google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Analisa Saham SGRO | 30 Oktober 2018 Langsung ke konten utama

Analisa Saham SGRO | 30 Oktober 2018


SGRO: Improvement in 3Q, but still below estimate

SGRO mencatatkan pendapatan di 3Q18 sebesar Rp952 miliar (+2,7% YoY; +43,0% QoQ) dan laba bersih sebesar Rp80 miliar (+44,9% YoY; +9,9% QoQ). Pertumbuhan secara QoQ ini didukung oleh peningkatan volume penjualan CPO di 3Q18 sebesar 61,3% QoQ yang cukup meng-offset penurunan harga jual rata-rata CPO yang turun sebesar 12% QoQ. Meskipun demikian, pendapatan di 9M18 tercatat masih mengalami penurunan menjadi Rp2,3 triliun (-10,0% YoY), dibawah estimasi (PANS:58,5%; Cons: 65,2%; rata-rata 5 tahun: 65,1%), sehingga laba bersih di 9M18 tercatat sebesar Rp169 miliar (-17,0% YoY), dibawah estimasi (PANS:48,3%; Cons: 65,6%; rata-rata 5 tahun: 55,5%). Kinerja yang kurang baik ini disebabkan oleh penurunan harga jual rata-rata CPO sebesar 9% YoY ke Rp7.528/kg. Selain itu, volume penjualan CPO hanya tumbuh 3,8% YoY menjadi 246 kton di 9M18 dikarenakan logistik dan shipping problem yang dialami industri, sehingga inventory mengalami peningkatan. Namun, manajemen menyatakan penurunan inventory di 4Q18, dimana 90% dari inventory sudah memiliki kontrak jual. Dari sisi operasional, produksi FFB inti dan CPO tumbuh 37,6% QoQ dan 53,6% QoQ di 3Q18, didorong oleh high crop cycle. Kami memprediksi peningkatan volume penjualan CPO di 4Q18 yang didorong oleh realisasi inventory CPO, namun produksi turun QoQ akibat lower crop cycle. Kami merevisi turun laba bersih di 2018 ke Rp217 miliar (-38,0%) dan 2019: Rp337 miliar (-19,6%), dikarenakan estimasi melemahnya harga jual rata-rata CPO serta net gearing yang tinggi di 9M18, berada di level 0,84x (9M17: 0,67x), sehingga kami masih merekomendasikan HOLD saham SGRO dan menurunkan TP ke Rp2.300/saham (previously: Rp2.350), in-line dengan rata-rata peers, saat ini SGRO diperdagangkan di PER 13,5x di 2019.  

Kinerja perseroan membaik di 3Q18. SGRO mencatatkan pendapatan di 3Q18 sebesar Rp952 miliar (+2,7% YoY; +43,0% QoQ) dan laba bersih sebesar Rp80 miliar (+44,9% YoY; +9,9% QoQ). Pertumbuhan pendapatan secara QoQ ini didukung oleh peningkatan volume penjualan CPO di 3Q18 sebesar 61,3% QoQ yang cukup meng-offset penurunan harga jual rata-rata CPO sebesar 12% QoQ. Selain itu, marjin laba kotor dan laba operasi di 3Q18 juga membaik ke 29,5% (2Q18:24,7%) dan 20,9% (2Q18:13,5%), didukung oleh economies of scale, dimana peningkatan volume mendorong penurunan fixed cost per unit. Namun, marjin laba bersih turun ke 8,4% (2Q18:11,0%) akibat one-off item dari biological asset valuation di 2Q18 senilai Rp47 miliar.

Laba bersih di 9M18 masih dibawah estimasi. Pendapatan perseroan di 9M18 tercatat masih mengalami penurunan menjadi Rp2,3 triliun (-10,0% YoY), dibawah estimasi (PANS:58,5%; Cons: 65,2%; rata-rata 5 tahun: 65,1%), sehingga laba bersih di 9M18 tercatat sebesar Rp169 miliar (-17,0% YoY), dibawah estimasi (PANS:48,3%; Cons: 65,6%; rata-rata 5 tahun: 55,5%). Kinerja yang kurang baik ini disebabkan oleh penurunan harga jual rata-rata CPO sebesar 9% YoY ke Rp7.528/kg. Selain itu, volume penjualan CPO hanya tumbuh 3,8% YoY menjadi 246 kton di 9M18 dikarenakan logistik dan shipping problem yang dialami industri, sehingga inventory perseroan mengalami peningkatan, dimana sampai 9M18, inventory CPO tercatat lebih dari 50 kton (rata-rata tahun lalu: 20-25 kton). Namun, manajemen mengindikasikan bahwa 90% dari 50 kton sudah memiliki kontrak jual dan memastikan penurunan inventory di 4Q18.

