google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo DHARMA POLIMETAL ALOKASIKAN 40% LABA BERSIH UNTUK DIVIDEN. Langsung ke konten utama

DHARMA POLIMETAL ALOKASIKAN 40% LABA BERSIH UNTUK DIVIDEN.



[Saham DRMA] PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA), emiten manufaktur komponen otomotif memutuskan untuk membagikan dividen tunai kepada para pemegang saham sebesar Rp120 miliar atau sekitar 40% dari laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tahun 2021 yang tercatat sebesar Rp301 miliar. Hal ini diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar Perseroan pada hari ini di Jakarta. Aksi ini merupakan kali pertama yang dilakukan Perseroan setelah sebelumnya resmi tercatat pada Bursa Efek Indonesia pada tanggal 20 Desember 2021.

Irianto Santoso, Presiden Direktur DRMA, menyatakan, "Selama tahun 2021, DRMA berhasil menguatkan posisi keuangannya. Hal ini dilihat dari laba bersih (setelah dikurangi laba penjualan aset di Balaraja) yang meningkat lebih dari 25 kali lipat dari capaian laba bersih Perseroan di akhir tahun 2020. Sebagai salah satu bentuk apresiasi kami terhadap capaian tersebut, melalui RUPST hari ini manajemen telah mendapatkan persetujuan untuk membagikan dividen tunai sebesar 40% dari laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tahun buku 2021 kepada para pemegang saham DRMA, dimana sebelumnya DRMA telah membagikan dividen interim sebesar Rp50 miliar kepada para pemegang saham pada tanggal 15 November 2021".

Dalam RUPST tahun ini juga membahas tentang Laporan Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum per tanggal 20 Desember 2021, dimana DRMA meraih dana sekitar Rp353 Miliar. Selain itu, terdapat pembahasan mengenai penunjukan Bapak Darmawan Widjaja selaku Direksi Perseroan dan Bapak Gatot Sudariyono selaku Komisaris Independen Perseroan.

Irianto melanjutkan, sepanjang tahun 2021 DRMA telah melaksanakan beberapa strategi dengan menambah pangsa pasar dari produk yang telah diproduksi DRMA, ekspansi dan pengembangan terhadap produk-produk baru, pemasaran produk-produk yang memiliki nilai lebih tinggi, serta ekspansi bisnis ke segmen lain diluar OEM dengan meluncurkan produk kendaraan roda tiga bermerek "Powerace", dan sepeda bermerek "Polimetal".

Sementara untuk Kuartal I-2022, DRMA terus melanjutkan performa positif seiring masuknya permintaan produk-produk baru terutama peningkatan komponen untuk kendaraan roda 4, dimana kontribusi pendapatan dari segmen kendaraan roda 4 meningkat menjadi 27.58% dibandingkan kontribusi tahun sebelumnya sebesar 20.39%. Tercatat DRMA berhasil membukukan penjualan bersih senilai Rp915,8 miliar sepanjang kuartal pertama tahun ini. Capaian tersebut tumbuh 36% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp675,6 miliar. Sepanjang Januari hingga Maret tahun ini, DRMA juga meraih laba bersih tahun berjalan sebesar Rp116,9 miliar, melonjak 119% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau sebesar Rp53,4 miliar. Sementara itu, DRMA tercatat memiliki laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp115,9 miliar, naik 122% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp52,2 miliar. (end)



sumber : IQPLUS

Lebih lengkapnya silahkan klik :  Saham Online

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Mengenal Indikator ADX | Indikator Kekuatan Trend

Perdagangan pada arah tren yang kuat mengurangi risiko dan meningkatkan potensi keuntungan. Average Directional Index (ADX) digunakan untuk menentukan kapan harga sedang tren kuat. Dalam banyak kasus, ini adalah indikator tren utama. Bagaimanapun, tren adalah mungkin teman Anda, tentu menyenangkan untuk mengetahui siapa teman Anda. Pada artikel ini, kita akan membahas tentang ADX sebagai indikator kekuatan tren. Memahami Indikator ADX ADX digunakan untuk mengukur kekuatan tren. Perhitungan ADX didasarkan pada Moving Average dari ekspansi kisaran harga selama periode waktu tertentu. Pengaturan standarnya adalah 14 bar, meskipun periode waktu lain dapat digunakan. ADX dapat digunakan pada kendaraan perdagangan apa saja seperti saham, reksadana, dana yang diperdagangkan di bursa dan futures. ADX diplot sebagai garis tunggal dengan nilai-nilai mulai dari yang rendah dari nol sampai yang tinggi dari 100. ADX adalah non-directional; itu mencatat kekuatan tren apakah harga sedang t...

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) Catat Pendapatan Rp35,64 Miliar Hingga September 2022

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) mencatat pendapatan Rp35,64 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari pendapatan Rp32,97 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Laporan keuangan perseroan Rabu menyebutkan, beban pokok pendapatan naik menjadi Rp13,29 miliar dari Rp11,91 miliar dan laba kotor naik menjadi Rp22,34 miliar dari laba kotor Rp21,06 miliar tahun sebelumnya. Beban usaha naik menjadi Rp7,58 miliar dari Rp6,90 miliar membuat laba operasi naik tipis menjadi Rp14,76 miliar dari laba operasi Rp14,16 miliar tahun sebelumnya. Laba sebelum pajak menjadi Rp13,93 miliar naik dari laba sebelum pajak Rp13,17 miliar dan laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk mencapai Rp13,14 miliar naik dari laba bersih Rp12,24 miliar tahun sebelumnya. Jumlah liabilitas mencapai Rp41,41 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari jumlah liabilitas Rp34,44 miliar hingga periode 31 Desember 2021 dan jumlah aset mencapai Rp394,69 miliar hingga periode 30 Se...