google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Analisa Saham SMGR | 22 Maret 2018 Langsung ke konten utama

Analisa Saham SMGR | 22 Maret 2018

Analisa Saham SMGR

SMGR: Focus on the margin

Semen Indonesia (SMGR) mencatatkan laba bersih 4Q17 mencapai Rp554 milyar (+51,2% QoQ, -65,2% YoY), hal ini membawa laba bersih 2017 mencapai Rp2,0triliun (-55,5% YoY). Hal ini di bawah estimasi konsensus dengan tingkat pencapaian 87,9% dan in-line dengan estimasi PANS dengan tingkat pencapaian 103,4%. Penurunan secara tahunan disebabkan karena 1) peningkatan harga energi di 2017 yang mencapai 38% YoY, sehingga gross margin 2017 turun menjadi 28,6% vs 2016: 37,7%, 2) peningkatan general and administrative expense terutama disebabkan karena peningkatan biaya keperluan kantor, perjalanan dinas, dan pengeluaran gaji. Catatan positif dari peningkatan secara kuartalan yang didukung oleh efisiensi yang dilakukan perusahaan terutama dalam hal distribusi dengan melakukan ekspansi di pabrik Rembang sehingga biaya distribusi dapat menurun. Kami merekomendasikan BUY untuk SMGR dengan target harga Rp12.000 dengan 2018F PER sebesar 27,4x, hal ini didasari oleh 1) diversifikasi wilayah yang strategis, 2) pertumbuhan permintaan semen yang ditopang oleh proyek infrastruktur pemerintah. Risiko investasi terkait lebih tinggi dari ekspektasi peningkatan harga energi.

SMGR mencatatkan penurunan laba bersih tahunan sebesar 55,5%. Semen Indonesia (SMGR) mencatatkan laba bersih 4Q17 mencapai Rp554 milyar (+51,2% QoQ, -65,2% YoY), hal ini membawa laba bersih 2017 mencapai Rp2,0 triliun (-55,5% YoY). Hal ini di bawah estimasi konsensus dengan tingkat pencapaian 87,9% dan in-line dengan estimasi PANS dengan tingkat pencapaian 103,4%. Penurunan secara tahunan disebabkan karena 1) peningkatan harga energi di 2017 yang mencapai 38% YoY, sehingga gross margin 2017 turun menjadi 28,6% vs 2016: 37,7%, 2) peningkatan general and administrative expense terutama disebabkan karena peningkatan biaya keperluan kantor, perjalanan dinas, dan pengeluaran gaji. Catatan positif dari peningkatan secara kuartalan yang didukung oleh efisiensi yang dilakukan perusahaan terutama dalam hal distribusi dengan melakukan ekspansi di pabrik Rembang sehingga biaya distribusi dapat menurun.
Peningkatan net gearing secara tahunan dan budget capex yang lebih rendah. SMGR mencatatkan mencatatkan peningkatan net gearing 2017 mencapai 17,3% vs 2016: 11,2%; peningkatan gearing ratio ini ditujukan untuk melakukan sejumlah ekspansi downstream seperti ready-mix concrete dan aggregates untuk meningkatkan pendapatan perusahaan. Selanjutnya kami mengestimasi SMGR akan fokus mempertahankan EBITDA untuk menjaga level debt to EBITDA ratio mencapai 2,5x sehingga rating dari obligasi yang dikeluarkan dapat terjaga, dimana pefindo memberikan rating AA+. Manajemen mengalokasikan capex 2018F sebesar Rp2,5 triliun vs 2017: Rp4 triliun, di mana 1) Rp1 triliun digunakan untuk maintainance, 2) Rp1,5 triliun untuk pembangunan packing plant di Maluku dan Bengkulu.

Fokus dalam menjaga EBITDA margin. Kami mengestimasi EBITDA margin 2018F mencapai 22,6% vs 17,6% di 2017, hal ini didukung oleh 1) penurunan distribution cost didorong oleh diversifikasi wilayah pabrik, 2) ekspektasi kenaikan harga jual dari industri semen, didorong oleh EBITDA marjin yang tipis serta leverage tinggi dari pemain tier-2, 3) diversifikasi bisnis downstream untuk menyangga EBITDA margin perusahaan.

Kami merekomendasikan BUY dengan target harga Rp12.000. Kami merekomendasikan BUY untuk SMGR dengan target harga Rp12.000 dengan 2018F PER sebesar 27,4x, didorong oleh: 1) diversifikasi wilayah yang strategis, 2) pertumbuhan permintaan semen yang ditopang oleh proyek infrastruktur pemerintah. Risiko investasi terkait rekomendasi kami, adalah kenaikan harga energi yang diatas estimasi.

by Panin Sekuritas


Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Mengenal Indikator ADX | Indikator Kekuatan Trend

Perdagangan pada arah tren yang kuat mengurangi risiko dan meningkatkan potensi keuntungan. Average Directional Index (ADX) digunakan untuk menentukan kapan harga sedang tren kuat. Dalam banyak kasus, ini adalah indikator tren utama. Bagaimanapun, tren adalah mungkin teman Anda, tentu menyenangkan untuk mengetahui siapa teman Anda. Pada artikel ini, kita akan membahas tentang ADX sebagai indikator kekuatan tren. Memahami Indikator ADX ADX digunakan untuk mengukur kekuatan tren. Perhitungan ADX didasarkan pada Moving Average dari ekspansi kisaran harga selama periode waktu tertentu. Pengaturan standarnya adalah 14 bar, meskipun periode waktu lain dapat digunakan. ADX dapat digunakan pada kendaraan perdagangan apa saja seperti saham, reksadana, dana yang diperdagangkan di bursa dan futures. ADX diplot sebagai garis tunggal dengan nilai-nilai mulai dari yang rendah dari nol sampai yang tinggi dari 100. ADX adalah non-directional; itu mencatat kekuatan tren apakah harga sedang t...

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) Catat Pendapatan Rp35,64 Miliar Hingga September 2022

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) mencatat pendapatan Rp35,64 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari pendapatan Rp32,97 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Laporan keuangan perseroan Rabu menyebutkan, beban pokok pendapatan naik menjadi Rp13,29 miliar dari Rp11,91 miliar dan laba kotor naik menjadi Rp22,34 miliar dari laba kotor Rp21,06 miliar tahun sebelumnya. Beban usaha naik menjadi Rp7,58 miliar dari Rp6,90 miliar membuat laba operasi naik tipis menjadi Rp14,76 miliar dari laba operasi Rp14,16 miliar tahun sebelumnya. Laba sebelum pajak menjadi Rp13,93 miliar naik dari laba sebelum pajak Rp13,17 miliar dan laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk mencapai Rp13,14 miliar naik dari laba bersih Rp12,24 miliar tahun sebelumnya. Jumlah liabilitas mencapai Rp41,41 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari jumlah liabilitas Rp34,44 miliar hingga periode 31 Desember 2021 dan jumlah aset mencapai Rp394,69 miliar hingga periode 30 Se...