google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo Saham CLEO | PT Sariguna Primatirta Tbk. Akan Lakukan Private Placement 2018 Langsung ke konten utama

Saham CLEO | PT Sariguna Primatirta Tbk. Akan Lakukan Private Placement 2018


PT Sariguna Primatirta Tbk. akan melakukan private placement senilai Rp274 miliar, untuk penguatan modal, ekspansi hingga membayar pinjaman kepada bank.

Dalam keterbukaan informasi, Senin (1/10/2018), emiten minuman dalam kemasan ini akan menerbitkan saham baru dalam penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu atau private placement sebesar 9,09% atau sebanyak 1 miliar saham.

Saham baru ini akan diserap PT Global Sentral Abadi (GSA), yang merupakan pihak terafiliasi dengan kepemilikan sebesar 51,64%.

Harga pelaksanaan penerbitan saham perseroan akan mengacu pada harga saham CLEO dalam 25 hari terakhir sebelum dilakukan pemanggilan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB), atau diperoleh angka senilai Rp274 per saham. Dengan demikian, CLEO akan mengantongi Rp274 miliar dari aksi korporasi ini.

Grup Tanobel ini akan menggunakan dana dari private placement, sebesar Rp225 miliar untuk membayar pinjaman yang diperoleh dari BCA, senilai Rp20,3 miliar akan digunakan untuk pembelian mesin dan peralatan, kendaraan, inventaris dan instalasi pabrik serta pengeluaran untuk bangunan dan sisanya untuk modal kerja.

Akibat adanya private placement maka pemegang saham existing akan mengalami diluasi sebesar 8,33%, akan tetapi jumlah saham yang dimiliki tetap.

Manajemen mengungkap, saham yang akan diterbitkan memiliki jenis yang sama dengan saham yang telah diterbitkan dalam perseroan. Serta memilki hak yang sama dan sederajat dalam segala hal termasuk tidak terbatas pada menerima dividen, mengeluarkan suara dalam RUPS aksi korporasi yang dilaksanakan CLEO.

Saat ini, emiten bersandi saham CLEO memiliki pabrik di Pandaan, Jember, Malang, Bojonegoro, Bangkalan, Sumenep, Bali Perean, Bali Megati, Lombok, Kudus, Purworejo, Cirebon, Garut, Bekasi, Citeureup, Gunung Sindur, Makassar, Medan, Banjarmasin, Semarang, Ngoro dan Kendari.

Manajemen mencatatkan, pembayaran utang tersebut akan mengurangibeban keuangan perseroan pada masa mendatang, sehingga CLEO memiliki kesempatan untuk memperoleh pendanaan yang lebih luas pada pasar mendatang.

Wakil Direktur Utama Sariguna Primatirta Melisa Patricia, sebelumnya mengatakan, utilisasi perseroan telah meningkat dari 47% pada semester I/2018 menjadi 70% per Agustus 2018.

Melisa menuturkan, peningkatan kapasitas produk sejalan dengan baiknya permintaan di pasar. Pada 2018, CLEO mengalokasikan belanja modal senilai Rp200 miliar, yang akan digunakan untuk pembelian tanah dan bangunan, mesin-mesin dan peralatan pabrik, armada kendaraan dan investasi galon kosong.

Dalam laporan keuangan CLEO semester I/2018, perseroan berhasil membukukan penjualan senilai Rp362,21 miliar atau naik 27% year on year. Dari sisi segmen, penjualan air minum dalam kemasan (AMDK) galon CLEO mencapai Rp131,04 miliar, tumbuh 22,33% dari posisi Rp107,12 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Penjualan AMDK botol dan gelas per Juni 2018 masing-masing senilai Rp122,14 miliar dan Rp106,88 miliar, dengan pertumbuhan masing-masing 29,63% dan 60,19% year on year. Sementara itu, segmen lainnya mengalami penurunan hingga 80% year on year menjadi Rp2,14 miliar.

