google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Saham BBRI | Margin Bunga Bank BRI Gede, Ini Rekomendasi Analis untuk Saham BBRI Langsung ke konten utama

Saham BBRI | Margin Bunga Bank BRI Gede, Ini Rekomendasi Analis untuk Saham BBRI


Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) tahun ini diyakini masih bakal ciamik. Tingginya kredit yang disalurkan Bank BRI ke usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) diprediksi akan menjadi penopang kinerja.

Berdasarkan laporan keuangan, pendapatan Bank BRI di semester pertama lalu naik 10,64% dari Rp 53,64 triliun menjadi Rp 60,03 triliun. Alhasil, laba bersih perbankan pelat merah ini turut tumbuh 8,46% jadi Rp 16,16 triliun.

Analis Mirae Asset Sekuritas Lee Young Jun mengatakan, posisi Bank BRI saat ini lebih baik ketimbang perbankan BUMN lainya. Pasalnya, saat ini portofolio pinjaman Bank BRI memiliki suku bunga tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perbankan lainnya. "Ini menjadi pengaruh positif bagi emiten di tengah tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI)," kata dia, Rabu (16/10).

Analis Deutsche Bank Raymond Kosasih pun sepakat. Dalam riset yang dirilis 1 Oktober lalu, dia mengungkapkan, fokus Bank BRI pada kredit mikro dan konsumen membuat net interest margin (NIM) BBRI terhitung stabil. NIM bank pelat merah ini masih ada di level 6,5%.

Asal tahu saja, penyaluran kredit Bank BRI ke sektor UMKM mencapai 60% lebih dari total kredit yang disalurkan. "Jadi BBRI harusnya lebih baik," ujar Raymond.

Di sisi lain, Bank BRI juga diuntungkan oleh selisih margin bunga yang tinggi. Terlebih, risiko kredit UMKM juga tidak sebesar risiko pada kredit korporasi besar.

Ekspansi positif lainnya yang bisa mendorong performa Bank BRI ialah adanya investasi terhadap teknologi, seperti BRInet dan BRIlink. Menurut Raymond, adanya teknologi ini memberi dua dampak bagi BBRI.

Pertama, pertumbuhan beban biayanya akan rendah. Kedua, adanya teknologi ini juga bisa meningkatkan pendapatan non bunga.

Analis Trimegah Sekuritas Sebastian Tobing menambahkan, investasi Bank BRI ke digital merupakan langkah tepat. Hanya saja, dampaknya ke kinerja lebih jangka panjang. "Saat ini dampaknya masih kecil," ujar dia.

Rekomendasi analis

Saat ini, Sebastian hanya berharap likuiditas perbankan pelat merah ini bisa meningkat. Dengan demikian, Bank BRI bisa mendorong NIM jadi lebih baik. Dia memprediksi margin laba kotor Bank BRI lebih terjaga dan bisa mencapai 8%-12%, lebih baik ketimbang bank BUMN lainnya.

Analis juga menilai keputusan Bank BRI menerbitkan obligasi ritel bertajuk Obligasi Ritel Bank BRI (OBRI) senilai Rp 5 triliun diperkirakan tidak akan membebani kinerja. Mengingat, penerbitan OBRI ini bertujuan untuk memperluas basis investor ritel. Harapannya, dengan mengincar segmen investor yang lebih luas, partisipasi meningkat dan obligasi jadi lebih laris.

Lee Young Jun menambahkan, nilai obligasi ritel ini kurang dari 1% total deposito yang dimiliki BBRI. Karena itu, dampak ke kinerja juga tidak besar.

Pilihan Bank BRI mengincar investor ritel pun tak akan menjadi beban. Apalagi kupon yang ditawarkan sebenarnya tidak terlalu tinggi dan tidak berat bagi perbankan pelat merah ini.

Di sisi lain, Bank BRI tetap harus waspada. Lee Young Jun melihat, paparan Bank BRI terhadap aset bermasalah yang ada di beberapa perusahaan, seperti Krakatau Steel dan Duniatex, relatif kecil. Meski begitu, bank pelat merah ini harus waspada jika makin banyak perusahaan mengalami gagal bayar.