Produksi FFB dan CPO meningkat di 3Q18. Produksi FFB inti dan CPO di 3Q18 tumbuh 37,6% QoQ dan 53,6% QoQ menjadi 343 kton dan 134 kton, didorong oleh high crop cycle, sehingga produksi FFB inti dan CPO di 9M18 tercatat sebesar 792 kton (+26,0% YoY) dan 289 kton (+29,2% YoY). Meskipun, kami memperkirakan produksi di 4Q18 akan mengalami penurunan secara QoQ akibat lower crop cycle, kami masih optimis dengan pertumbuhan produksi FFB inti dan CPO akan mencapai 15,1%/11,5% di 2018 dan 8,0%/6,9% di 2019, didukung oleh cuaca yang baik dan maturing profile age dari perkebunan inti.

Merevisi laba turun akibat ekspektasi penurunan harga global CPO. Kami merevisi pendapatan di 2018: Rp3,0 triliun (-22,1%) dan 2019: Rp3,6 triliun (-18,6%), dikarenakan estimasi melemahnya harga jual rata-rata CPO, dimana kami menurunkan asumsi harga global CPO rata-rata tahun 2018/2019 ke MYR2.225/ton/MYR2.350/ton (Previously: MYR2.600/ton), didorong oleh kondisi oversupply. Sehingga laba bersih diestimasikan turun di 2018: Rp217miliar (-38,0%), sebelum membaik di 2019: Rp337miliar (-19,6%).

Merekomendasikan HOLD dan menurunkan target harga Rp2.300. Kami memprediksi peningkatan volume penjualan CPO di 4Q18 yang didorong oleh realisasi inventory CPO, namun produksi akan mengalami penurunan secara QoQ akibat lower crop cycle. Selain itu, SGRO memiliki net gearing yang tinggi di 9M18, berada di level 0,84x (9M17: 0,67x) sehingga dengan kenaikan tingkat suku bunga akan memberikan tekanan untuk profitabilitas SGRO. Kami masih merekomendasikan HOLD untuk SGRO dan menurunkan target harga ke Rp2.300/saham (previously: Rp2.350), dimana SGRO diperdagangkan pada PER 13,5x di tahun 2019.  

 Best Regards,
Panin Sekuritas

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Mengenal Indikator ADX | Indikator Kekuatan Trend

Perdagangan pada arah tren yang kuat mengurangi risiko dan meningkatkan potensi keuntungan. Average Directional Index (ADX) digunakan untuk menentukan kapan harga sedang tren kuat. Dalam banyak kasus, ini adalah indikator tren utama. Bagaimanapun, tren adalah mungkin teman Anda, tentu menyenangkan untuk mengetahui siapa teman Anda. Pada artikel ini, kita akan membahas tentang ADX sebagai indikator kekuatan tren. Memahami Indikator ADX ADX digunakan untuk mengukur kekuatan tren. Perhitungan ADX didasarkan pada Moving Average dari ekspansi kisaran harga selama periode waktu tertentu. Pengaturan standarnya adalah 14 bar, meskipun periode waktu lain dapat digunakan. ADX dapat digunakan pada kendaraan perdagangan apa saja seperti saham, reksadana, dana yang diperdagangkan di bursa dan futures. ADX diplot sebagai garis tunggal dengan nilai-nilai mulai dari yang rendah dari nol sampai yang tinggi dari 100. ADX adalah non-directional; itu mencatat kekuatan tren apakah harga sedang t...

Cara Membaca Indikator Stochastic Oscillator dengan 3 Metode

Keberadaan stochastic telah sedikit disinggung sebagai indikator oscillator yang mampu menunjukkan kondisi jenuh harga. Dulunya, banyak trader mengetahui cara membaca indikator Stochastic hanya untuk penerapan praktis. Namun sebenarnya, Stochastic terdiri dari berbagai macam komponen dan memiliki lebih dari satu manfaat. Untuk mengungkapnya, kita akan mempelajari 3 cara membaca indikator Stochastic berikut. Baca juga: Memahami arti LOT dalam Investasi Saham 1. Cara Membaca Indikator Stochastic Sebagai Penanda Overbought Oversold Cara membaca indikator Stochastic menurut fungsi ini adalah yang paling mudah. Pada dasarnya, indikator ciptaan George Lane ini memiliki dua level ekstrim, yakni 80 dan 20. Masing-masing level tersebut berperan sebagai batas overbought dan oversold. Indikator Stochastic menunjukkan kondisi overbought ketika grafik berada di atas level 80. Sementara itu, cara membaca indikator Stochastic untuk mengenali oversold adalah dengan memperhatikan grafik yang sudah turu...