Bila diurutkan dari sisi beban pokok penjualan paling tinggi hingga terendah CLEO adalah segmen gelas memiliki beban paling tinggi, disusul segmen gelas dan galon, masing-masing Rp95,6 miliar, Rp90,19 miliar dan Rp50,50,49 miliar.

Dengan demikian, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk per semester I/2018 senilai Rp27,73 miliar, tumbuh 60,5%, dari posisi Rp17,27 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
http://market.bisnis.com/read/20181001/192/844269/bayar-utang-bank-sariguna-primatirta-cleo-private-placement-rp274-miliar

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Money Flow Index | Penggunaan dan Setting Indikator MFI

Apa itu Money Flow Index (MFI)? Money Flow Index (MFI) adalah osilator teknis yang menggunakan harga dan volume untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli atau jenuh jual dalam aset. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat divergensi yang memperingatkan perubahan tren harga. Osilator bergerak antara 0 dan 100. Tidak seperti osilator konvensional seperti Relative Strength Index (RSI) , Money Flow Index menggabungkan data harga dan volume, sebagai lawan dari harga yang adil. Untuk alasan ini, beberapa analis menyebut MFI sebagai "the volume-weighted RSI". Money Flow Index pada Indonesia Composite Kunci dalam Memahami Indikator MFI Indikator biasanya dihitung menggunakan 14 periode data. Pembacaan MFI di atas 80 dianggap overbought dan pembacaan MFI di bawah 20 dianggap oversold. Overbought dan oversold tidak selalu berarti harga akan berbalik, hanya saja harga mendekati tinggi atau rendah dari kisaran harga terbaru. Pembuat indeks, Gene Quong dan Avru...

Mengenal Indikator ADX | Indikator Kekuatan Trend

Perdagangan pada arah tren yang kuat mengurangi risiko dan meningkatkan potensi keuntungan. Average Directional Index (ADX) digunakan untuk menentukan kapan harga sedang tren kuat. Dalam banyak kasus, ini adalah indikator tren utama. Bagaimanapun, tren adalah mungkin teman Anda, tentu menyenangkan untuk mengetahui siapa teman Anda. Pada artikel ini, kita akan membahas tentang ADX sebagai indikator kekuatan tren. Memahami Indikator ADX ADX digunakan untuk mengukur kekuatan tren. Perhitungan ADX didasarkan pada Moving Average dari ekspansi kisaran harga selama periode waktu tertentu. Pengaturan standarnya adalah 14 bar, meskipun periode waktu lain dapat digunakan. ADX dapat digunakan pada kendaraan perdagangan apa saja seperti saham, reksadana, dana yang diperdagangkan di bursa dan futures. ADX diplot sebagai garis tunggal dengan nilai-nilai mulai dari yang rendah dari nol sampai yang tinggi dari 100. ADX adalah non-directional; itu mencatat kekuatan tren apakah harga sedang t...

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) Catat Pendapatan Rp35,64 Miliar Hingga September 2022

PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) mencatat pendapatan Rp35,64 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari pendapatan Rp32,97 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Laporan keuangan perseroan Rabu menyebutkan, beban pokok pendapatan naik menjadi Rp13,29 miliar dari Rp11,91 miliar dan laba kotor naik menjadi Rp22,34 miliar dari laba kotor Rp21,06 miliar tahun sebelumnya. Beban usaha naik menjadi Rp7,58 miliar dari Rp6,90 miliar membuat laba operasi naik tipis menjadi Rp14,76 miliar dari laba operasi Rp14,16 miliar tahun sebelumnya. Laba sebelum pajak menjadi Rp13,93 miliar naik dari laba sebelum pajak Rp13,17 miliar dan laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk mencapai Rp13,14 miliar naik dari laba bersih Rp12,24 miliar tahun sebelumnya. Jumlah liabilitas mencapai Rp41,41 miliar hingga periode 30 September 2022 naik dari jumlah liabilitas Rp34,44 miliar hingga periode 31 Desember 2021 dan jumlah aset mencapai Rp394,69 miliar hingga periode 30 Se...