google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Elang Mahkota Teknologi caplok 71,88 persen saham PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk Langsung ke konten utama

Elang Mahkota Teknologi caplok 71,88 persen saham PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk


Skema aksi korporasi PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. dan PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk. semakin terang benderang setelah induk usaha SCTV itu mencaplok mayoritas saham emiten pengelola Omni Hospitals.

Adapun, mayoritas saham EMTK dipegang oleh konglomerat Eddy Kusnadi Sariaatmadja sebagai pengendali. Berdasarkan data Forbes Real Time Billionaires, per Selasa (1/12/2020) Eddy merupakan orang terkaya ke-15 di Indonesia dan ke-2.024 di dunia. Total kekayaanya mencapai US$1,3 miliar, atau sekitar Rp18,33 triliun.

Manajemen Elang Mahkota Teknologi menyampaikan perseroan telah mencaplok 4,24 miliar saham atau 71,88 persen saham PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk. (SAME) dari PT Omni Health Care.

Transaksi itu dilakukan dengan harga pembelian Rp137 per saham atau senilai total Rp581,01 miliar. Harga tersebut di bawah harga SAME pada penutupan perdagangan kemarin di level Rp200 per saham.

Hingga 30 September 2020, Emtek menggenggam kas dan setara kas sebesar Rp4,22 triliun. Setelah transaksi, emiten berkode saham EMTK itu mengantongi 71,88 persen saham SAME dan sisanya digenggam investor publik.

"Emtek bermaksud untuk memperluas dan memperkuat lini usaha existing di bidang jasa pelayanan kesehatan melalui anak perusahaan," tulis manajemen Emtek dalam keterbukaan informasi, Selasa (1/12).

Lewat akuisisi itu, Grup Emtek diharapkan menjadi perusahaan yang lebih besar dan memiliki kegiatan usaha yang beragam dengan memperluas kegiatan usaha di bidang industri jasa pelayanan kesehatan di Indonesia. Bidang usaha itu dijalankan EMTK melalui anak usahanya PT Elang Medika Corpora (EMC).

Adapun, EMC memiliki empat anak usaha di bidang jasa kesehatan, yakni PT Surya Cipta Medika (SCMed), PT Graha Mitra Insani (GMI), PT Unggul Pratama Medika, dan PT Utama Pratama Medika.

Di sisi lain, pada 19 Oktober 2020, Manajemen Sarana Meditama Metropolitan membeberkan rencana untuk mengambilalih seluruh saham PT Elang Medika Corpora dari EMTK. Lewat aksi korporasi itu, SAME akan mencaplok 99,99 persen atau 1,25 juta saham EMC dengan nilai transaksi yang ditaksir mencapai Rp1,25 triliun.

Untuk memuluskan rencana itu, SAME juga merancang aksi penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue sebanyak-banyaknya 10,3 miliar saham baru.

“Manfaat rencana pengambilalihan PT Elang Medika Corpora tersebut juga diharapkan dapat mengembangkan usaha dan merealisasikan visi perseroan untuk menjadi grup rumah sakit terdepan dalam pemberian layanan kesehatan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan setiap pasien, dengan lebih efisien sehingga memaksimalkan peluang ekspansi perseroan,” terang Manajemen SAME.

Kinerja keuangan SAME memang kurang prima. Hingga akhir kuartal III/2020, perseroan membukukan rugi bersih Rp457,65 miliar. Adapun, kas dan setara kasnya tercatat hanya Rp23,52 miliar.

Di sisi lain, total liabilitas SAME mencapai Rp1,27 triliun yang terdiri atas liabilitas jangka pendek Rp217,68 miliar dan liabilitas jangka panjang Rp1,05 triliun. Total liabilitas SAME setara dengan 2,28 kali dari total ekuitasnya yang tercatat sebesar Rp557,09 miliar.

Analis Binaartha Sekuritas menyatakan aksi akuisisi SAME oleh EMTK menyasar pada bisnis jangka panjang perseroan khususnya di bidang rumah sakit. Meskipun lini bisnis EMTK tidak fokus pada bisnis rumah sakit, namun ia meyakini sektor layanan kesehatan akan moncer dalam beberapa tahun ke depan.

