google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Cara Berinvestasi Saham Untuk Pemula Langsung ke konten utama

Cara Berinvestasi Saham Untuk Pemula


Investor pemula atau mereka yang baru mau terjun ke investasi saham, wajib tahu soal cara berinvestasi saham yang aman. Hal itu bertujuan agar investasi yang tinggi risiko ini bisa menghasilkan cuan alias keuntungan di masa depan.

Bukan apa-apa, tanpa pemahaman yang matang, investasi yang satu ini bisa membuatmu buntung.

Saham disebut tinggi risiko karena di satu sisi, investor bisa mengalami kerugian berbentuk capital loss. Tapi di sisi lain, investor juga bisa meraup keuntungan hingga 20 persen atau lebih selama satu tahun berkat saham.

Wuih, kalau keuntungan berinvestasi saham 20 persen, makin tergoda gak buat investasi saham?

Buat kamu yang tertarik mencoba, yuk pahami dulu cara berinvestasi saham yang aman buat pemula. Dijamin deh, kamu bakal untung dalam waktu cepat dan ini juga merupakan metode belajar saham yang baik tentunya.

1. Pilih sekuritas dengan biaya transaksi kecil


Sebelum kita membahas seputar cara berinvestasi saham secara mendalam, ketahui dulu bahwa perusahaan sekuritas atau broker saham itu banyak. Biaya transaksi yang dikenakan kepada para investor pun berbeda-beda antara satu sekuritas dengan sekuritas lainnya.

Tunggu deh, biaya transaksi itu maksudnya apa ya?

Dalam investasi saham, kita diharuskan membuka rekening efek (rekening dana nasabah) yang difasilitasi oleh perusahaan-perusahaan sekuritas ini.

Setelah rekening itu jadi, kita harus top-up uang kita ke rekening efek. Uang di rekening efek itulah yang nantinya berfungsi layaknya e-money. Dengan uang itulah kamu bisa membeli saham-saham yang kamu inginkan secara online.

Nah, “biaya transaksi” yang dimaksud adalah biaya pembelian dan penjualan saham. Biaya ini bakal jadi sumber pendapatan perusahaan broker yang bersangkutan.

Sebut saja, ada sekuritas yang menerapkan biaya 0,19 persen untuk pembelian dan 0,29 persen untuk penjualan. Ada juga yang 0,15 persen pembelian dan 0,20 penjualan, dan lain sebagainya.

Jika biayanya makin kecil, maka investor juga makin diuntungkan bukan? Tapi bukan berarti yang biayanya besar gak layak dipilih. Bisa jadi pelayanan mereka terhadap nasabah justru lebih oke dan aplikasinya juga bagus.

Setelah sudah tahu mana sekuritas yang kamu tuju, tinggal siapkan dokumen-dokumen terkait untuk membuka rekening deh.

2. Jangan pelit tapi jangan kebablasan juga


Setelah rekening efekmu sudah jadi dan aplikasi tradingnya sudah tersedia di laptop, tentu tugas selanjutnya adalah top up atau transfer dana ke rekening efek tersebut.

Terkadang, gak sedikit dari kita yang masih ragu atau takut kehilangan duit di investasi ini. Tenang saja, kamu bisa memulai investasi saham dengan bujet Rp 5 ribuan lho? Sebab, ada banyak saham yang harganya cuma Rp 50 perak per lembar.

Nah, dalam transaksi saham, kita mengenal satuan lot, di mana satu lot terdiri dari 100 lembar saham. Jika harga per lembarnya hanya Rp 50, maka harga satu lotnya tinggal dikalikan 100 saja, alias menjadi Rp 5.000.

Tapi apa iya dengan bujet receh kamu bisa untung hingga jadi crazy rich? Tentu saja tidak, semua yang menghasilkan keuntungan pasti ada risikonya, kerja di perusahaan juga ada risikonya kan.

Oleh karena itu, pilihlah nominal yang kiranya bakal membuatmu gembira ketika untung 1 persen. Namun, pastikan jangan gunakan seluruh uangmu.

Aplikasikan saja cara berinvestasi saham yang bijak dengan menggunakan 10 persen dari total uang kas di rekeningmu. Dengan catatan, itu bukan berasal dari dana darurat. Setiap bulan, lakukan top up dana 10 persen dari penghasilan bulanan untuk membeli saham.

Dengan menaruh uang berjumlah besar, cuannya pasti besar juga. Tapi ketika harga sahamnya lagi turun, maka kerugian yang kamu alami juga besar.

Mau gimana juga, tingkat kesabaran investor pemula tentu gak sebaik investor kelas kakap. Mengalami kerugian dalam investasi saham itu wajar, tapi jangan lantas kerugian itu membuatmu miskin di kemudian hari.

3. Pilih saham di indeks LQ45 atau IDX30


Indeks saham yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia sejatinya adalah ukuran statistik perubahan gerak harga dari kumpulan saham, yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu.

