google-site-verification=zsLknblUv9MPpbGfVx9l3sfhCtAjcEQGFzXwTpBAmUo DYAN | Target Pendapatan Dyandra Tembus di atas Rp 1 Triliun Langsung ke konten utama

DYAN | Target Pendapatan Dyandra Tembus di atas Rp 1 Triliun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sesaknya bisnis event organizer bukan berarti bisnis ini tidak lagi gurih dan semarak. PT Dyandra Media International Tbk (DYAN) masih melihat adanya potensi pertumbuhan di sektor ini.

Emiten saham event organizer terbesar di Indonesia itu menargetkan pertumbuhan pendapatan sekitar 6%. Dengan realisasi pendapatan tahun lalu sebesar Rp 1,03 triliun, DYAN mengincar pendapatan sekitar Rp 1,09 triliun hingga akhir tahun nanti.

Tapi, itu target konservatif. Pertumbuhan emiten saham yang masih terafiliasi dengan KONTAN ini bisa lebih besar lagi. Sebab, emiten ini memiliki sejumlah event yang akan diselenggarakan tahun ini. "Kami sudah pasti akan menyelenggarakan lebih dari 10 event unggulan," ujar Maryamto Sunu, Sekretaris Perusahaan DYAN, Senin (8/7).

Salah satu acara yang sudah terselenggara adalah International Motor Show (IMS) di Kemayoran, Jakarta. Perhelatan ini mampu mencatat rekor transaksi hingga lebih dari Rp 5 triliun.

Masih akan ada sejumlah acara besar yang bakal dihelat DYAN. Pada semester II tahun ini, misalnya, perusahaan itu menyiapkan beberapa event Jakarta Wedding Festival (26-28 Juli 2019). DYAN juga menyiapkan Bandung Craft Furniture Festival (2-4 Agustus 2019). Adapun acara lainnya adalah Festivaland di 10 kota lalu The 43rd Indonesian Petroleum Association Convention and Exhibition 2019 pada September mendatang, serta beberapa perhelatan lain.

Ekspansi luar negeri

Presiden Direktur DYAN Adrian Herlambang menyatakan, melalui entitas anak usaha, PT Samudra Dyan Praga, perusahaan ini juga tengah menyiapkan keikutsertaan Indonesia di acara internasional. Salah satunya Dubai Expo 2020 di Uni Emirat Arab. Selain bertujuan mengangkat Indonesia di mata dunia, Ini juga merupakan salah satu rencana bisnis jangka menengah kami untuk kembali go international yang akan segera direalisasikan tahun depan, ujarnya.

Pandu Pribadi, analis BCA Sekuritas, menilai, absennya DYAN pada penyelenggaraan event pertemuan Bank Dunia dan Asian Games memang mengurangi pemasukan DYAN. Tapi, dia melihat, kekurangan itu bisa dikompensasikan oleh event lain. "Yang paling fresh, DYAN mulai menyasar penyelenggaraan event bertema kopi dan kesehatan," tulis Pandu dalam riset 26 Juni lalu.

Pandu melihat, manuver DYAN untuk mengikuti tren pasar belanja online dan milenial merupakan hal positif. Contohnya, konser John Mayer yang tarif tiketnya sekitar Rp 2,7 juta per orang. Belum lagi tren budaya K-Pop yang bakal mendorong event bertema Korea. "Tapi, risiko terbesar DYAN adalah ketidakcocokan antara proyeksi pemasukan event dengan pengeluaran event yang ada di pipeline perusahaan," tulis Pandu.

Pada penutupan bursa, Senin (8/7), harga DYAN turun 0,71% menjadi Rp 139 per saham.

Komentar

Saham Online di Facebook

Postingan populer dari blog ini

Cara Membaca Grafik Saham di Bursa Efek

grafik candlestick saham Pergerakan harga instrumen finansial baik saham maupun forex biasanya digambarkan dalam bentuk grafik. Grafik ini memudahkan trader untuk mengetahui pola-pola pergerakan harga yang terjadi sebelumnya. Ada beberapa jenis grafik yang biasa dipakai di pasar finansial yaitu: Line Chart/Grafik Garis Bar Chart/Grafik Batang Candlestick Chart/Grafik Lilin Grafik  Line Chart  hanya memuat data harga dipenutupan perdagangan yang digambarkan dalam bentuk garis saja. Sementara  Bar Chart  dan  Candlestick Chart  hampir sama dikarenakan memuat data harga pembukaan, harga penutupan, harga tertinggi dan terendah. Hanya saja grafik candlestick lebih mudah dibaca dibandingkan grafik bar. Di samping itu keunggulan lain dari candlestick chart adalah mampu menampilkan psikologi pasar dengan tampilan yang lebih mudah dibaca. Berikut tampilan masing-masing chart menggunakan contoh Indeks S&P500: Line Chart Bar Chart Candlestick Chart Saya priba

Cara Menghitung Beta Saham CAPM

Apa itu CAPM CAPM (Capital Asset Pricing Model) adalah model yang digunakan untuk menentukan tingkat pengembalian(required return) dari suatu aset. Model ini mendapatkan penghargaan nobel  pada tahun 1990 dan pada prakteknya juga sering digunakan untuk menentukan nilai cost of equity. Dari sudut pandang investor, besarnya tingkat pengembalian seharusnya berbanding lurus dengan risiko yang diambil. Untuk memudahkan saya buat ilustrasi yang disederhanakan sebagai berikut: Alex punya uang 100juta, berkeinginan untuk menginvestasikan uangnya pada bisnis warung retail. Pertanyaan yang seringkali dihadapi adalah: Jika Alex memutuskan untuk berinvestasi pada bisnis warung retail, berapa besar tingkat pengembalian yang harus dia dapatkan? Mengingat bahwa jika dia menginvestasikan uangnya, dia dihadapkan dengan risiko bisnis warung retail. Pertimbangan untuk Alex Deposito Investasi Toko/Warung Retail Risiko Minim, relatif nggak ada bagi Alex Bisa bangkrut atau perkembangan bisnis tida

Mengenal Indikator Exponential Moving Average - EMA

Apa itu Exponential Moving Average - EMA? Exponential Moving Average (EMA) adalah jenis moving average (MA) yang menempatkan bobot lebih besar dan signifikansi pada titik data terbaru. Exponential Moving Average juga disebut sebagai Moving Average tertimbang secara eksponensial. Moving Average tertimbang secara eksponensial bereaksi lebih signifikan terhadap perubahan harga saat ini daripada rata-rata bergerak sederhana (SMA), yang menerapkan bobot yang sama untuk semua pengamatan pada periode tersebut. Memahami Indikator EMA EMA adalah Moving Average yang menempatkan bobot lebih besar dan signifikansi pada titik data terbaru. Seperti semua moving average, indikator teknis ini digunakan untuk menghasilkan sinyal beli dan jual berdasarkan crossover dan divergensi dari rata-rata historis. Pedagang sering menggunakan beberapa hari EMA yang berbeda - misalnya rata-rata bergerak 20 hari, 30 hari, 90 hari, dan 200 hari. Formula EMA Tiga langkah dasar untuk menghit