Selain itu, peningkatan NIM juga harus diperhatikan. BBRI perlu memperhatikan suku bunga pinjaman dan tingkat penyesuaian suku bunga deposito. Lee Young Jun merekomendasikan trading buy saham BBRI.

Sebastian dan Raymond menyarankan beli bagi saham BBRI. Kedua analis mematok target harga BBRI di Rp 5.100. Kemarin, harga BBRI berada di Rp 3.990 per saham.

Sumber: https://insight.kontan.co.id/news/margin-bunga-bank-bri-gede-ini-rekomendasi-analis-untuk-saham-bbri?page=2

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Membaca Grafik Saham di Bursa Efek

grafik candlestick saham Pergerakan harga instrumen finansial baik saham maupun forex biasanya digambarkan dalam bentuk grafik. Grafik ini memudahkan trader untuk mengetahui pola-pola pergerakan harga yang terjadi sebelumnya. Ada beberapa jenis grafik yang biasa dipakai di pasar finansial yaitu: Line Chart/Grafik Garis Bar Chart/Grafik Batang Candlestick Chart/Grafik Lilin Grafik  Line Chart  hanya memuat data harga dipenutupan perdagangan yang digambarkan dalam bentuk garis saja. Sementara  Bar Chart  dan  Candlestick Chart  hampir sama dikarenakan memuat data harga pembukaan, harga penutupan, harga tertinggi dan terendah. Hanya saja grafik candlestick lebih mudah dibaca dibandingkan grafik bar. Di samping itu keunggulan lain dari candlestick chart adalah mampu menampilkan psikologi pasar dengan tampilan yang lebih mudah dibaca. Berikut tampilan masing-masing chart menggunakan contoh Indeks S&P500: Line Chart Bar Chart Candlestick Chart Saya priba

Cara Menghitung Beta Saham CAPM

Apa itu CAPM CAPM (Capital Asset Pricing Model) adalah model yang digunakan untuk menentukan tingkat pengembalian(required return) dari suatu aset. Model ini mendapatkan penghargaan nobel  pada tahun 1990 dan pada prakteknya juga sering digunakan untuk menentukan nilai cost of equity. Dari sudut pandang investor, besarnya tingkat pengembalian seharusnya berbanding lurus dengan risiko yang diambil. Untuk memudahkan saya buat ilustrasi yang disederhanakan sebagai berikut: Alex punya uang 100juta, berkeinginan untuk menginvestasikan uangnya pada bisnis warung retail. Pertanyaan yang seringkali dihadapi adalah: Jika Alex memutuskan untuk berinvestasi pada bisnis warung retail, berapa besar tingkat pengembalian yang harus dia dapatkan? Mengingat bahwa jika dia menginvestasikan uangnya, dia dihadapkan dengan risiko bisnis warung retail. Pertimbangan untuk Alex Deposito Investasi Toko/Warung Retail Risiko Minim, relatif nggak ada bagi Alex Bisa bangkrut atau perkembangan bisnis tida

Mengenal Indikator Exponential Moving Average - EMA

Apa itu Exponential Moving Average - EMA? Exponential Moving Average (EMA) adalah jenis moving average (MA) yang menempatkan bobot lebih besar dan signifikansi pada titik data terbaru. Exponential Moving Average juga disebut sebagai Moving Average tertimbang secara eksponensial. Moving Average tertimbang secara eksponensial bereaksi lebih signifikan terhadap perubahan harga saat ini daripada rata-rata bergerak sederhana (SMA), yang menerapkan bobot yang sama untuk semua pengamatan pada periode tersebut. Memahami Indikator EMA EMA adalah Moving Average yang menempatkan bobot lebih besar dan signifikansi pada titik data terbaru. Seperti semua moving average, indikator teknis ini digunakan untuk menghasilkan sinyal beli dan jual berdasarkan crossover dan divergensi dari rata-rata historis. Pedagang sering menggunakan beberapa hari EMA yang berbeda - misalnya rata-rata bergerak 20 hari, 30 hari, 90 hari, dan 200 hari. Formula EMA Tiga langkah dasar untuk menghit