Nah, tepat pada April 2019, indeks saham di BEI jumlahnya ada 22. Biar gak bingung, pilih saja saham-saham yang tergabung di indeks LQ45 atau IDX30.

Saham-saham di indeks tersebut memiliki likuiditas yang sangat tinggi. Selain itu fundamental perusahaannya juga dinilai baik. Saham-saham yang masuk ke dalam indeks-indeks tersebut pun sering disebut dengan istilah blue chip.

Tentunya, memilih saham di kedua indeks ini bisa jadi cara berinvestasi saham yang paling aman bukan? Daripada pusing mendengarkan masukan sana-sini, mending kenalan dulu deh sama deretan saham di dua indeks ini.

4. Beli saham perbankan atau consumer goods


Setelah familiar dengan saham-saham yang ada di indeks IDX30 atau LQ45, maka ini adalah saat yang tepat untuk membeli saham perbankan atau consumer goods.

Lho kenapa dua perusahaan itu? Emangnya keuntungan berinvestasi saham kita bakal makin besar jika beli perusahaan ini di awal?

Bukan begitu maksudnya. Menjadikan saham perbankan dan perusahaan besar di bidang consumer goods sebagai saham pertama, tentu bisa jadi cara berinvestasi saham yang paling bijak untuk pemula. Mengapa?

Karena perusahaan ini merupakan perusahaan dengan bisnis yang sederhana. Selain itu produk-produk mereka juga digunakan masyarakat, otomatis dalam setahun mereka selalu mencetak laba yang signifikan.

Masuk akal dong analisanya? Walaupun ketika kamu beli, harga saham mereka turun, percaya deh dalam hitungan waktu yang tidak terlalu lama pasti akan normal lagi atau malah untung. Kecuali jika tiba-tiba Indonesia mengalami krisis ekonomi.

5. Kalau rugi, lakukan average down


Udah beli saham, eh tiba-tiba hari kedua kok malah anjlok. Kabarnya “asing” menjual saham yang saya beli. Gimana dong, kalau dibiarin nanti duit saya habis.

Tenang, gak usah panik. Namanya juga berinvestasi saham, kerugian itu pasti ada. Kuncinya cuma satu yaitu sabar. Sebab, harga saham yang kamu beli pasti akan naik lagi kok selama itu adalah saham blue chip.

Ketika di portfoliomu kamu melihat ada kerugian 2 persen di satu saham, beli saja saham yang harganya lagi turun. Cara berinvestasi saham yang satu ini dikenal dengan istilah average down, apa maksudnya?

Average down adalah strategi investasi dengan melakukan pembelian secara bertahap pas harga di pasar sedang mengalami penurunan. Cara berinvestasi saham ini akan membuat nilai investasimu gak akan ikutan terjun bebas, justru malah ngikutin kondisi pasar. Ajaibnya, apabila kondisi pasar udah mulai pulih, return yang kamu miliki bakal meningkat.

6.  Tips berinvestasi saham jangka panjang dan jangka pendek


Nah kita sudah sampai di akhir pembahasan. Tapi yang di akhir ini justru yang paling penting dari yang lain.

Intinya, poin bahasan ini tentu jadi poin terpenting karena MoneySmart bakal mencoba untuk membentuk mindset cara berinvestasi saham yang ideal buat kamu. Di sini, kamu pun bisa menemukan karakter investor saham seperti apa yang pas buat dirimu.

a. Cara berinvestasi saham jangka panjang

Gimana sih cara berinvestasi saham buat jangka panjang? Sejatinya poin ketiga, empat, dan lima, adalah cara berinvestasi saham untuk jangka waktu panjang alias investasi.

Intinya, tiap bulan kamu top up saja sahamnya sesuai bujet. Terlepas dari apakah harganya lagi naik atau turun, yang penting kapitalnya besar. Tapi kalau turunnya drastis ya tentu saja enak untuk diborong.

Asal kamu tahu, sejak pertama kali melakukan IPO (tahun 2000), kenaikan harga saham BCA mencapai 14 ribu persen! Gokil gak? Dulu harga saham itu cuma Rp 500 perak, lha sekarang udah Rp 27 ribuan.

Bayangin saja orang yang dulu cuma investasi Rp 500 ribu di tahun 2000 dengan beli saham BCA, untung Rp 70 jutaan dalam lebih dari 10 tahun. Kuncinya cuma satu yaitu sabar, dan gak buru-buru jual sahamnya.

Bicara soal investasi jangka panjang, sejatinya kapan sih sebuah investasi itu dinyatakan jangka panjang? Satu tahun, dua tahun, atau lebih dari 10 tahun seperti di atas?

Menurut MoneySmart, tiga tahun sejatinya sudah tergolong jangka panjang. Mengapa? Karena sekarang dunia sudah memasuki era digitalisasi dan keterbukaan informasi, berita-berita online yang muncul secepat kilat tentunya bisa mempengaruhi sentimen yang muncul di pasar modal.

b. Cara berinvestasi saham jangka pendek

Nah kalau yang ini memang agak berisiko, dan pastinya lebih melelahkan. Mengapa demikian? Karena seorang investor jangka pendek harus tahu batas rendah harga saham yang ingin dia incar. Oleh karena itu, selain memantau informasi seputar industri di portal berita, dia juga harus mencermati tren fluktuasi harga saham yang dia incar.

