolar menguat terhadap Rupiah, harga emas cenderung turun. Sebaliknya, bila melemah, harga emas akan naik. Kedua, produksi emas di dunia, bila permintaan banyak, tetapi produksi sedikit, harga emas akan naik. Ketiga, meningkatnya permintaan industri perhiasan akan berdampak pada kenaikan harga emas. Keempat, penyimpanan emas dalam jumlah besar oleh bank sentral dunia. Kelima, persoalan politik.

Dari faktor-faktor di atas, salah satu yang memengaruhi harga emas ialah nilai tukar/kurs. Saat krisis, ciri yang paling jelas tampak adalah melemahnya Rupiah terhadap Dolar secara signifikan. Menguatnya Dolar membuat harga emas turun. Situasi ini jadi kesempatan untuk membeli emas sebagai investasi. Nantinya begitu kondisi stabil seiring perbaikan ekonomi, dengan sendirinya harga emas akan naik.

Tertarik untuk berinvestasi emas? Selain memerhatikan faktor-faktor yang disebutkan tadi, Anda juga harus terus memantau pergerakan harga emas. Anda bisa mengetahui harga emas dari hari ke hari lewat media cetak ataupun media online.


3. Investasi Saham

Saham merupakan salah satu investasi yang paling bereaksi terhadap kondisi ekonomi di dunia dan dalam negeri. Saat terjadi krisis ekonomi, biasanya harga sahamlah yang paling pertama turun. Di sisi lain, saat ekonomi pulih, harga saham pulalah yang akan pertama kali mengalami kenaikan.

Reaksi seperti itulah yang membuat investasi saham dikategorikan sebagai jenis investasi yang berisiko tinggi. Harga saham yang selalu bertengger di atas bisa jatuh seketika bila krisis melanda. Investor yang lengah dalam mencermati situasi akan menderita kerugian karena harga jual saham lebih rendah dari harga waktu mereka beli dulu.

Bagi Anda yang ingin berinvestasi saham, masa krisis sebenarnya menjadi waktu yang tepat untuk memulainya. Lakukan pembelian saham dengan terlebih dahulu menganalisisnya secara fundamental dan teknikal. Dengan begitu, saham yang diproyeksikan akan menguntungkan pasca krisis bisa Anda temukan.


4. Investasi Reksa Dana

Apabila Anda kesulitan mengatur waktu untuk mempelajari cara berinvestasi, reksa dana bisa menjadi pilihan lain investasi pada masa krisis. Anda tidak perlu membuang waktu untuk berlama-lama memantau dinamika yang terjadi di pasar keuangan. Sebab seluruh dana yang Anda investasikan dikelola sebaik mungkin oleh manajer investasi. Anda sebagai investor hanya tinggal menerima laporan dari manajer investasi.

Reksa dana yang beredar di Indonesia terbagi menjadi empat pilihan, yaitu reksa dana pasar uang, pedapatan tetap, saham, dan campuran. Anda tinggal memilih mana yang cocok dengan tujuan keuangan. Mau yang jangka pendek, pilihlah reksa dana pasar uang. Ingin yang keuntungannya besar, pilihlah reksa dana saham.

Cermati dan Pilih Sesuai Kemampuan Keuangan

Masa krisis membuat kondisi ekonomi dan finansial menjadi lesu. Namun, bukan berarti Anda juga menjadi lesu dalam melakukan apa pun, termasuk dalam melakukan investasi. Peluang atau kesempatan tetap ada sekalipun sedang dalam masa krisis. Manfaatkan peluang investasi yang memungkinkan Anda lakukan. Kalau harga emas turun, belilah emas untuk investasi. Cermati dan pilih investasi dengan melihat kemampuan keuangan.


sumber : cermati

Lebih lengkapnya silahkan klik : Saham Online

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Membaca Grafik Saham di Bursa Efek

grafik candlestick saham Pergerakan harga instrumen finansial baik saham maupun forex biasanya digambarkan dalam bentuk grafik. Grafik ini memudahkan trader untuk mengetahui pola-pola pergerakan harga yang terjadi sebelumnya. Ada beberapa jenis grafik yang biasa dipakai di pasar finansial yaitu: Line Chart/Grafik Garis Bar Chart/Grafik Batang Candlestick Chart/Grafik Lilin Grafik  Line Chart  hanya memuat data harga dipenutupan perdagangan yang digambarkan dalam bentuk garis saja. Sementara  Bar Chart  dan  Candlestick Chart  hampir sama dikarenakan memuat data harga pembukaan, harga penutupan, harga tertinggi dan terendah. Hanya saja grafik candlestick lebih mudah dibaca dibandingkan grafik bar. Di samping itu keunggulan lain dari candlestick chart adalah mampu menampilkan psikologi pasar dengan tampilan yang lebih mudah dibaca. Berikut tampilan masing-masing chart menggunakan contoh Indeks S&P500: Line Chart Bar Chart Candlestick Chart Saya priba

Cara Menghitung Beta Saham CAPM

Apa itu CAPM CAPM (Capital Asset Pricing Model) adalah model yang digunakan untuk menentukan tingkat pengembalian(required return) dari suatu aset. Model ini mendapatkan penghargaan nobel  pada tahun 1990 dan pada prakteknya juga sering digunakan untuk menentukan nilai cost of equity. Dari sudut pandang investor, besarnya tingkat pengembalian seharusnya berbanding lurus dengan risiko yang diambil. Untuk memudahkan saya buat ilustrasi yang disederhanakan sebagai berikut: Alex punya uang 100juta, berkeinginan untuk menginvestasikan uangnya pada bisnis warung retail. Pertanyaan yang seringkali dihadapi adalah: Jika Alex memutuskan untuk berinvestasi pada bisnis warung retail, berapa besar tingkat pengembalian yang harus dia dapatkan? Mengingat bahwa jika dia menginvestasikan uangnya, dia dihadapkan dengan risiko bisnis warung retail. Pertimbangan untuk Alex Deposito Investasi Toko/Warung Retail Risiko Minim, relatif nggak ada bagi Alex Bisa bangkrut atau perkembangan bisnis tida

Mengenal Indikator Exponential Moving Average - EMA

Apa itu Exponential Moving Average - EMA? Exponential Moving Average (EMA) adalah jenis moving average (MA) yang menempatkan bobot lebih besar dan signifikansi pada titik data terbaru. Exponential Moving Average juga disebut sebagai Moving Average tertimbang secara eksponensial. Moving Average tertimbang secara eksponensial bereaksi lebih signifikan terhadap perubahan harga saat ini daripada rata-rata bergerak sederhana (SMA), yang menerapkan bobot yang sama untuk semua pengamatan pada periode tersebut. Memahami Indikator EMA EMA adalah Moving Average yang menempatkan bobot lebih besar dan signifikansi pada titik data terbaru. Seperti semua moving average, indikator teknis ini digunakan untuk menghasilkan sinyal beli dan jual berdasarkan crossover dan divergensi dari rata-rata historis. Pedagang sering menggunakan beberapa hari EMA yang berbeda - misalnya rata-rata bergerak 20 hari, 30 hari, 90 hari, dan 200 hari. Formula EMA Tiga langkah dasar untuk menghit