Baginya, langkah tersebut merupakan awal yang bagus dan menguntungkan bagi kedua belah pihak.

“EMTK juga bisa mendapatkan katalis positif. Selain memperbanyak aset, juga bisa memperluas portofolio usaha mereka,” ungkapnya kepada Bisnis, Selasa (1/12/2020).

Sementara itu, dengan mencaplok EMC, SAME juga diuntungkan karena ke depannya perseroan bisa memperluas pangsa pasar perseroan.

Baginya, industri rumah sakit memang menjadi salah satu sektor yang paling diuntungkan pada tahun depan mengingat sektor kesehatan akan diprioritaskan dalam rangka menahan laju kasus Covid-19 pada tahun depan.

“Terkait dengan kinerja keuangan SAME yang tidak terlalu baik, seharusnya dengan dicaplok EMTK dan kondisi perekonomian yang perlahan membaik, menurut saya, kinerja keuangannya akan mengikuti,” sambungnya.

Nafan pun berharap dengan proses akuisisi ini, SAME bisa melakukan ekspansi bisnis yang lebih masif mengingat anggaran pemerintah untuk sektor kesehatan juga sangat tinggi dan agar seluruh masyarakat di Indonesia mendapatkan layanan kesehatan secara merata.

Secara teknikal, Nafan mengatakan SAME saat ini sedang dalam posisi uptrend. Namun dia belum menentukan target harga definitif.

Sementara untuk EMTK, saham sektor media tersebut belum terlalu likuid. Ia juga menyarankan investor untuk menunggu harga sahamnya konsolidasi terlebih dahulu dengan area beli pada Rp7.600. Kemarin, saham EMTK naik 1,8 persen ke level Rp8.475.


Sumber: BISNIS

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Mengenal Indikator ADX | Indikator Kekuatan Trend

Perdagangan pada arah tren yang kuat mengurangi risiko dan meningkatkan potensi keuntungan. Average Directional Index (ADX) digunakan untuk menentukan kapan harga sedang tren kuat. Dalam banyak kasus, ini adalah indikator tren utama. Bagaimanapun, tren adalah mungkin teman Anda, tentu menyenangkan untuk mengetahui siapa teman Anda. Pada artikel ini, kita akan membahas tentang ADX sebagai indikator kekuatan tren. Memahami Indikator ADX ADX digunakan untuk mengukur kekuatan tren. Perhitungan ADX didasarkan pada Moving Average dari ekspansi kisaran harga selama periode waktu tertentu. Pengaturan standarnya adalah 14 bar, meskipun periode waktu lain dapat digunakan. ADX dapat digunakan pada kendaraan perdagangan apa saja seperti saham, reksadana, dana yang diperdagangkan di bursa dan futures. ADX diplot sebagai garis tunggal dengan nilai-nilai mulai dari yang rendah dari nol sampai yang tinggi dari 100. ADX adalah non-directional; itu mencatat kekuatan tren apakah harga sedang t...

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) Catat Pendapatan Rp35,64 Miliar Hingga September 2022

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) mencatat pendapatan Rp35,64 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari pendapatan Rp32,97 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Laporan keuangan perseroan Rabu menyebutkan, beban pokok pendapatan naik menjadi Rp13,29 miliar dari Rp11,91 miliar dan laba kotor naik menjadi Rp22,34 miliar dari laba kotor Rp21,06 miliar tahun sebelumnya. Beban usaha naik menjadi Rp7,58 miliar dari Rp6,90 miliar membuat laba operasi naik tipis menjadi Rp14,76 miliar dari laba operasi Rp14,16 miliar tahun sebelumnya. Laba sebelum pajak menjadi Rp13,93 miliar naik dari laba sebelum pajak Rp13,17 miliar dan laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk mencapai Rp13,14 miliar naik dari laba bersih Rp12,24 miliar tahun sebelumnya. Jumlah liabilitas mencapai Rp41,41 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari jumlah liabilitas Rp34,44 miliar hingga periode 31 Desember 2021 dan jumlah aset mencapai Rp394,69 miliar hingga periode 30 Se...