Metode ini kerap disebut dengan istilah trading saham. Bukan investasi.

Dengan membeli saham di harga terendah, maka besar kemungkinan dalam jangka waktu pendek dia bisa mengeruk keuntungan di atas 5 persen. Setelah itu, mereka harus menjualnya cepat-cepat sebelum harganya turun lagi.

Ada juga yang melakukan profit taking alias menjual sahamnya ketika sudah untung 1 atau 2 persen saja. Akan tetapi, untung dengan persentase segitu saja sudah ‘berasa’, karena mereka menggunakan modal yang sangat besar.

Cara berinvestasi saham yang satu ini memang kurang tepat bagi investor pemula. Tapi kalau mau coba-coba silahkan saja, asal jangan beli perusahaan dengan fundamental yang gak jelas. Misalnya saja perusahaan yang selama beberapa tahun terakhir selalu mencatatkan kerugian besar.

Itulah serba serbi seputar berinvestasi saham yang pas buat pemula. Kira-kira udah tertarik belum untuk berinvestasi di sektor tinggi risiko ini? Selamat mencoba, semoga cuan terus. 

Referensi : 

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Membaca Grafik Saham di Bursa Efek

grafik candlestick saham Pergerakan harga instrumen finansial baik saham maupun forex biasanya digambarkan dalam bentuk grafik. Grafik ini memudahkan trader untuk mengetahui pola-pola pergerakan harga yang terjadi sebelumnya. Ada beberapa jenis grafik yang biasa dipakai di pasar finansial yaitu: Line Chart/Grafik Garis Bar Chart/Grafik Batang Candlestick Chart/Grafik Lilin Grafik  Line Chart  hanya memuat data harga dipenutupan perdagangan yang digambarkan dalam bentuk garis saja. Sementara  Bar Chart  dan  Candlestick Chart  hampir sama dikarenakan memuat data harga pembukaan, harga penutupan, harga tertinggi dan terendah. Hanya saja grafik candlestick lebih mudah dibaca dibandingkan grafik bar. Di samping itu keunggulan lain dari candlestick chart adalah mampu menampilkan psikologi pasar dengan tampilan yang lebih mudah dibaca. Berikut tampilan masing-masing chart menggunakan contoh Indeks S&P500: Line Chart Bar Chart Candlestick Chart Saya priba

Cara Menghitung Beta Saham CAPM

Apa itu CAPM CAPM (Capital Asset Pricing Model) adalah model yang digunakan untuk menentukan tingkat pengembalian(required return) dari suatu aset. Model ini mendapatkan penghargaan nobel  pada tahun 1990 dan pada prakteknya juga sering digunakan untuk menentukan nilai cost of equity. Dari sudut pandang investor, besarnya tingkat pengembalian seharusnya berbanding lurus dengan risiko yang diambil. Untuk memudahkan saya buat ilustrasi yang disederhanakan sebagai berikut: Alex punya uang 100juta, berkeinginan untuk menginvestasikan uangnya pada bisnis warung retail. Pertanyaan yang seringkali dihadapi adalah: Jika Alex memutuskan untuk berinvestasi pada bisnis warung retail, berapa besar tingkat pengembalian yang harus dia dapatkan? Mengingat bahwa jika dia menginvestasikan uangnya, dia dihadapkan dengan risiko bisnis warung retail. Pertimbangan untuk Alex Deposito Investasi Toko/Warung Retail Risiko Minim, relatif nggak ada bagi Alex Bisa bangkrut atau perkembangan bisnis tida

Mengenal Indikator Exponential Moving Average - EMA

Apa itu Exponential Moving Average - EMA? Exponential Moving Average (EMA) adalah jenis moving average (MA) yang menempatkan bobot lebih besar dan signifikansi pada titik data terbaru. Exponential Moving Average juga disebut sebagai Moving Average tertimbang secara eksponensial. Moving Average tertimbang secara eksponensial bereaksi lebih signifikan terhadap perubahan harga saat ini daripada rata-rata bergerak sederhana (SMA), yang menerapkan bobot yang sama untuk semua pengamatan pada periode tersebut. Memahami Indikator EMA EMA adalah Moving Average yang menempatkan bobot lebih besar dan signifikansi pada titik data terbaru. Seperti semua moving average, indikator teknis ini digunakan untuk menghasilkan sinyal beli dan jual berdasarkan crossover dan divergensi dari rata-rata historis. Pedagang sering menggunakan beberapa hari EMA yang berbeda - misalnya rata-rata bergerak 20 hari, 30 hari, 90 hari, dan 200 hari. Formula EMA Tiga langkah dasar untuk menghit